Share

Menikah Dengan Pangeran ke Lima

Li Wei Ying menatap bingung ketika seorang gadis muda tiba-tiba muncul dan menamparnya dengan keras. Rasa sakit di pipinya terasa seperti kilat yang menyambar. Gadis itu mencaci makinya dengan kata-kata yang menusuk.

Lalu, tanpa ragu, Yuan Jie melayangkan tangannya kembali. Namun, sebelum tangan Yuan Jie bisa menyentuhnya, Li Wei Ying dengan cepat mencengkram kuat tangannya. Pandangannya tajam, seperti mata elang yang siap menerkam mangsanya.

Yuan Jie meringis kesakitan. Kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi sia-sia. Li Wei Ying menghempaskan tangan Yuan Jie, membuatnya terhuyung mundur. Setiap kali Yuan Jie mencoba melawan, Li Wei Ying kembali mencengkram lehernya dan mendorongnya dengan kekuatan yang tak terduga. Yuan Jie terbentur keras ke dinding kayu di belakangnya.

"Berani kau melayangkan tanganmu," desis Li Wei Ying dengan napas terengah-engah. "Aku tidak akan segan mematahkan tanganmu."

Yuan Jie terengah-engah juga, matanya memandang penuh ketakutan. Kedua tangannya masih berusaha melepaskan cengkraman Li Wei Ying, tapi semakin lemah. Dia tahu, dia tak punya peluang melawan.

Dalam kamar Li Wei Ying, suasana tegang memenuhi udara. Para pelayan berdiri di sudut ruangan, mata mereka membelalak ketika melihat kedua Nona itu bertengkar. Cahaya lilin yang gemerlap memperlihatkan wajah-wajah yang ketakutan.

Tiba-tiba, langkah kaki yang terburu-buru menghentak lantai. Semua pandangan beralih ke pintu. Li Wei Ying, dengan rambut hitamnya yang terurai, tidak sedikit pun menunjukkan belas kasihan pada Yuan Jie yang hampir kehabisan nafas.

Orang yang masuk adalah seorang pria tua dengan pakaian jenderal yang masih terlihat gagah. "Yuan Ling, hentikan!" sentaknya, suaranya menggema di dinding kamar. Ia memisahkan Li Wei Ying dan Yuan Jie dengan tegas.

Li Wei Ying menoleh, matanya sedikit terkejut saat melihat pria tua di hadapannya. Ternyata, ia mengenali pria itu dengan baik.

"Jadi, aku masuk ke dalam tubuh Putri dari Jenderal Yuan," monolognya dalam hati, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.

Li Wei Ying yang masih termenung, sedikit terlonjak saat Jenderal Yuan menegurnya. Suara Jenderal Yuan yang tegas dan penuh wibawa membuatnya tersentak dari lamunannya.

"Siap atau pun tidak, kau akan tetap menikah dengan Pangeran Kelima," sentak Jenderal Yuan, suaranya menggema di ruangan itu.

Li Wei Ying merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia menatap Jenderal Yuan dengan mata yang penuh kebingungan. Namun, sebelum ia sempat berkata apa-apa, Jenderal Yuan sudah melangkah tegas keluar dari ruangan, raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang mendalam.

Di sudut ruangan, Yuan Jie menatap Li Wei Ying dengan tatapan dingin. Senyum sinis terukir di bibirnya, seolah menikmati ketidaknyamanan yang dirasakan Li Wei Ying.

"Jangan berharap ada yang bisa menolongmu," bisik Yuan Jie dengan nada mengejek, suaranya seperti desis ular yang siap menyerang.

Li Wei Ying yang masih bingung , tidak bisa berbuat apapun . Namun, dalam hatinya ia sangat bersyukur. Menerima pernikahannya dengan pangeran Qing Xiao Fei, adalah kesempatan dia untuk membalaskan dendamnya pada pangeran Qing Chuan.

"Sekarang, aku bukanlah Li Wei Ying tapi Yuan Ling, yang akan membawa kehancuran."

**

**

**

Li Wei Ying menghela nafas berat. Hati masih dongkol, dia memandangi dirinya dalam cermin. Rambutnya dirapikan dengan hati-hati, dan wajahnya dipoles dengan bedak putih yang membuat kulitnya semakin merona. Di tangannya, ia memegang sehelai kain sutra merah yang akan menjadi gaun pengantinnya.

Setelah selesai berhias, Li Wei Ying diantar ke istana kerajaan Qing. Tidak ada rombongan atau iring-iringan pengantin menuju istana. Hanya langkah-langkahnya yang terdengar di koridor sepi. Bau harum bunga melati menyergapnya, mengingatkannya pada masa kecilnya di desa.

Di pintu gerbang istana, penjaga berpakaian merah menyambutnya. "Selamat datang, Putri Ling," ucapnya dengan sopan. "Mari, kami akan mengantar Putri, ke kediaman Pangeran."

Yuan Ling menelan ludah, dadanya berdebar kencang. Ia belum pernah merasakan ketegangan seperti ini sebelumnya. Menikahi Pangeran Qing Fei, yang dikenal sebagai pangeran yang kurang cerdas, bukanlah pilihan yang ia inginkan. Namun, tak ada jalan lain. Ia mengangguk pada pelayan wanita yang akan menuntunnya menuju istana yang megah.

Langkah Yuan Ling terasa berat, seolah menginjak batu-batu besar di hatinya. Ia memperhatikan setiap sudut istana, dinding yang dihiasi ukiran-ukiran indah, lampu gantung yang berkilauan, dan aroma bunga melati yang menyegarkan. Pikirnya, meskipun dia menikahi seorang pangeran yang terbilang bodoh dan idiot, keluarga istana pasti akan memperlakukan Pangeran Qing Fei dengan hormat. Setidaknya, mereka akan memberikan kediaman yang megah dan fasilitas yang layak.

Namun, kenyataannya berbeda. Pangeran Qing Fei juga menerima perlakuan yang buruk. Tempat tinggalnya jauh dari kemegahan istana, lebih mirip gubuk daripada kediaman seorang pangeran. Yuan Ling merenung, menggigit bibirnya. Ia tahu, sebagai istri, tanggung jawabnya adalah melindungi suaminya. Namun, apa yang bisa dia lakukan dalam dunia yang begitu keras ini?

Mereka pun sampai di tempat kediaman pangeran kelima. Yuan Ling merasa prihatin. Bangunan yang menurutnya tidak layak huni, kini ia harus tinggal bersama suaminya sekarang.

"Putri, silahkan lewati tungku ini," titahnya. Yuan Ling melihat ke bawah dimana ada tungku bara api yang harus ia langkahi.

Yuan Ling berdiri di ambang pintu, jantungnya berdebar. Di hadapannya, tungku bara api membara, mengeluarkan cahaya merah menyala. Bau kayu terbakar dan asap menggantung di udara. Yuan Ling menatap dengan raut wajah tenang.

"Putri," kata pelayan dengan suara rendah, "silahkan lewati tungku ini."

Yuan Ling menggigit bibirnya. Dia tahu ini adalah bagian dari upacara pernikahan mereka. Tungku ini melambangkan pengorbanan dan keberanian. Dia harus melewati api ini untuk membuktikan kesetiaannya pada kerajaan dan suaminya yang baru dinikahinya.

Bukannya melangkahi tungku itu, Yuan Ling malah menendangnya. Bara kayu yang ada di dalam tungku itu pun berhamburan. Pelayan yang mengantar Yuan Ling, lari terbirit-birit karena ketakutan. Sementara Yuan Ling melangkah tegas dan anggun penuh dengan tekad, menuju tempat tidur.

Yuan Ling mengibarkan gaunnya yang panjang, dengan gerakan yang begitu anggun dan elegan. Detik kemudian, ia duduk tenang menunggu sang Pangeran datang.

"Dimana dia?" Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki dari luar. Yuan Ling yang duduk tanpa memakai penutup kepala, segera menutupnya dan duduk dengan anggun.

'Brak'

Suara pintu terbuka kasar. Pangeran Qing Xiao Fei datang, mengenakan pakaian senada. Raut wajahnya dingin dan tegas, hidung mancung, alis kerang, bibir sedikit tapi, pipi tirus, mata yang eksotis serta tubuh yang tegap dan atletis menambah kesan tersendiri.

Pangeran Qing Xiao Fei melangkah masuk ke ruangan. Cahaya remang-remang menyambutnya, mengelilingi dinding berhias ukiran kayu dan permadani lembut di lantai. Udara harum bunga melati menguar dari sudut ruangan, menciptakan suasana yang tenang.

Namun, siapa sangka, hal yang tak terduga terjadi padanya. Tiba-tiba, kakinya tersandung pada ujung permadani. Tubuhnya terjerembab dengan posisi tengkurap, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Lantai yang sebelumnya hanya sebuah permukaan datar kini menjadi panggung kekonyolan.

Yuan Ling, duduk tenang di tempat tidur dengan penutup kepala yang melindungi matanya dari cahaya, tersenyum saat mendengar kekonyolannya. Ia bisa membayangkan adegan itu, Pangeran Qing Fei, yang seharusnya gagah dan anggun, kini tergeletak di lantai dengan wajah penuh kebingungan.

"Aww!" Pangeran Qing Fei meringis kesakitan, tangannya meraba pergelangan kakinya yang terasa sedikit nyeri. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari tahu apakah ada yang menyaksikan momen memalukan ini. Dengan gerakan cepat, ia bangun dan kembali berdiri tegak. Wajahnya memerah, tetapi matanya berbinar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status