Share

4

last update Last Updated: 2021-08-15 14:42:45

Namun, Xue Ling tidak pernah menemukan waktu untuk mengatakan semua itu pada Xue Yao.

Suatu malam yang cerah, Xue Yao kembali dengan wajah penuh senyum. “Bagaimana pendapatmu tentang nona Mo Fan Wan?”. Tanya Xue Yao pada Xue Ling saat hendak tidur.

Xue Ling terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Baik. Sangat baik.”

Senyum Xue Yao semakin lebar. Ia tidak dapat melihat wajah Xue Ling yang sedih saat berkata. “Ya…kau benar. Ia sangat baik. Cocok sekali menjadi Nyonyamu, bukan?”

“Ya –“ Xue Ling tidak mungkin mengatakan yang sebaliknya karena kenyataannya memang nona Mo Fan Wan sangat baik. Apalagi kakak pertama sangat menyukai nona Mo Fan Wan.

Malam itu, Xue Ling tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ia merasa bahwa dirinya jahat karena tidak menginginkan Tuan Mudanya menyukai wanita lain selain dirinya. Bagaimanapun dirinya tidak bisa dibandingkan dengan wanita secantik dan seanggun nona Mo Fan Wan.

Dini hari ia terbangun karena merasa sangat kedinginan. Racun dinginnya kambuh padahal sudah lama tidak terjadi. Rasa dingin ia rasakan naik dari kakinya, saat rasa dingin itu merayap naik ke dadanya, Xue Ling bangun dari tempat tidurnya, membuka pintu dengan perlahan agar tidak membangunkan Tuan Mudanya, ia melangkah perlahan di tangga agar tidak menimbulkan bunyi, turun ke dapur menuju ke halaman belakang, menghidupkan api unggun untuk menghangatkan diri sambil minum arak.

Related chapters

  • selamanya milikku   5

    Sambil menatap kayu yang dilahap oleh api dengan penuh kegembiraan, ia berpikir tentang Tuan Muda. Setelah semua yang mereka alami dan semua kerja keras hingga seperti saat ini, Tuan Muda berhak untuk bahagia meski tidak bersama dengannya. Ia tidak mau bersikap egois, memaksakan dirinya dan membuat Tuan Muda tidak bahagia. Memikirkannya saja sudah membuatnya sedih. Xue Ling mengangguk saat sebuah ide muncul di kepala kecilnya. Jika Tuan Muda ingin menikahi nona Mo Fan Wan, maka ia akan berusaha untuk mewujudkannya. Xue Ling menengadah ke atas langit, menyaksikan langit malam yang kelam berangsur-angsur di penuhi cahaya jingga. Pagi telah datang, pikirnya. Dan ada begitu banyak hal yang harus ia lakukan. Xue Ling bangkit dari duduknya, menuju ke dapur, rasa dingin telah berkurang dari tubuhnya. Ia mengambil kayu bakar, membuat api, memasak air mandi untuk Tuan Muda, menyiapkan sarapan dan menggoreng telur. Sayup-sayup ia mendengar pergerakan di kamar t

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   6

    Xue Ling melihat ada begitu banyak macam kain dan merasa bingung. Seorang pelayan menghampiri. “adakah yang bisa saya bantu, nona?” Xue Ling menoleh pada pelayan itu. Seorang laki-laki paruh baya yang ramah dan sering ia temui saat makan mie di pasar jalan empatbelas tempat tinggalnya. Xue Ling tersenyum gugup. “Bisakah membantuku mencari kain yang bagus untuk dijadikan gaun pengantin?” Wajah pelayan itu menjadi cerah. “Tentu… nona datang ke tempat yang tepat. Mari…mari saya tunjukkan kain yang bagus.” Xue Ling puas dengan kain yang ditunjukkan oleh pelayan itu. “Apakah toko ini memiliki penjahit?” “Tentu saja, nona. Kami memiliki penjahit yang sangat mahir dalam menjahit pakaian.” “Apakah anda mengenal nona Mo Fan Wan? Ketua sekte mantra dari Negara Shen yang saat ini sedang ada di ibukota?” Pelayan itu mengangguk. “Bisakah membuat baju pengantin dengan ukuran nona Mo Fan Wan dan Tuan Ketiga belas?” Pel

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   7

    Saat kembali ke rumah, hari sudah memasuki waktu senja. Xue Ling membuka pintu dan mendapati rumah itu kosong. Tuan Mudanya pasti sedang bersama dengan nona Mo Fan Wan. Xue Ling menuju ke dapur, membersihkan air bekas mandi Tuan Mudanya, kemudian membuat makanan untuk dirinya sendiri karena sekarang Tuan Muda sudah tidak makan di rumah lagi. Air mata merebak di mata indahnya. Xue Ling mendongak, berusaha mencegah air matanya jatuh. Ia harus kuat dan tidak boleh menyerah. Malam itu, Xue Yao pulang larut malam. Xue Ling sudah tidur namun sayup-sayup antara sadar dan tidak sadar, dia mendengar Tuan Mudanya bersenandung bahagia. Xue Ling mendengar derit tempat tidur di sampingnya, merasakan hawa panas dari Tuan Mudanya, lalu kembali terlelap hingga pagi. Masih terlalu pagi, seperti yang sudah ia lakukan sehari-hari, Xue Ling segera menghidupkan api tungku, memasak air untuk air mandi, menggoreng telur, menyiapkan sarapan, mencuci pakaian Tuan Muda, membersihkan r

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   8

    Ibunya, memperlakukan Xue Ling seperti seorang putri. Apapun yang Xue Ling inginkan, ibunya selalu berusaha memenuhinya. Seolah-olah ibunya berusaha menebus tahun-tahun yang terlewat. Seperti yang ibunya lakukan saat itu, begitu melihat kedatangan Xue Ling, ibunya langsung memerintah para pelayan untuk memasak makanan kesukaannya, merapikan kamar Xue Ling agar saat Xue Ling lelah ia dapat beristirahat dengan nyaman. Xue Ling kembali ke rumah menjelang malam. Saat membuka pintu lagi-lagi mendapati rumah kosong. Xue Ling mendesah sedih. Setelah selesai makan dan membersihkan rumah, Xue Ling sengaja tidak tidur. Ia duduk di kursi menunggu Tuan Mudanya pulang. Sudah bermalam-malam sejak Tuan Mudanya pulang, ia tidak melayaninya dengan baik. Lewat tengah malam saat Tuan Mudanya pulang. Xue Ling berdiri saat Tuan Mudanya masuk ke dalam rumah. Tuan Muda menatapnya dengan heran sambil mengernyitkan alis. “Kau belum tidur?” Xue Ling mengangguk. “Iya,” jawab Xu

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   9

    Xue Ling mengangguk meski anggukannya tidak dilihat oleh Xue Yao karena Xue Yao sudah tertidur pulas. Entah apa saja yang dilakukan oleh Tuan Mudanya hingga kelelahan setiap hari. Setelah memastikan Xue Yao merasa hangat, Xue Ling keluar dari kamar. Membuang air bekas cuci kaki Xue Yao, mencuci dan menjemur pakaian yang dipakainya. Ia tidak ingin meninggalkan sesuatu yang kotor saat pergi nanti. Xue Ling merasakan gelombang rasa dingin mulai merambat naik di tubuhnya dari kakinya. Segera Xue Ling membuat api unggun, berlari mengambil arak di lemari dapur, kembali dan duduk di depan api unggun sambil menyesap araknya sedikit demi sedikit. Badan Xue Ling bergetar kedinginan, giginya saling gemeretuk. Xue Ling bertahan. Bukankah selama Xue Yao tidak ada, ia bisa bertahan. Lama kemudian, rasa dinginnya berangsur-angsur hilang. Xue Ling mendesah lega. Dan tertidur beberapa saat kemudian di depan api unggun. Langit mulai terang saat Xue Ling terbangun dari tidurnya. Ia men

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   10

    Xue Ling melipat selimut yang ia gunakan dan meletakkannya di samping botol arak di atas kursi yang ia duduki semalaman. Ia masuk ke dalam dapur, membuat api, memasak air untuk Xue Yao, menggoreng telur meski ia tahu telur itu akan dingin saat Tuan Mudanya makan nanti, merapikan rumah lalu ia melangkah ke depan lemari di ruang depan, membuka dan menarik sebuah buntelan kain yang telah ia siapkan sebelumnya. Di samping pintu keluar golok penebang milik Xue Yao berdampingan dengan payung hitam miliknya, Xue Ling menyentuh golok penebang dan tersenyum menikmati rasa dingin yang merambat dari golok itu. Xue Ling mengambil payung hitam dan menyampirkan tali benda itu di badannya. Golok akan tetap menemani Xue Yao. Payung hitam akan menemaninya. Paling tidak mereka masih memiliki sesuatu untuk menjadi pengingat kebersamaan mereka selama ini. Xue Ling menatap rumah itu sekali lagi. Berusaha mematri dalam ingatannya, lalu dengan perlahan ia membuka dan menutup pintu. Xue Lin

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   11

    Di gerbang kota, Xue Ling melihat hanya ada empat penjaga. Ia bernapas lega, padahal ia sudah khawatir akan berpapasan dengan kakak Feng, saudara seperguruan master pedang ibu kota yang tak lain adalah sahabat Xue Yao. Dari sudut matanya, Xue Ling melihat kalo kakak Feng baru saja datang, pria itu melangkah pelan di sepanjang jalan surga ke Sembilan belas. Karena tidak ingin membuang kesempatan yang begitu baik, Xue Ling mempercepat langkahnya. Ia bersyukur karena para penjaga sudah mengenalnya jadi tidak ada yang mencegah langkahnya. Xue Ling terus berjalan lurus dengan cepat, tidak menoleh kebelakang. Setelah melewati belokan semak belukar sekitar dua ratus meter dari pintu gerbang, barulah Xue Ling memperlambat langkahnya. Napasnya memburu. Tapi ia merasa lega. Xue Ling menatap jalan di depannya dengan mantap. Mungkin ia masih merasa bingung, akan pergi kemana. Tidak mungkin bagi dirinya untuk kembali ke perbatasan di kota Wei karena Jenderal Ma ataupun teman-teman Xue Ya

    Last Updated : 2021-08-15
  • selamanya milikku   12

    Sekarang, sendirian, Xue Ling hanya bisa mengandalkan keberuntungan yang sebenarnya sangat tidak masuk akal. Karena Xue Ling yakin bahwa keberuntungan yang ia miliki satu-satunya di dunia ini hanyalah Xue Yao. Xue Ling terus melangkah. Sesekali memperhatikan sekelilingnya dengan penuh pertimbangan. Bagaimanapun, ia harus tidak dapat ditemukan. Karena Xue Ling yakin, begitu Xue Yao mengetahui kepergiannya, maka pria itu akan langsung mencarinya. Tentu saja, Xue Ling percaya bahwa yang akan dilakukan pertama kali oleh Xue Yao adalah pria itu akan mencarinya ke segala penjuru dalam ibu kota. Mungkin akan butuh berhari-hari bagi Xue Yao untuk menyadari bahwa dirinya tidak berada di dalam ibu kota. Dan dalam berhari-hari itu, Xue Ling harus sudah berada di tempat yang sangat jauh. Xue Ling sadar, jika dia tidak dapat menemukan cara untuk segera berada di tempat yang jauh, hanya butuh hitungan jam saja ia akan segera ditemukan. Karena sangat tidak mungkin dengan kaki-kaki

    Last Updated : 2021-08-15

Latest chapter

  • selamanya milikku   82

    “Apa maksudmu?” Xue Yao berkata dengan kesal. “Semua itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin aku punya aturan seperti itu? Langit kesepuluh! Hah! Hah! Benar-benar konyol!” Xue Yao menoleh pada Xue Ling dan menunjuk pada Huǒ niǎo. “Kau tidak dapat melihatnya, bukan?”Xue Ling menatapnya seolah-olah dia sudah gila. “Tentu saja aku melihatnya, Tuan Muda. Sejak tadi burung api ini mendekati kita sampai akhirnya berjalan bersisian dan memberikan kita cahayanya sehingga kita dapat melihat di tempat yang mulai gelap ini. Apakah Tuan Muda tidak sadar jika matahari sudah tenggelam? Aku tidak mengatakan apapun pada Tuan Muda karena aku melihat Tuan Muda baik-baik saja saat burung api ini mendekati kita, jadi aku menyimpulkan bahwa dia tidak berbahaya.”Xue Yao terkejut mendengar jawaban Xue Ling. Ia menoleh pada burung dengan tatapan bertanya.‘Ada alasan mengapa Tuan Li Jun berusaha menahan gadis itu untuk terus tinggal.’Satu alis Xue Yao terangkat.Burung itu menggelengkan kepalanya. ‘Tidak dap

  • selamanya milikku   81

    Sekejap, Xue Yao melihat Xue Ling terlihat memudar seolah-olah gadis itu akan menghilang di depan matanya dan ia tidak akan pernah melihatnya lagi.Deg!!! Xue Yao mendengar jantungnya berhenti berdetak.Xue Yao meraih Xue Ling dengan sangat cepat, membuat Xue Ling terlonjak kaget dan cahaya di tubuh gadis itu memudar dengan cepat. Xue Yao menghela napas lega. Pria itu memeluk Xue Ling dengan erat.Xue Ling bingung. Gadis itu meletakkan tangannya di punggung Xue Yao dan menepuk pelan. Tidak tahu harus apa.“Kenapa?” bisik Xue Ling pelanXue Yao tidak menjawab. Ia sibuk mengatur napas. Jantungnya berdetak dengan cepat. Ia bahkan tidak dapat menjelaskan apa yang dilihatnya pada Xue Ling.Perlahan-lahan Xue Yao melepaskan pelukannya pada Xue Ling, ia menyentuh pipi gadis itu dengan penuh perasaan dan mencium pipi gadis itu dengan lembut. Lalu menatap mata gadis itu dan menjawab lembut. “Tidak apa-apa.” Katanya “Aku hanya ingin memelukmu saja.”Xue Ling menatap Xue Yao dengan tatapan tidak

  • selamanya milikku   80

    “Pernikahan Tuan Muda.” Jawab Xue Ling pelan. “Baiklah—awas langkah kakimu!” kata Xue Yao cepat saat mereka melewati tangga yang penuh dengan tonjolan tidak rata. Xue Yao berbalik dengan cepat untuk memegang lengan Xue Ling, mencegahnya jatuh. Refleks Xue Ling melihat kebawah, hampir saja ia tersandung. “Ada apa dengan pernikahanku?” Tanya Xue Yao kemudian. Setelah ia yakin Xue Ling aman, mereka melangkah turun kembali. “Mereka sedang memperdebatkan siapa yang pantas menjadi istri Tuan Muda.” Xue Yao mengangkat satu alisnya sambil meniup rambut yang menutupi mata. “Siapa menurut mereka yang pantas aku nikahi?” Wajah Xue Ling berubah mendung. “Menurut Kakak Pertama, Nona Mo Fan Wan adalah pilihan yang paling tepat. Tapi Kakak Kedua dan Kakak Keduabelas tidak setuju. Kakak Ketiga berkata bahwa Tuan Putri adalah pilihan yang paling tepat, apalagi dengan Tuan Muda sebagai pelindung Ibukota. Kakak Ketiga berkata bahwa jika Tuan Muda menikah dengan Tuan Putri maka kelak jika Kaisar men

  • selamanya milikku   79

    Xue Ling berdiri, diikuti oleh Xue Yao, setelah Chunhua mendekat Xue Ling berkata. “Terima kasih atas sarapannya. Kami sangat menikmatinya.”Chunhua membungkukkan badannya. “Senang mendengar bahwa Nona dan Tuan Muda menikmati makanan yang kami hidangkan.”Xue Ling tersenyum. “Kami harus pergi. Bisakah kau menyampaikan rasa terima kasihku pada Tuan Li Jun?”“Tentu, Nona.”“Bisakah kau menunjukkan padaku jalan mana yang harus aku lalui untuk keluar dari Gunung ini?”Chunhua terlihat bimbang, tapi hanya sebentar. “Di jalan masuk yang Nona lalui semalam, ada tangga batu yang mengarah ke lembah, tapi Tuan Muda dan Nona harus berhati-hati saat melewati lembah.”“Kenapa?”“Lembah Gunung ini dihuni oleh banyak siluman.”Xue Ling menoleh menatap Xue Yao, pria itu mengangguk menenangkan.“Ada jalan setapak di lembah. Jalan setapak itu akan membawa Tuan Muda dan Nona melewati hutan yang sangat lebat, jika Tuan Muda dan Nona mengikuti jalan setapak itu Tuan Muda dan Nona dapat keluar dari Gunun

  • selamanya milikku   78

    “Berapa hari kau bertahan di ceruk itu?” “Mungkin tiga hari.” “Jika dalam perjalan pulang nanti, kita berpapasan dengan serigala itu, apakah kau akan dapat mengenalinya?” “Kurasa iya. Aku yakin aku meninggalkan tanda pitak di dahinya.” Xue Yao mengangguk puas. “Lalu bekas luka yang di punggungmu?” Xue Ling terdiam sebentar, menimbang-nimbang apakah ia perlu menceritakan secarai detail, “Hari itu bekalku habis.” Xue Ling memutuskan tidak ada perlunya ia berbohong, Xue Yao akan mengetahui jika ia berbohong. “Aku kelaparan dan kurang fokus. Aku hanya berjalan, tidak memperhatikan sekelilingku. Tiba-tiba saja aku sudah dikelilingi oleh banyak pria, dari penampilan mereka, aku yakin mereka adalah perampok. Mereka berteriak untuk menakut-nakutiku. Tapi aku tidak takut sama sekali, tapi tentu saja aku kalah jumlah. Mereka berusaha menangkapku, tapi aku selalu bisa berkelit. Pasti karena tubuhku yang mungil. Tapi pada saat aku berpikir bahwa aku dapat meloloskan diri dari mereka, salah

  • selamanya milikku   78

    “Berapa hari kau bertahan di ceruk itu?”“Mungkin tiga hari.”“Jika dalam perjalan pulang nanti, kita berpapasan dengan serigala itu, apakah kau akan dapat mengenalinya?”“Kurasa iya. Aku yakin aku meninggalkan tanda pitak di dahinya.”Xue Yao mengangguk puas. “Lalu bekas luka yang di punggungmu?”Xue Ling terdiam sebentar, menimbang-nimbang apakah ia perlu menceritakan secarai detail, “Hari itu bekalku habis.” Xue Ling memutuskan tidak ada perlunya ia berbohong, Xue Yao akan mengetahui jika ia berbohong. “Aku kelaparan dan kurang fokus. Aku hanya berjalan, tidak memperhatikan sekelilingku. Tiba-tiba saja aku sudah dikelilingi oleh banyak pria, dari penampilan mereka, aku yakin mereka adalah perampok. Mereka berteriak untuk menakut-nakutiku. Tapi aku tidak takut sama sekali, tapi tentu saja aku kalah jumlah. Mereka berusaha menangkapku, tapi aku selalu bisa berkelit. Pasti karena tubuhku yang mungil. Tapi pada saat aku berpikir bahwa aku dapat meloloskan diri dari mereka, salah satu

  • selamanya milikku   77

    Xue Yao menoleh pada Chunhua, menyuruh pelayan itu untuk pergi.“Hari itu dimulai dengan pagi yang manis. Matahari bersinar dengan penuh kehangatan setelah malam hampir berhasil membuatku beku.”Tangan Xue Yao terkepal mendengarnya. Jadi malam itu racun dinginnya kambuh. Dan Xue Ling tidak mengatakan apapun padanya.“Beberapa hari sebelumnya aku sudah mengurus semua keperluan pernikahan. Semuanya dengan kualitas yang terbaik. Karena itu untuk Tuan Muda. Aku yakin hari itu semua akan berjalan sesuai rencana. Tuan Muda terlihat begitu bahagia saat bertanya padaku tentang jika Nona Mo Fan Wan menjadi Nyonya Rumah. Saat itu kupikir tidak apa-apa jika aku tidak ada di sana. Bukankah Tuan Muda sanggup hidup tanpa kehadiranku selama di gurun pasir?” kata-kata itu terdengar seperti pernyataan yang sedang dikatakan untuk menyakinkan dirinya sendiri. “Saat aku membawa pergi Payung Hitam, hatiku merasa sangat pedih melihat Golok Penebang tergantung sendirian. Tapi saat itu kupikir, paling tidak

  • selamanya milikku   76

    Pakaian yang tersedia sangat pas di tubuh pria itu. Xue Yao membuka pintu dengan satu tangan sedang berusaha mengikat rambutnya. Gerakan pria itu berhenti saat ia mendapati Xue Ling sedang berdiri di depannya. Segar dan begitu cantik dalam balutan gaun berwarna merah muda pucat.“Wah—lihatlah dirimu!” seru Xue Yao terpukau. “Aku hanya tidak melihatnya sebentar, kau sudah berubah memukau seperti ini.”Xue Ling tersenyum lebar. “Lihatlah dirimu, Tuan Muda. Bahkan dengan rambut yang kau ikat asal-asalan seperti ini kau tetap terlihat gagah. Kau membuatku merasa iri.”Xue Yao tertawa senang. “Semakin pandai menjawab, ya!”Xue Ling mengangguk penuh semangat. “Aku mengatakan kenyataan.” Xue Ling menyentuh pinggiran baju Xue Yao dengan lembut. Lalu gadis itu berpaling pada Chunhua. “Tidak adakah pakaian yang dapat membuatnya tidak setampan ini? Pikiranku tidak tenang jika harus keluar dengannya jika—“ Xue Ling menunjuk pada Xue Yao. “dia setampan ini.”Xue Yao merangkul Xue Ling sambil terta

  • selamanya milikku   75

    Perjamuan malam di kediaman Tuan Putri? Ah—Xue Yao ingat. “Itu karena aku menyembunyikanmu di belakang punggungku. Aku tidak mau mereka melihat betapa mempesonanya dirimu dalam balutan gaun berwarna gading itu. Wah—aku sampai menahan napas saat kau keluar dari kamar, kupikir ada seorang dewi turun ke bumi.” Xue Yao meletakkan tangan di dadanya. “Jantungku berdebar sangat kencang saat itu.”Tawa Xue Ling pecah mendengarnya. Sekarang ia ingat. Ya—Xue Yao memang tidak membiarkannya berjalan di samping pria itu. Bahkan saat ia duduk pun, Xue Yao berusaha menghalangi pandangan para tamu undangan sehingga tidak satupun yang memperhatikan kehadirannya waktu itu.Yang tidak Xue Yao sadari saat itu adalah pandangan Pangeran Negeri Cahaya yang terpaku pada Xue Ling sejak gadis itu melangkah memasuki ruangan perjamuan tidak berkedip sama sekali.“Jadi?—adakah yang kau inginkan untuk kujadikan sebagai mahar pernikahan?”Xue Ling menggeleng. “Aku sudah punya semua.”“Oh—ayolah. Tentu tidak bisa be

DMCA.com Protection Status