Home / Romansa / YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT / Menikah Dengan Pangeran ke Lima

Share

Menikah Dengan Pangeran ke Lima

Author: Rizkymutha14
last update Last Updated: 2024-11-04 17:03:41

"Jantungmu lebih berharga dari nyawamu," desis pangeran Chuan seraya menatap wajah pucat Lie Wei Ying.

"TIDAK !" teriak Lie Wei Ying yang sudah terbaring di tempat tidur dengan nafas yang terengah-engah. "Semua itu hanya mimpi. Tapi, kenapa itu terasa nyata," sambungnya.

Detik kemudian, perlahan ia bangun dari berbaring dan duduk di atas tempat tidur. Ia mengamati sekeliling ruangan itu yang begitu asing baginya.

"Dimana aku ?" gumamnya. Lalu, dengan tubuh yang masih lemah, Lie Wei Ying turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah meja rias.

Lie Wei Ying sungguh terkejut saat melihat pantulan wajahnya di cermin.

"Wajah siapa ini?" gumamnya dalam hati. Lie Wei Ying meraba wajahnya yang kini berbeda. Lalu, sebuah ingatan terlintas di kepalanya, dimana kejadian malam itu kembali terlintas.

"Ternyata , aku masuk ke dalam tubuh gadis lain. Mungkinkah, dewa memberiku kesempatan kedua ini agar aku bisa membalas dendam," bisik Lie Wei Ying.

Ketika tengah termenung, ia terlonjak kaget saat mendengar suara pintu yang terbuka sangat keras. Li Wei Ying menatap bingung ketika seorang gadis muda tiba-tiba muncul dan menamparnya dengan keras. Rasa sakit di pipinya terasa seperti kilat yang menyambar. Gadis itu mencaci makinya dengan kata-kata yang menusuk.

Lalu, tanpa ragu, Yuan Jie melayangkan tangannya kembali. Namun, sebelum tangan Yuan Jie bisa menyentuhnya, Li Wei Ying dengan cepat mencengkram kuat tangannya. Pandangannya tajam, seperti mata elang yang siap menerkam mangsanya.

Yuan Jie meringis kesakitan. Kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi sia-sia. Li Wei Ying menghempaskan tangan Yuan Jie, membuatnya terhuyung mundur. Setiap kali Yuan Jie mencoba melawan, Li Wei Ying kembali mencengkram lehernya dan mendorongnya dengan kekuatan yang tak terduga. Yuan Jie terbentur keras ke dinding kayu di belakangnya.

"Berani kau melayangkan tanganmu," desis Li Wei Ying dengan napas terengah-engah. "Aku tidak akan segan mematahkan tanganmu."

Yuan Jie terengah-engah juga, matanya memandang penuh ketakutan. Kedua tangannya masih berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi semakin lemah. Dia tahu, dia tak punya peluang melawan.

Dalam kamar Li Wei Ying, suasana tegang memenuhi udara. Para pelayan berdiri di sudut ruangan, mata mereka membelalak ketika melihat kedua Nona itu bertengkar. Cahaya lilin yang gemerlap memperlihatkan wajah-wajah yang ketakutan.

Tiba-tiba, langkah kaki yang terburu-buru menghentak lantai. Semua pandangan beralih ke pintu. Li Wei Ying, dengan rambut hitamnya yang terurai, tidak sedikit pun menunjukkan belas kasihan pada Yuan Jie yang hampir kehabisan nafas.

Orang yang masuk adalah seorang pria tua dengan pakaian jenderal yang masih terlihat gagah. "Yuan Ling, hentikan!" sentaknya, suaranya menggema di dinding kamar. Ia memisahkan Li Wei Ying dan Yuan Jie dengan tegas.

Li Wei Ying menoleh, matanya sedikit terkejut saat melihat pria tua di hadapannya. Ternyata, ia mengenali pria itu dengan baik.

"Jadi, aku masuk ke dalam tubuh Putri dari Jenderal Yuan," monolognya dalam hati, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.

Li Wei Ying yang masih termenung, sedikit terlonjak saat Jenderal Yuan menegurnya. Suara Jenderal Yuan yang tegas dan penuh wibawa membuatnya tersentak dari lamunannya.

"Siap atau pun tidak, kau akan tetap menikah dengan Pangeran Kelima," sentak Jenderal Yuan, suaranya menggema di ruangan itu.

Li Wei Ying merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia menatap Jenderal Yuan dengan mata yang penuh kebingungan. Namun, sebelum ia sempat berkata apa-apa, Jenderal Yuan sudah melangkah tegas keluar dari ruangan, raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang mendalam.

Di sudut ruangan, Yuan Jie menatap Li Wei Ying dengan tatapan dingin. Senyum sinis terukir di bibirnya, seolah menikmati ketidaknyamanan yang dirasakan Li Wei Ying.

"Jangan berharap ada yang bisa menolongmu," bisik Yuan Jie dengan nada mengejek, suaranya seperti desis ular yang siap menyerang.

Li Wei Ying yang masih bingung , tidak bisa berbuat apapun . Namun, dalam hatinya ia sangat bersyukur. Menerima pernikahannya dengan pangeran Qing Xiao Fei, adalah kesempatan dia untuk membalaskan dendamnya pada pangeran Qing Chuan.

"Sekarang, aku bukanlah Li Wei Ying tapi Yuan Ling, yang akan membawa kehancuran."

**

**

**

Li Wei Ying menghela nafas berat. Hati masih dongkol, dia memandangi dirinya dalam cermin. Rambutnya dirapikan dengan hati-hati, dan wajahnya dipoles dengan bedak putih yang membuat kulitnya semakin merona. Di tangannya, ia memegang sehelai kain sutra merah yang akan menjadi gaun pengantinnya.

Setelah selesai berhias, Li Wei Ying diantar ke istana kerajaan Qing. Tidak ada rombongan atau iring-iringan pengantin menuju istana. Hanya langkah-langkahnya yang terdengar di koridor sepi. Bau harum bunga melati menyergapnya, mengingatkannya pada masa kecilnya di desa.

Di pintu gerbang istana, penjaga berpakaian merah menyambutnya. "Selamat datang, Putri Ling," ucapnya dengan sopan. "Mari, kami akan mengantar Putri, ke kediaman Pangeran."

Yuan Ling menelan ludah, dadanya berdebar kencang. Ia belum pernah merasakan ketegangan seperti ini sebelumnya. Menikahi Pangeran Qing Fei, yang dikenal sebagai pangeran yang kurang cerdas, bukanlah pilihan yang ia inginkan. Namun, tak ada jalan lain. Ia mengangguk pada pelayan wanita yang akan menuntunnya menuju istana yang megah.

Langkah Yuan Ling terasa berat, seolah menginjak batu-batu besar di hatinya. Ia memperhatikan setiap sudut istana, dinding yang dihiasi ukiran-ukiran indah, lampu gantung yang berkilauan, dan aroma bunga melati yang menyegarkan. Pikirnya, meskipun dia menikahi seorang pangeran yang terbilang bodoh dan idiot, keluarga istana pasti akan memperlakukan Pangeran Qing Fei dengan hormat. Setidaknya, mereka akan memberikan kediaman yang megah dan fasilitas yang layak.

Namun, kenyataannya berbeda. Pangeran Qing Fei juga menerima perlakuan yang buruk. Tempat tinggalnya jauh dari kemegahan istana, lebih mirip gubuk daripada kediaman seorang pangeran. Yuan Ling merenung, menggigit bibirnya. Ia tahu, sebagai istri, tanggung jawabnya adalah melindungi suaminya. Namun, apa yang bisa dia lakukan dalam dunia yang begitu keras ini?

Mereka pun sampai di tempat kediaman pangeran kelima. Yuan Ling merasa prihatin. Bangunan yang menurutnya tidak layak huni, kini ia harus tinggal bersama suaminya sekarang.

"Putri, silahkan lewati tungku ini," titahnya. Yuan Ling melihat ke bawah dimana ada tungku bara api yang harus ia langkahi.

Yuan Ling berdiri di ambang pintu, jantungnya berdebar. Di hadapannya, tungku bara api membara, mengeluarkan cahaya merah menyala. Bau kayu terbakar dan asap menggantung di udara. Yuan Ling menatap dengan raut wajah tenang.

"Putri," kata pelayan dengan suara rendah, "silahkan lewati tungku ini."

Yuan Ling menggigit bibirnya. Dia tahu ini adalah bagian dari upacara pernikahan mereka. Tungku ini melambangkan pengorbanan dan keberanian. Dia harus melewati api ini untuk membuktikan kesetiaannya pada kerajaan dan suaminya yang baru dinikahinya.

Bukannya melangkahi tungku itu, Yuan Ling malah menendangnya. Bara kayu yang ada di dalam tungku itu pun berhamburan. Pelayan yang mengantar Yuan Ling, lari terbirit-birit karena ketakutan. Sementara Yuan Ling melangkah tegas dan anggun penuh dengan tekad, menuju tempat tidur.

Yuan Ling mengibarkan gaunnya yang panjang, dengan gerakan yang begitu anggun dan elegan. Detik kemudian, ia duduk tenang menunggu sang Pangeran datang.

"Dimana dia?" Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki dari luar. Yuan Ling yang duduk tanpa memakai penutup kepala, segera menutupnya dan duduk dengan anggun.

'Brak'

Suara pintu terbuka kasar. Pangeran Qing Xiao Fei datang, mengenakan pakaian senada. Raut wajahnya dingin dan tegas, hidung mancung, alis kerang, bibir sedikit tapi, pipi tirus, mata yang eksotis serta tubuh yang tegap dan atletis menambah kesan tersendiri.

Pangeran Qing Xiao Fei melangkah masuk ke ruangan. Cahaya remang-remang menyambutnya, mengelilingi dinding berhias ukiran kayu dan permadani lembut di lantai. Udara harum bunga melati menguar dari sudut ruangan, menciptakan suasana yang tenang.

Namun, siapa sangka, hal yang tak terduga terjadi padanya. Tiba-tiba, kakinya tersandung pada ujung permadani. Tubuhnya terjerembab dengan posisi tengkurap, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Lantai yang sebelumnya hanya sebuah permukaan datar kini menjadi panggung kekonyolan.

Yuan Ling, duduk tenang di tempat tidur dengan penutup kepala yang melindungi matanya dari cahaya, tersenyum saat mendengar kekonyolannya. Ia bisa membayangkan adegan itu, Pangeran Qing Fei, yang seharusnya gagah dan anggun, kini tergeletak di lantai dengan wajah penuh kebingungan.

"Aww!" Pangeran Qing Fei meringis kesakitan, tangannya meraba pergelangan kakinya yang terasa sedikit nyeri. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari tahu apakah ada yang menyaksikan momen memalukan ini. Dengan gerakan cepat, ia bangun dan kembali berdiri tegak. Wajahnya memerah, tetapi matanya berbinar.

Related chapters

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   perasaan Yang Aneh

    Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya. Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya. Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh. Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya. "Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pa

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kembali Bertemu Dengan Pangeran Qing Chuan

    Hari berganti, Yuan Ling yang sebelumnya tak sadarkan diri sejak malam sebelumnya, kini terbangun dengan kepala yang masih terasa berat dan pusing. Perlahan, ia duduk, memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan gaun pengantin. Pandangannya mengelilingi kamarnya yang hening. Pikirannya masih kacau, dan tubuhnya terasa lemas. Tidak lama kemudian, Pangeran Qing Fei memasuki ruangan dengan membawa baskom berisi air. Meskipun Pangeran Qing Fei mengira Yuan Ling masih tertidur, saat melewati tempat tidurnya, dia terkejut melihat Yuan Ling sudah terbangun dan duduk. "Ling'er, kau sudah bangun?" tanya Pangeran Qing Fei, berdiri tak jauh darinya. "Oh, iya. Hari ini kita akan menghadap ibunda untuk memberikan penghormatan. Bersiaplah," lanjutnya. Pangeran Qing Fei pergi ke sisi ruangan yang lain dan meletakkan baskom air. Sikap Pangeran Qing Fei kembali seperti semula—bodoh dan pemalu. Tanpa sepatah kata pun, dia meninggalkan Yuan Ling sendirian di kamarnya. Yuan Ling memperhatikan ke

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

    Pangeran Qing Chuan dan Pangeran Qing Chen merasa geram dengan sikap tidak sopan dan arogan yang ditunjukkan oleh Putri Yuan Ling. Ia dengan tegas, menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kerajaan. Suasana di ruangan istana menjadi tegang, dan semua mata tertuju padanya. Tiba-tiba, selir Yuhe, yang duduk di kursi kebesaran, tertawa ringan. Tawanya memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. "Jangan terlalu serius, Putri Yuan Ling," ujarnya dengan bijaksana. "Para pangeran memang suka membuat lelucon." Selir Yuhe melirik ke arah Qing Chuan dan berkata, "Chuan, berikan teh Krisan itu pada Pangeran Kelima." Pangeran Qing Chuan mengangguk tegas dan melangkah menuju meja di bawah kursi selir Yuhe. Disana, sebuah gelas teh Krisan sudah tersedia. Namun, ketika Pangeran Qing Chuan berjalan mendekati Pangeran Qing Fei, dia terlihat takut dan bersembunyi di belakangnya. Yuan Ling terheran saat melihat suaminya itu bersembunyi di balik punggungnya saat pangeran Qing Chuan berj

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kejutan Di Perayaan

    Matahari telah meninggalkan sinarnya, dan langit pun berubah menjadi gelap. Desiran angin malam yang dingin menerpa pepohonan di sekitar, menimbulkan suara gemerisik dari dunia yang saling bergesekan. Aroma tanah basah tercium samar-samar, membawa kenangan akan hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, suara jangkrik mulai terdengar, menambah kesan tenang dan damai pada malam yang baru saja dimulai. Sementara itu, bintang-bintang mulai bermunculan, seolah-olah berlomba untuk menghiasi langit malam yang pekat. Dalam keheningan malam yang pekat, terlihat Pangeran Qing Chuan tengah berjalan perlahan di samping kediamannya, menuju arah kolam yang tenang. Langkahnya terdengar lembut di atas tanah berkerikil, seolah-olah ia tidak ingin mengganggu ketenangan malam itu. Sesampainya di sisi kolam, ia berhenti dan memandang ke arah air yang memantulkan bayangannya sendiri. Pikiran-pikirannya berkecamuk, penuh dengan kerumitan yang tak terucapkan. "Siapa sebenarnya Yuan Ling? Dia bahkan bisa

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah

    Udara dingin pagi masih menyelimuti kamar pangeran Qing Fei. Bau samar dupa dan teh melati masih tercium, sisa aroma terapi yang Yuan Ling gunakan untuk menenangkan suaminya setelah peristiwa menegangkan di pesta ulang tahun Permaisuri Zhu Lian. Cahaya rembulan, redup dan pucat, menembus celah tirai sutra, menghasilkan pola-pola lembut di lantai marmer yang dingin. Selesai mengobati luka kecil di lengan pangeran Qing Fei—luka akibat pertengkaran dengan salah satu bangsawan yang iri akan kekayaan dan pengaruh keluarga Qing Fei—Yuan Ling pun membaringkan tubuhnya di samping sang pangeran. Lelah, namun hati mereka dipenuhi kekhawatiran akan pertemuan dengan Kaisar esok hari. Pagi ini, mereka harus menjelaskan keributan yang terjadi, sebuah insiden yang hampir mencoreng nama baik istana.Beberapa jam berlalu, sunyi hanya diiringi detak jam antik di sudut ruangan. Sebelum sinar mentari pertama menyentuh dinding istana yang tinggi menjulang, Yuan Ling, dengan rambut hitam legam yang

Latest chapter

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah

    Udara dingin pagi masih menyelimuti kamar pangeran Qing Fei. Bau samar dupa dan teh melati masih tercium, sisa aroma terapi yang Yuan Ling gunakan untuk menenangkan suaminya setelah peristiwa menegangkan di pesta ulang tahun Permaisuri Zhu Lian. Cahaya rembulan, redup dan pucat, menembus celah tirai sutra, menghasilkan pola-pola lembut di lantai marmer yang dingin. Selesai mengobati luka kecil di lengan pangeran Qing Fei—luka akibat pertengkaran dengan salah satu bangsawan yang iri akan kekayaan dan pengaruh keluarga Qing Fei—Yuan Ling pun membaringkan tubuhnya di samping sang pangeran. Lelah, namun hati mereka dipenuhi kekhawatiran akan pertemuan dengan Kaisar esok hari. Pagi ini, mereka harus menjelaskan keributan yang terjadi, sebuah insiden yang hampir mencoreng nama baik istana.Beberapa jam berlalu, sunyi hanya diiringi detak jam antik di sudut ruangan. Sebelum sinar mentari pertama menyentuh dinding istana yang tinggi menjulang, Yuan Ling, dengan rambut hitam legam yang

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kejutan Di Perayaan

    Matahari telah meninggalkan sinarnya, dan langit pun berubah menjadi gelap. Desiran angin malam yang dingin menerpa pepohonan di sekitar, menimbulkan suara gemerisik dari dunia yang saling bergesekan. Aroma tanah basah tercium samar-samar, membawa kenangan akan hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, suara jangkrik mulai terdengar, menambah kesan tenang dan damai pada malam yang baru saja dimulai. Sementara itu, bintang-bintang mulai bermunculan, seolah-olah berlomba untuk menghiasi langit malam yang pekat. Dalam keheningan malam yang pekat, terlihat Pangeran Qing Chuan tengah berjalan perlahan di samping kediamannya, menuju arah kolam yang tenang. Langkahnya terdengar lembut di atas tanah berkerikil, seolah-olah ia tidak ingin mengganggu ketenangan malam itu. Sesampainya di sisi kolam, ia berhenti dan memandang ke arah air yang memantulkan bayangannya sendiri. Pikiran-pikirannya berkecamuk, penuh dengan kerumitan yang tak terucapkan. "Siapa sebenarnya Yuan Ling? Dia bahkan bisa

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

    Pangeran Qing Chuan dan Pangeran Qing Chen merasa geram dengan sikap tidak sopan dan arogan yang ditunjukkan oleh Putri Yuan Ling. Ia dengan tegas, menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kerajaan. Suasana di ruangan istana menjadi tegang, dan semua mata tertuju padanya. Tiba-tiba, selir Yuhe, yang duduk di kursi kebesaran, tertawa ringan. Tawanya memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. "Jangan terlalu serius, Putri Yuan Ling," ujarnya dengan bijaksana. "Para pangeran memang suka membuat lelucon." Selir Yuhe melirik ke arah Qing Chuan dan berkata, "Chuan, berikan teh Krisan itu pada Pangeran Kelima." Pangeran Qing Chuan mengangguk tegas dan melangkah menuju meja di bawah kursi selir Yuhe. Disana, sebuah gelas teh Krisan sudah tersedia. Namun, ketika Pangeran Qing Chuan berjalan mendekati Pangeran Qing Fei, dia terlihat takut dan bersembunyi di belakangnya. Yuan Ling terheran saat melihat suaminya itu bersembunyi di balik punggungnya saat pangeran Qing Chuan berj

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kembali Bertemu Dengan Pangeran Qing Chuan

    Hari berganti, Yuan Ling yang sebelumnya tak sadarkan diri sejak malam sebelumnya, kini terbangun dengan kepala yang masih terasa berat dan pusing. Perlahan, ia duduk, memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan gaun pengantin. Pandangannya mengelilingi kamarnya yang hening. Pikirannya masih kacau, dan tubuhnya terasa lemas. Tidak lama kemudian, Pangeran Qing Fei memasuki ruangan dengan membawa baskom berisi air. Meskipun Pangeran Qing Fei mengira Yuan Ling masih tertidur, saat melewati tempat tidurnya, dia terkejut melihat Yuan Ling sudah terbangun dan duduk. "Ling'er, kau sudah bangun?" tanya Pangeran Qing Fei, berdiri tak jauh darinya. "Oh, iya. Hari ini kita akan menghadap ibunda untuk memberikan penghormatan. Bersiaplah," lanjutnya. Pangeran Qing Fei pergi ke sisi ruangan yang lain dan meletakkan baskom air. Sikap Pangeran Qing Fei kembali seperti semula—bodoh dan pemalu. Tanpa sepatah kata pun, dia meninggalkan Yuan Ling sendirian di kamarnya. Yuan Ling memperhatikan ke

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   perasaan Yang Aneh

    Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya. Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya. Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh. Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya. "Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pa

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Menikah Dengan Pangeran ke Lima

    "Jantungmu lebih berharga dari nyawamu," desis pangeran Chuan seraya menatap wajah pucat Lie Wei Ying. "TIDAK !" teriak Lie Wei Ying yang sudah terbaring di tempat tidur dengan nafas yang terengah-engah. "Semua itu hanya mimpi. Tapi, kenapa itu terasa nyata," sambungnya. Detik kemudian, perlahan ia bangun dari berbaring dan duduk di atas tempat tidur. Ia mengamati sekeliling ruangan itu yang begitu asing baginya. "Dimana aku ?" gumamnya. Lalu, dengan tubuh yang masih lemah, Lie Wei Ying turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah meja rias. Lie Wei Ying sungguh terkejut saat melihat pantulan wajahnya di cermin. "Wajah siapa ini?" gumamnya dalam hati. Lie Wei Ying meraba wajahnya yang kini berbeda. Lalu, sebuah ingatan terlintas di kepalanya, dimana kejadian malam itu kembali terlintas. "Ternyata , aku masuk ke dalam tubuh gadis lain. Mungkinkah, dewa memberiku kesempatan kedua ini agar aku bisa membalas dendam," bisik Lie Wei Ying. Ketika tengah termenung, ia terlonjak

DMCA.com Protection Status