Share

The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)
The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)
Penulis: Miafily

1. Bayang-Bayang

Penulis: Miafily
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-14 21:14:41

Edelia mengusap kening putrinya yang berkeringat dingin. Perempuan berusia empat puluh lima tahun itu mendesah dan menatap netra indah milik putrinya yang kini tengah mengatur napasnya yang memburu. “Kamu tidak apa-apa? Apa perlu Mama menghubungi Yafas untuk memberikan konseling melalui sambungan telepon, atau lebih baik Mama panggil dia untuk datang dan memberikan konseling secara langsung?” tanya Edelia tidak bisa menyembunyikan rasa cemas yang ia rasakan.

Selama dua tahun ini, Edelia memang bergelut dengan perasaan cemas mengenai kondisi putrinya ini. Alasannya tentu saja berkaitan dengan putrinya ini. Putrinya yang bernama Makaila Dalila Analise, tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan periang hingga menjadi putri kebanggaan baginya. Sejak kecil, karena Edelia harus mencari nafkah dengan usahanya sendiri, terpaksa Edelia meninggalkan Makaila dalam pengasuhan orang kepercayaannya. Itu adalah risiko saat Edelia menjadi single parent. Namun, tidak berarti Edelia tidak menyayangi dan tidak mengikuti tumbuh kembangnya. Edelia sangat bangga karena mengetahui Makaila memang tumbuh menjadi seorang gadis yang berbakat dalam beberapa bidang.

Hanya saja, setelah Makaila remaja, Makaila yang sudah bisa ditinggal sendiri di apartemen mengalami kejadian buruk. Makaila yang pulang dari sekolah, rupanya melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Makaila melihat pembunuhan. Ya, Makaila menjadi saksi dalam tindakan pembunuhan. Karena itulah, Makaila mengalami trauma sosial. Dampaknya cukup besar hingga Makaila tidak mau melanjutkan sekolahnya lagi. Edelia tentu saja tidak memaksa karena mengerti dengan kondisi putrinya yang masih tidak stabil. Ia memilih untuk fokus membantu Makaila untuk menyembuhkan traumanya tersebut.

Makaila yang mendengar pertanyaan yang diajukan oleh ibunya tersenyum dengan manisnya. Makaila memang memiliki paras ayu seperti ibunya yang memang memiliki darah Indonesia asli. Wajahnya yang ayu tersebut di bingkai oleh helaian rambut lebat dan panjang sewarna arang. Tentu saja, dengan penampilan tersebut, Makaila bisa menjadi primadona di kampus—jika dirinya memang melanjutkan pendidikannya. Usia Makaila tahun ini memang sudah menginjak usia dua puluh tahun. Usia yang tepat di mana harusnya ia sudah menjadi seorang mahasiswi.

Namun, karena insiden di masa lalu, Makaila berhenti sekolah tepat saat dirinya akan mengikuti ujian nasional. Makaila harus fokus pada proses penyembuhan psikisnya yang memang agak terguncang dengan apa yang sudah ia lihat. Atas semua konsultasi yang sudah Makaila lalui, tahun ini Makaila sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Tentu saja, Makaila tetap memilih untuk melanjutkan pendidikan di apartemen di mana dirinya tinggal.

“Mama tidak perlu cemas. Kaila hanya agak tegang dengan pertemuan pertama dengan guru baru Kaila nanti,” ucap Makaila mencoba untuk menenangkan mamanya yang memang lebih protektif setelah kejadian di mana dirinya trauma berat hingga tidak bisa mengendalikan diri beberapa tahun ke belakang.

Edelia yang mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya hanya bisa mendesah dan mengangguk. Ia pun memilih untuk menyisir helaian rambut lebat Makaila dan mengepangnya dengan cantik. Seperti yang dikatakan oleh Makaila, hari ini dirinya memang akan mengenalkan Makaila denga guru privat yang akan mengajar Makaila dalam homeschooling nantinya. Tentu saja, Edelia sudah mencari guru paling kompeten dan bertanggung jawab atas tugas yang ia berikan. Bahkan, Edelia tidak segan-segan untuk menghabiskan puluhan juta tiap bulannya hanya demi membayar jasa guru yang memang sudah sangat berpengalaman itu.

Saat ini, Edelia hanya bisa berharap, jika Makaila dan sang guru yang sudah dipersiapkan olehnya itu bisa cocok. Sebenarnya, Edelia masih harap-harap cemas. Ia tahu, jika Makaila sangat tidak nyaman, bahkan bisa berubah sesak napas saat bertemu atau berdekatan dengan orang asing. Jadi, tentu saja bertemu dengan guru privat ini adalah sebuah hal yang harus sangat diperhatikan oleh Edelia, mengingat trauma yang diderita oleh putrinya ini. Bahkan, untuk menyiapkan hal ini, Edelia sudah meminta cuti selama dua hari pada perusahaan di mana dirinya bekerja. Namun, sampai saat ini Edelia masih saja merasa cemas. Apa keputusannya ini memang tepat?

Makaila yang menyadari kecemasan mamanya kembali tersenyum saat melihat wajah cemas Edelia dari pantulan cermin rias di kamarnya. Makaila berbalik dan menyentuh kedua tangan Edelia yang sebelumnya tengah tenggelam dalam lamunannya. “Mama tidak perlu cemas. Bukankah Yafas mengatakan jika ini adalah keputusan baik untuk membantu penyembuhanku? Lagi pula, apa yang Mama cemaskan? Guru yang akan datang nanti adalah guru yang sangat kompeten dan berpengalaman, bukan? Mama pasti mencarikan guru terbaik untukku, jadi Mama tidak perlu cemas. Jika Mama cemas, Makaila malah akan merasa semakin gugup,” ucap Makaila.

Edelia tersenyum dan menyentuh wajah putrinya. “Maafkan Mama yang malah membuatmu semakin gugup,” ucap Edelia.

Makaila tersenyum semakin lebar dan mengangguk. Setelah itu, Edelia kembali mengatur rambut Makaila serta mengikatnya menggunakan pita rambut cantik yang senada dengan gaun rumahan yang digunakan oleh putrinya itu. Makaila memang gadis anggun yang tentu saja memiliki karakter lembut. Dulu Makaila adalah gadis ramah dan ceria yang tentu saja memiliki banyak teman. Hanya saja, setelah kejadian traumatis yang ia alami, Makaila tidak lagi bisa bertindak seceria sebelumnya.

Selalu ada dinding pembatas yang membatasi tindakannya. Saat ini, Makaila juga sudah tidak memiliki teman karena dirinya sudah memutuskan kontak dengan teman-teman sekolah dan pindah sejauh mungkin dari tempat tinggalnya dulu. Setidaknya, hal itu bisa membuat Makaila sedikit lebih tenang karena merasa sang pembunuh yang masih belum bisa ditangkap oleh pihak berwajib itu, tidak akan lagi bisa menemukan keberadaannya.

“Nah, sekarang sudah selesai. Ayo kita ke ruang tamu. Sebentar lagi, gurumu pasti akan tiba,” ucap Edelia dengan nada antusias. Tentu saja, ia harus menutupi rasa cemas yang ia rasakan. Ia tidak mau sampai Makaila merasa gugup dan berakhir menjadi kesulitan bernapas karena tekanan yang ia rasakan. Sebisa mungkin, Edelia harus memberikan kekuatan pada putrinya yang sudah berani untuk melangkah maju dan meninggalkan trauma yang membelenggunya selama ini.

Edelia membawa Makaila untuk duduk di ruang tamu. Makalia bergerak untuk menyalakan televisi, sementara Edelia masuk ke dapur untuk menyiapka kudapan serta minuman yang akan ia sajikan saat guru Makalia datang nantinya. Tak membutuhkan waktu lama, suara bel pintu terdengar. Makaila sama sekali tidak bergerak dari hadapan televisi, gadis cantik berusia dua puluh tahun itu masih saja asyik menonton acara televisi kesayangannya. Edelia yang melihat hal itu tidak bisa menahan diri untuk tersenyum sembari melangkah menuju pintu apartemen.

Edelia membukakan pintu dan tersenyum pada sosok tinggi yang berdiri di hadapannya. Sosok itu hanya tersenyum tipis dan berkata, “Selamat pagi, Nyonya Edelia.”

“Pagi. Ah, apa sulit mencari alamatku ini?” tanya Edelia balik sembari mempersilakan sosok tinggi tersebut untuk masuk ke dalam apartemennya.

Sosok tinggi yang tak lain adalah guru yang akan Edelia perkenalkan pada putrinya itu menggeleng pelan. “Tidak, bangunan ini berada di tempat strategis hingga membuatku mudah menemukannya,” ucapnya lalu mengedarkan pandangannya pada ruang apartemen yang cukup luas ini, dari balik kacamata yang ia kenakan.

Pandangan tersebut berhenti pada sosok Makaila yang memang masih sibuk dengan acara televisi yang ia lihat. Edelia yang menyadari hal itu melangkah untuk mendekati Makaila dan menyentuh bahu Makaila lembut. “Sayang, gurumu sudah datang. Ayo berdiri dan beri salam padanya,” ucap Edelia.

Makaila tentu saja menurut. Ia merapikan dirinya sendiri sebelum berdiri dibantu oleh ibunya. Namun, begitu melihat sosok berpakaian rapi dan mengenakan kacamata di hadapannya, Makaila yang sebelumnya tersenyum semringah tampak memucat serta menyurutkan senyumnya. Namun, Edelia tidak melihat hal tersebut karena dirinya sudah menatap sosok guru privat Makaila. Ia berkata, “Ini putriku, Makaila.”

Pria tampan yang ke depannya akan menjadi guru Makaila tersebut mengangguk dan melirik Makaila sebelum berkata ramah, “Halo Makaila, perkenalkan aku Bara Sarkara Treffen. Kedepannya, mari kita bekerja sama demi kenyamanan bersama.”

Namun, Makaila yang kini bertatapan dengan Bara sama sekali tidak menemukan kesan ramah pada tatapan yang diberikan oleh sosok guru tampan itu. Hal yang selanjutnya terjadi adalah Makaila mulai merasakan udara disekitarnya terasa begitu menekan, dan mencekik lehernya dengan kuat. Itu membuat Makalia tidak bisa bernapas dengan benar, dan pada akhirnya merasa sesak napas yang menyiksa. Edelia yang menyadari hal tersebut merasa panik, dan berusaha untuk menenangkah Makalia. Hanya saja, itu sudah terlambat. Makaila sudah terlanjur jatuh tak sadarkan diri, dalam bayang-bayang mengerikan di mana dirinya seakan-akan kembali melihat kejadian pembunuhan dua tahun yang lalu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erda Nianur
semangat thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   2. Mengingatnya

    Edelia menatap penuh kekhawatiran pada Makaila yang kini digendong serta dibaringkan dengan penuh kehati-hatian dibaringkan oleh Bara di atas ranjang yang berada di dalam kamar pribadi Makaila yang bernuansa manis. Setelah menyelesaikan tugasnya membaringkan Makaila di atas ranjang, Bara mundur dan memberikan ruang bagi Edelia untuk duduk di tepi ranjang setelah menyelimuti putrinya yang kini tampak pucat pasi. Edelia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan diri untuk tidak menangis melihat kondisi putrinya ini. Jujur saja, Edelia tidak menyangka jika reaksi Makaila bisa sampai seperti ini, saat bertemu dengan orang asing yang memang baru ditemuinya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-14
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   3. Diam

    Bara tersenyum saat dirinya kini duduk berhadapan dengan Makaila yang tampak menunduk dalam. Ternyata, Makaila memutuskan untuk bungkam dan tidak mengatakan pada ibunya perihal Bara yang tak lain adalah seorang pembunuh yang aksinya membuat Makaila mengalami trauma berat. Tentu saja Bara merasa puas dengan keputusan yang diambil oleh Makaila ini. Namun, Bara tentunya tidak melupakan sandiwara seperti apa yang tengah ia perankan. Apalagi saat ini, Edelia ternyata mengawasi bagaimana cara mengajar Bara. Ini memang proses belajar mengajar pertama bagi Bara dan Makaila.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-14
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   4. Firasat

    “Sayang, kamu sangat hebat. Mama bangga padamu,” puji Edelia pada Makaila untuk kesekian kalinya. Tentu saja Edelia bangga karena Makaila sedikit demi sedikit sudah bisa terlepas dari bayang-bayang trauma yang selama ini membuatnya menutup diri.Makaila berusaha untuk memasang senyum paling normal yang bisa ia sugguhkan pada ibunya. Hari ini, Edelia tidak akan lagi menemaninya dalam proses belajar, karena Edelia memang sudah tidak lagi memiliki jatah cuti. Jatah cuti Edelia tahun ini sudah habis, dan ke depannya Edelia tidak bisa lagi mendapatkan cuti dari kantornya. Karena itulah, Makaila berusaha untuk tidak membuat Edelia kembali cema

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-14
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   5. Firasat yang Terbukti

    Makaila terlihat begitu pucat. Bagaimana mungkin dirinya tidak pucat jika saat ini dirinya tengah duduk di atas pangkuan Bara. Tentu saja, Makaila merasa jika posisinya ini sangat tidak aman. Ya, tidak aman sebagai seorang target pembunuhan, dan tidak aman sebagai seorang gadis. Ayolah, Bara itu adalah pria yang sudah dewasa, dan Makaila yakin jika Bara adalah pria yang normal. Tentu saja, sebagai seorang gadis, Makaila merasa jika posisi ini sangatlah berbahaya. Namun, Makaila sama sekali tidak bisa berutik. Saat ini Makaila berusaha untuk tidak bergerak berlebihan dan memilih untuk fokus dengan pelajaran yang tengah tersaji di hadapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-14
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   6. Konsultasi

    Meskipun sudah dikatakan membaik, tetapi Makaila tetap harus menjalani konsultasi secara berkala. Hanya saja intensitasnya dikurangi daripada sebelumnya. Jika biasanya adalah seminggu sekali, maka sekarang sekitar dua atau tiga minggu sekali, sesuai dengan yang dijadwalkan oleh psikiater yang menangani Makaila. Saat ini, Makaila sendiri tengah digandeng oleh Edelia menyusuri lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai. Lorong tersebut akan membawa keduanya menuju ruangan praktek psikiater Makaila. Ini juga adalah salah satu perubahan yang dialami oleh Makaila.Sebelumnya

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-15
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   7. Melepas

    “Bara,” bisik Makaila tidak percaya.Suara Makaila tersebut luput dari pendengaran Yafas, saat ini Yafas malah mempersilakan Bara untuk masuk ke dalam ruangannya untuk memeriksa identitasnya. Tentu saja, Yafas harus memastikan jika Bara memang orang yang bisa dipercaya untuk membawa Makaila kembali ke apartemen dengan selamat. Meskipun Edelia sudah mempercayainya, tetapi Yafas tidak bisa percaya begitu saja. Dilihat dari tampilan Bara, Yafas yakin jika dirinya memiliki profesi yang memang memaksanya mengenaka

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-15
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   8. Harapan

    Yafas meletakkan bolpoin yang ia gunakan untuk mencatat beberapa hal penting mengenai pasien yang akan ia temui esok hari. Pria satu itu menghela napas panjang dan memilih untuk melangkah menuju beranda rumahnya dan menatap taman rumahnya yang tidak begitu luas, karena Yafas memang tidak memiliki waktu untuk merawat taman yang lebih luas daripada tamannya saat ini. Yafas memilih untuk duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk bersantai di sana. Kening Yafas mengernyit dalam saat dirinya memikirkan sesuatu yang terasa begitu mengganggu.Tak lama, Yafas pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, setelah memastikan jika saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-15
  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   9. Your Punishment

    Makaila merasa begitu malu. Bagaimana tidak malu, jika dirinya kini menggunakan seragam sekolah menengah atasnya di sekolah dulu. Seragam tersebut memang masih muat dikenakan oleh Makaila. Hanya saja, rok kotak-kotak yang menjadi bagian seragamnya sudah terlihat pendek untuk Makaila. Karena tentu saja setelah dua tahun Makaila tumbuh lebih tinggi daripada sebelumnya. Selebihnya, tidak ada yang berubah dari bentuk tubuh Makaila, bahkan buah dadanya sepertinya tidak mengalami pertumbuhan berarti daripada sebelumnya.Namun, Bara yang melihat hal itu merasa puas. Saat ini, Makaila terlihat sangat manis. Malahan, Bara menilai jika Makaila masih sangat pa

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-15

Bab terbaru

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   PENGUMUMAN

    Halo semuanya, untuk kalian penggemar Makaila dan Bara, ada kabar baik buat kalian wkwk. Kalian yang mau peluk mereka dalam bentuk fisik, bisa banget ikutan PO cetak ulangnya yang akan berlangsung sejak tanggal 3 hingga tanggal 13 Januari 2021 ya.Harganya Rp. 100.000 (diluar ongkir)(Ps. judul yang naik cetak bukan hanya judul ini aja lho. Hampir semua cerita Mimi yang sudah mejeng di Goodnovel akan naik cetak)Untuk yang tertarik, atau mau tanya-tanya dulu bisa hubungi Mimi lewat DM di instagram difimi_Atau kalian bisa langsung hubungi salah satu nomor admin di bawah ini :1. 0853426571592. 081324971213(Ingat, hanya salah satu ya. Kalo bandel, nanti Mimi cium ampe kehabisan napas wkwk)Sekian, terima kasih atas perhatian kaliann

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 10 : Akhir Kisah

    Lima belas tahun kemudianBara mencium Makaila dengan terburu-buru dan membuat Makaila memukul dada suaminya itu dengan kesal. Bara pun melepaskan ciumannya, tetapi sama sekali tidak terlihat menyesal. Ia malah tersenyum senang dan membuat wajahnya semakin tampan saja. Hal tersebut membuat Makaila benar-benar jengkel dengna tingkah suaminya itu. Makaila benar-benar ingin mencabuti satu per satu bulu kaki Bara agar suaminya itu jera dengan tingkahnya yang spontan. N

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 9 : Bara yang Menggila (21+)

    Makaila menatap ikan-ikan koi yang berenang di kolam yang berada di bawah kakinya. Saat ini, Makaila memang tengah merendam kedua kakinya di kolam ikan. Makaila memang sangat senang saat beberapa ikan menciumi kakinya. Itu terasa geli, tetapi menyenangkan. Namun, kali ini Makaila tidak bisa berendam lama-lama, ia harus bersiap untuk segera berangkat ke rumah sakit. Makaila tersenyum dan mengusap perutnya yang sudah benar-benar membuncit di usia kehamilannya yang kesembilan bulan. Sebentar lagi Makaila benar-b

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 8 : Pelajaran dari Makaila

    “Bara, pelan-pelan!” seru Makaila tetapi dirinya terlihat enggan untuk melepaskan pelukannya pada leher sang suami. Bara memelankan gerakannya, tetapi dirinya tidak menghentikan apa yang saat ini tengah ia lakukan. Bara pun menghentak dengan kekuatan yang cukup membuat Makaila menjerit-jerit dan mendapatkan pelepasan yang hebat serta begitu memuaskannya. Makaila terengah-engah dan mengerang saat Bara juga mendapatkan pelepasannya. Bara mencium kening Makaila dan membaringkan dirinya di samping Makaila. Salah satu tangan Bara terulur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Makaila yang polos. “Tidurlah,” ucap Bara sembari me

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 7 : Mainan Baru

    “Nyonya, ada paket untuk Anda.”Makaila yang semula tengah sibuk mengunyah buah-buah segar yang sudah dipotong cantik, segera mendongak dan menatap seorang pelayan yang rupanya datang untuk melaporkan paket yang memang baru saja datang. Wajah Makaila tampak begitu bahagia dan mengulurkan kedua tangannya menerima paket yang diserahkan oleh pelayan tersebut. “Kalian benar-benar menyembunyikan masalah ini dari Bara, bukan?” tanya Makaila memastikan pada pelayan yang memang d

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 6 : Kencan

    “Bara!” teriak Makaila melengking membuat Bara yang sebelumnya tengah berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerja, tersentak dan segera berlari menuju kamar utama yang terhubung dengan ruang kerja.Sebenarnya, ini adalah pengaturan baru setelah mengetahui Makaila hamil dan akan tinggal di kediaman Treffen. Sebelum benar-benar pulang dari Rusia, Bara sudah lebih dulu merenovasi kediamannya, agar aman dan tentu saja efisien karena dirinya harus tetap mengawai Makaila yang hari demi hari semakin membesar kandungannya dan bertambah manja saja. Seperti saat ini, Bara masuk ke dalam walk in closet karena mendengar teriakan sang istri yang melengking bukan main. Na

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 5 : Pulang (21+)

    Luna enggan melepaskan pelukannya dari Makaila. Hal tersebut membuat Makaila yang mendapat pelukan erat tersebut hampir saja kehilangan napasnya. Untung saja, Bara dan Dominik yang berada di sana segera mengambil tindakan. Dominik kini merangkul pinggang sang istri dengan penuh kasih, sementara Bara dengan hati-hati mengusap lembut perut Makaila yang sudah membuncit di usia kehamilannya yang menginjak lima bulan. “Mama, Kaila kan hanya pulang ke Indonesia, Kaila tidak pergi ke mana-mana. Jika Mama dan Papa merindukan Kaila, kalian bisa berkunjung ke sana,” ucap Makaila dengan senyum gemilangnya.Ya, rencana pulang ke Indonesia yang sudah Makaila dan Bara sus

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 4: Serba Salah

    Makaila tampak menikmati makanan ringan lezat yang telah dibuat khusus oleh sang mama. Tentu saja, Makaila terlihat begitu senang. Ia bisa memuaskan keinginannya untuk mencicipi berbagai macam makanan yang ia inginkan, tanpa harus takut atau merasa tersiksa oleh rasa mual yang menyerangnya. Makaila benar-benar senang, hingga dirinya tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Makaila bahkan tidak peduli walaupun Bara tidak berada di sisinya. Padahal, sebelum-sebelumnya, Makaila sama sekali tidak mau lepas atau berjauhan dari sang suami. Makaila akan menangis bahkan saat Bara meninggalkannya untuk buang air. Namun, sekarang Makaila sama sekali tidak peduli.Makaila kembali mengunyah redvelvet yang terasa meleleh dan memenu

  • The Hottest Desire (Bahasa Indonesia)   Ekstra Part 3 : Pagi yang Seksi (21+)

    Bara tersentak terbangun saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bukti gairahnya yang menegang. Bara menatap Makaila yang juga tengah menatapnya dengan terkejut. “Ba-Bara, kenapa itu bangun tiba-tiba, saat Kaila sentuh kenapa semakin tegang saja? Bara tidak apa-apa?” tanya Makaila dengan polosnya membuat Bara merasa geram dengan kepolosan Makaila ini. Padahal, Makaila sudah hamil seperti ini, tetapi kenapa Makaila masih saja tidak mengerti?Bara merasa frustasi dengan kelakuan Makaila ini. Bara juga merasa begitu kesal, kenapa adiknya bisa terbangun gagahnya seperti ini. Agak kesal pula pada Makaila yang malah membuka celananya dan membuat adiknya mengh

DMCA.com Protection Status