Xue Yao mendesah senang. “Aku sudah kenyang. Ayo tidur!” pria itu menarik Xue Ling kembali ke kamar gadis itu. Xue Yao menutup pintu, memasang palang pintu.
Xue Ling hanya menatapnya. Tidak mengerti. Bukankah seharusnya Xue Yao tidur di kamar Nona Mo Fan Wan?
“Tuan Muda—“ Xue Ling memulai, “sepertinya setelah demam kau mulai tidak waras. Kenapa kau mau tidur di sini? Di kamarku?!”
“Kenapa? Bukankah kita selalu tidur dalam satu kamar.”
“Tapi di tempat tidur yang berbeda!” seru Xue Ling.
“Ah—kau lupa. Jika racun dinginmu kambuh, bukankah kau tidur sambil kupeluk?”
Xue Ling membuka mulut, menutupnya kembali, membuka lalu menutupnya lagi. Malu.
“Itu benar,” jawabnya. “tapi sekarang Tuan Muda sudah menikah jadi seharusnya—“
“Kata siapa aku menikah?”
“Eh—“
Xue Yao menundukkan wa
Xue Yao mencium kening, mata dan pipi Xue Ling lembut. “Tidurlah!” bisiknya manis. Xue Ling bergerak menjauh. “Jangan bergerak. Jika kau bergerak, aku tidak akan bisa menahan diri.”Xue Ling diam tak bergerak. Bagaimana mungkin dia bisa tidur, pikirnya. Setelah serangan ciuman dari Xue Yao, jantungnya masih berdebar tak beraturan. Namun, suara degup jantung Xue Yao terdengar seperti lagu pengantar tidur, dan Xue Ling tertidur. Xue Yao menatap wajah gadis itu. Tangannya bergerak menyingkirkan rambut nakal dari pipinya. Mencium pipi Xue Ling dengan lembut, mengeratkan dekapannya pada tubuh Xue Ling, memejamkan mata dan tertidur.****Di aula bangunan utama, kuil dewi cahaya, Du Jun, Lu Jin dan Yan Se duduk mengelilingi meja pemujaan.“Tapi itu tidak mungkin!” sangkal Lu Jin.“Hamba juga tidak percaya, tapi dua makhluk abadi itu nyata, Tuanku. Naga api dan burung vermilion. Keduanya berada di mana Tuannya bera
Xue Ling bergerak lembut dalam tidurnya, tangannya memeluk Xue Yao. Xue Yao tersenyum. Menikmati setiap gerakan gadis itu. Xue Yao menggenggam tangan Xue Ling dengan lembut, memainkan jari-jarinya. Xue Yao tahu Xue Ling sudah bangun namun tetap tidak mau membuka mata. Pipinya perlahan merona. Bulu matanya yang lentik bergetar pelan. Cahaya matahari pagi menyinari wajah Xue Ling dengan lembut membuatnya terlihat sangat cantik. Pandangan Xue Yao tidak dapat berpaling dari bibir merah gadis itu.“Jika kau tidak segera membuka matamu, aku akan menciummu.”Xue Ling langsung membuka mata dan terkesiap, wajah Xue Yao begitu dekat dengannya.Xue Yao tersenyum. “Kau sangat menggairahkan saat bangun tidur.” Suara Xue Yao serak dan pria itu tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia mencium Xue Ling dengan keras. Tidak memberi kesempatan pada gadis itu untuk menolak.Ciuman Xue Yao membuat Xue Ling tenggelam di dunia kenikmatan. Tanpa sadar, tangan
“Kau meninggalkanku sendirian. Lalu kau membawa pulang wanita lain!”Dia memang bodoh, Xue Yao mencium tangan Xue Ling.“Kau juga mengabaikanku” tatapan Xue Ling sangat tajam.Xue Yao meringis. “Tidak akan terulang lagi. Aku berjanji!”“Pembohong!!! Kau bilang aku objek takdirmu, kau tidak akan pernah meninggalkanku, kita akan selalu bersama sampai mati—“Xue Yao mencium Xue Ling cepat.Xue Ling mendorong Xue Yao. “Kenapa kau terus menciumku?”“Aku suka” Xue Yao menyeringai nakal.Menjengkelkan. Xue Ling memukul dada Xue Yao. “Kau—“ Xue Ling mengerjap tidak percaya.“Dengar—aku tahu aku salah. Aku benar-benar tidak tahu perasaanku sendiri. Kupikir aku menyukai Mo Fan Wan, kau tahu, aku jauh darimu—merindukanmu siang dan malam—lalu wanita itu ada disana.” Terdengar tidak masuk akal dan asal-asalan.
“Itu benar! Aku yakin sekali.”Xue Yao menatap Xue Ling kesal. Benar-benar tidak dapat membaca keadaan dengan baik.“Tiga minggu yang lalu—“ gadis itu masih melanjutkan—dengan mata berbinar lagi. “bunga di depan bangunan utama rusak karena terinjak oleh peziarah yang datang berdoa, aku melihat Tuan Lu Jin berdiri memandangi bunga-bunga itu dengan sedih lalu dari tangannya keluar sinar keunguan. Saat sinar itu menyentuh bunga-bunga yang rusak, bunganya langsung berubah cantik kembali. Dan—“ Xue Ling menyatukan kedua tangannya di dada, kepalanya dimiringkan sedikit, ekspresi wajahnya seperti gadis yang jatuh cinta sedang menceritakan kehebatan kekasihnya “saat Tuan Lu Jin tersenyum, ugh….benar-benar tampan.”Xue Yao marah. Cemburu.“Jadi, kenapa Tuan Muda tidak menikah dengan Nona Mo Fan Wan? Apa yang terjadi?”Eh!—perubahan topik yang tiba-tiba. Xue Yao mengan
Xue Yao masuk ke dalam dapur, melihat Lu Jin sedang duduk bersama Yan Se. Lu Jin menatap Xue Yao dengan pandangan tajam dan menusuk sementara Yan Se menatapnya dengan kekaguman yang begitu jelas. Dasar pria busuk—tunggu saja pembalasanku batin Xue Yao sambil mengangkat satu alisnya dan berlalu melewati mereka berdua. Mo Fan Wan duduk di sudut dapur dengan Chen Yu, begitu melihat Xue Yao ia langsung berdiri dan menghampirinya.“Tuan ketigabelas mau makan apa? Biar saya ambilkan” tawarnya.“Tidak perlu! Aku bisa sendiri.” Jawab Xue Yao acuh dan setelah mendapatkan apa yang ia inginkan langsung berbalik pergi.Ia menatap Lu Jin sambil berpikir saat melangkah keluar dari dapur, bagaimana cara membalas pria brengsek itu tanpa harus membuat Xue Ling sedih. Dewa! HAH!Xue Yao membuka pintu dengan perlahan, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar, Xue Ling tidak ada, pintu kamar mandi tertutup, Xue Yao mengangguk puas. Ia mengun
Xue Ling berusaha mendorong Xue Yao namun tubuh pria itu tidak bergeming. Pria itu justru mengerang merasakan dadanya yang tersentuh. Xue Ling menarik tangannya dengan segera namun sudah terlambat. Xue Yao menerkamnya seperti hewan buas. Hewan buas yang kelaparan. Xue Ling menolaknya namun hanya sebentar. Saat kedua tangan gadis itu merangkulnya Xue Yao semakin menggila. Xue Yao mengangkat Xue Ling hingga gadis itu duduk dipangkuannya di dalam air membuatnya semakin leluasa mencumbunya. Gambaran yang ia bayangkan saat membayangkan gadis itu meneriakkan namanya, ternyata jauh lebih indah saat ia melihatnya dan membuatnya semakin tidak dapat mengendalikan dirinya. Xue Yao merasakan dirinya meledak lalu ambruk dengan napas memburu. Ia memeluk Xue Ling dengan tubuh gemetar. Xue Yao menatap wajah Xue Ling yang memerah dan masih panas karena percintaan mereka. Mencium kening, mata dan pipi gadis itu dan berbisik “Aku mencintaimu” lalu mencium bibirnya yang bengkak.Xue
Ia memang lelah, tapi—.“Aku lapar.”Eh! Xue Yao mengerjap. Lapar? Batinnya membeo. Dan ia teringat pada makanan yang ia bawa dari dapur. Xue Yao menyeringai nakal.Xue Yao turun dari ranjang, melangkah ke lemari, mengambil bajunya dan baju untuk Xue Ling juga.“Berapa banyak pakaian yang sudah kau buatkan untukku?”Xue Ling bergegas berpakaian. “Sepertinya sudah 8 pasang.”Xue Yao duduk di depan meja, menyangga dagunya dengan satu tangan, menatap Xue Ling yang sedang berpakaian membuat gadis itu tersipu malu. Xue Yao tersenyum puas dan bahagia. “Apa rencanamu dengan pakaian itu?”Xue Ling menyusul Xue Yao, mereka duduk berhadapan. “Mengirimnya ke ibu kota, tentu saja.”Tatapan Xue Yao terpaku pada Xue Ling. Xue Ling makan dengan lahap meskipun makanannya sudah dingin. Tapi, sejak kecil memang Xue Ling tidak pernah rewel jika menyangkut makanan. Apapun asalkan da
“Kalau aku tidak apa?” potong Xue Yao cepat. Tatapan lembut. “Mencumbumu?”“Hentikan!” protes Xue Ling sambil mendorong Xue Yao. Xue Yao tidak bergeming.“Tapi aku suka sekali mencumbumu?” bisiknya penuh gairah. “Kau sudah makan, aku juga sudah tidak lelah. Apakah—“Benar-benar mesum. Xue Ling memukul dada Xue Yao kesal dan malu.Xue Yao tersenyum. Mengecup kening Xue Ling. “tapi itu bisa menunggu. Sekarang yang harus kita lakukan adalah segera menikah.”“Aku tidak mau menikah!”“Kenapa?”“Pokoknya tidak mau!”“Beri aku alasan. Dan sebaiknya alasanmu bagus. Jangan membuatku kesal dan marah.” Ancam Xue Yao. ““Karena aku yakin, kau ingin menikahiku hanya karena ingin membujukku pulang, bukan?“Xue Yao terperanjat. “Apa yang membuatmu berpikir begitu. Bukankah sudah ku