Share

perasaan Yang Aneh

Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya.

Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya.

Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh.

Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya.

"Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pangeran Qing Fei hingga terjungkal dan terjerembab di lantai. Dia menatap pangeran Qing Fei dengan ekspresi terkejut. Cahaya dari jendela menghiasi ruangan, memperlihatkan debu-debu yang berputar di udara.

Pangeran Qing Fei bangkit dan berdiri di hadapannya, memperlihatkan wajah yang begitu polos.

“Tidak!” ucapnya. “Aku tidak bermaksud seperti itu. Para pelayan mengatakan, jika sudah suami-istri, tidak masalah mencium istrinya,” lanjutnya dengan polos, suaranya lembut seperti angin yang menyentuh daun-daun di luar jendela.

Pangeran Qing Fei kembali melangkah seraya berkata, "Kalau begitu aku tidak akan __." kalimat pangeran Qing Fei terpotong, ketika sebelah tangan Yuan Ling terangkat, detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya takut, seraya memegang kedua telinganya.

"Lagi?" sentak nya. Pikir Yuan Ling, pangeran Qing Fei akan melakukan perbuatan tidak sopan lagi padanya. Namun, jawaban yang diberikan oleh pangeran Qing Fei membuat Yuan Ling kikuk.

Dalam ruangan yang berhias mewah, cahaya lilin-lilin emas memantul, bagai dunia fiksi yang memberikan keajaiban. Namun, keajaiban itu terasa sedikit pudar ketika pangeran Qing Fei, suaminya yang baru saja dinikahinya, berbicara dengan nada yang menggemaskan dan menggelitik di telinga.

Yuan Ling lupa bahwa pria yang dinikahinya tidak seperti pria pada umumnya. Sikap pangeran Qing Fei begitu kekanak-kanakan, seolah dia masih bermain di taman bermain istana. Tapi, dibalik kepolosannya, ada ketulusan yang sulit diabaikan.

"Aku hanya ingin meminta maaf," ucapnya lirih. Suara pangeran Qing Fei terdengar seperti gemerincing air di mata air tersembunyi. Yuan Ling merasa hatinya meleleh. Dia tidak pernah membayangkan bahwa pernikahan ini akan membawanya ke dunia yang begitu berbeda.

"Tadi aku tidak bermaksud untuk mendorongmu, aku hanya terkejut saja," balas Yuan Ling. Pangeran Qing Fei, yang membelakangi Yuan Ling, perlahan menoleh dengan raut wajah cemberut. "Aku tahu kalau kau adalah Putri Yuan Ling, anak jenderal Yuan Li. Aku juga tahu, kau pasti tidak akan menyukai diriku, karena aku adalah pria bodoh dan idiot," lanjutnya.

Yuan Ling tersentuh mendengar ungkapan pria yang baru saja dinikahinya. Dia melihat mata pangeran Qing Fei yang mencari kepastian. "Aku menikah denganmu, adalah keinginanku sendiri," kata Yuan Ling dengan tegas. Perkataannya membuat pangeran Qing Fei terkejut sekaligus bahagia. Ia tersenyum malu-malu, dan Yuan Ling tak bisa menahan senyum melihat tingkah lucu sang pangeran.

Suasana di ruangan berubah menjadi canggung. Detik kemudian, pangeran Qing Fei mengambil inisiatif untuk menghilangkan ketegangan. "Apa kau lapar?" tanya pangeran Qing pada Yuan Ling. "Masakan koki di istana ini, sangat enak." Sambungnya.

"Baik," jawabnya dengan singkat.

"Kalau begitu aku akan mengambilkan kue kacang hijau. Anggap saja ini adalah perayaan untuk kita." Pangeran Qing Fei pun melangkah ke samping tempat tidurnya dan mengambil kue kacang yang berada di atas meja. Lalu, ia pun kembali dengan membawa kue kacang hijau itu di atas meja di samping tempat tidur. Dengan perasaan masih malu, pangeran Qing Fei kembali menjauh dan berdiri membelakangi Yuan Ling.

Yuan Ling tidak menggubris sikap yang diberikan oleh pangeran Qing, ia mengambil kue kacang hijau itu dan mencicipinya. Ketika ia menggigit kue tersebut, matanya sedikit terbelalak, ketika merasakan kelezatan kue tersebut, manis, gurih dan langsung pecah di mulut.

"Kue ini sangat lezat," gumamnya pelan. Namun, ucapannya tersebut masih terdengar jelas di telinga pangeran Qing Fei yang berdiri memunggungi Yuan Ling. Kemudian, ia melihat pangeran Qing Fei dan berseru padanya.

"Kau, makanlah !" Yuan Ling melemparkan satu kue ke arah pangeran Qing, dengan sigap pangeran Qing menangkap dan langsung melahapnya. Yuan Ling tersenyum memperhatikan pangeran Qing yang makan begitu lahap.

"Siapa namamu?" tanya Yuan Ling pada pangeran Qing Fei.

"Aku... ," kalimatnya terhenti saat ia menelan makanan , " Aku Qing Xiao Fei, aku adalah pangeran kelima," sahutnya.

Tidak ada lagi perbincangan di antara mereka. Keduanya tengah menikmati kue kacang hijau tersebut ketika tiba-tiba pandangan Yuan Ling menjadi kabur. Kepalanya terasa pusing, dan dia merasa seolah-olah sedang berputar. Detik kemudian, Yuan Ling jatuh pingsan. Begitu pun dengan Pangeran Qing Fei, yang ikut tak sadarkan diri.

Entah kapan seseorang menaburkan obat bius ke dalam makanan tersebut. Bau obat itu tidak bisa terdeteksi dan tidak memiliki rasa. Namun, di balik tirai sutra yang menggantung di dinding, mata tajam seorang wanita terus memperhatikan situasi di ruangan mewah itu.

Wanita itu berpenampilan seperti seorang pengawal bayangan. Tubuhnya lentur dan wajahnya tertutup selendang hitam. Namun, matanya yang tajam dan penuh perhitungan mengintip setiap gerak Yuan Ling dan Pangeran Qing Fei. Dia adalah Li Wei Wei seorang ahli dalam seni ilusi dan penyamaran. Tugasnya adalah melindungi Pangeran Qing Fei.

Beberapa menit berlalu, Yuan Ling yang terbaring tak sadarkan diri, tiba-tiba ada sebuah tangan misterius yang hendak mencekik lehernya. Namun, sebelum tangan itu menyentuhnya, ada sebuah tangan lain yang menghalangi aksinya.

Kemudian, terlihatlah wajah sang pelaku. Ternyata, dia adalah Pangeran Qing Fei. Rambut hitamnya terurai dengan anggun, dan matanya yang tajam menatap Li Wei Wei dengan ketegasan.

"Yang Mulia," ucap Li Wei Wei seraya membungkuk hormat.

Pangeran Qing Fei mengabaikannya. "Jangan berani-berani kau menyakitinya," balasnya dengan nada dingin dan serius. Pengawal wanita itu segera berlutut.

"Tapi Yang Mulia, dia adalah anak jenderal Yuan Li," katanya, mencoba membela diri.

"Aku punya rencana lain," balas Pangeran Qing Fei dengan singkat. Dia memandang wajah damai Yuan Ling yang tak sadarkan diri. Ada perasaan aneh yang bergejolak di dalam dadanya. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik pernikahan ini? Mengapa Yuan Ling menjadi target?

Li Wei Wei, meski kecewa dengan keputusan Pangeran Qing Fei, mengangguk. Dia tahu bahwa ada lebih banyak misteri yang harus dipecahkan. Dan dia bertekad untuk melindungi Yuan Ling, bahkan jika itu berarti harus menghadapi bahaya yang lebih besar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status