Share

Kejutan Di Perayaan

Penulis: Rizkymutha14
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 10:35:29

Matahari telah meninggalkan sinarnya, dan langit pun berubah menjadi gelap. Desiran angin malam yang dingin menerpa pepohonan di sekitar, menimbulkan suara gemerisik dari dunia yang saling bergesekan. Aroma tanah basah tercium samar-samar, membawa kenangan akan hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, suara jangkrik mulai terdengar, menambah kesan tenang dan damai pada malam yang baru saja dimulai. Sementara itu, bintang-bintang mulai bermunculan, seolah-olah berlomba untuk menghiasi langit malam yang pekat.

Dalam keheningan malam yang pekat, terlihat Pangeran Qing Chuan tengah berjalan perlahan di samping kediamannya, menuju arah kolam yang tenang. Langkahnya terdengar lembut di atas tanah berkerikil, seolah-olah ia tidak ingin mengganggu ketenangan malam itu. Sesampainya di sisi kolam, ia berhenti dan memandang ke arah air yang memantulkan bayangannya sendiri. Pikiran-pikirannya berkecamuk, penuh dengan kerumitan yang tak terucapkan.

"Siapa sebenarnya Yuan Ling? Dia bahkan bisa menggunakan racun," Pangeran Qing Chuan menghela nafas panjang. " Dia sangat tidak asing," sambungnya.

Namun, di balik ketenangan malam itu, ada sesuatu yang berbeda. Bayangan-bayangan aneh mulai muncul di antara pepohonan, bergerak perlahan seiring dengan hembusan angin malam yang dingin. Suara gemerisik dedaunan yang tadinya menenangkan kini berubah menjadi bisikan-bisikan rahasia, seolah membawa pesan dari dunia lain yang tak terlihat.

"Siapa disana?" teriak Pangeran Qing Chuan.

Pangeran Qing Chuan mengedarkan pandangannya ke sekeliling, merasakan pergerakan yang mencurigakan di antara bayang-bayang. Seketika, raut wajahnya berubah pucat saat melihat pantulan di atas air kolam. Di sana, ada sosok bayangan yang telah ia renggut nyawanya, menatapnya dengan tatapan kosong yang menghantui. Pangeran Qing Chuan mundur beberapa langkah dengan tergesa-gesa hingga ia terjerembab. Namun, matanya terus terpaku pada sosok bayangan itu, tubuhnya gemetar hebat dan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Sambil merangkak dengan ketakutan yang mencuat, ia berusaha bangkit, namun rasa takut yang mencekam membuatnya sulit bergerak.

Setelah berusaha keras, ia sampai di anak tangga dan bangun. Dengan perasaan kesal bercampur ketakutan, ia mengumpat sosok itu.

"AKU AKAN MENGHABISI SEMUA KETURUNANMU !"

**

**

**

Sementara di paviliun timur, tempat kediaman Pangeran Qing Fei dan Yuan Ling, suasana begitu hening dan sepi. Angin malam yang lembut berhembus, membawa aroma bunga melati yang samar. Di dalam kediaman, tepatnya di ruangan tengah yang diterangi cahaya lentera, Pangeran Qing Fei dan Yuan Ling tengah menikmati camilan biji teratai. Mereka duduk saling berhadapan di atas tikar anyaman bambu, dengan meja kecil di antara mereka.

Yuan Ling menatap suami polosnya itu dengan tatapan lembut, namun raut wajahnya menyimpan kekhawatiran yang sulit dijelaskan. Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah.

"Dia tidak hanya bodoh dan juga lemah, bahkan untuk membela dirinya sendiri pun ia tidak berani. Jika aku hanya menutup mata dan telinga, tidak akan ada yang bisa melindunginya. Dan Qing Chuan, pasti akan lolos dari hukuman," monolognya dalam hati, sambil memandang biji teratai di tangannya.

Pangeran Qing Fei, yang menyadari kegelisahan istrinya, mencoba mencairkan suasana. "Yuan Ling, apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya dengan suara lembut, sambil tersenyum.

Yuan Ling tersentak dari lamunannya dan mencoba tersenyum. "Tidak ada, hanya memikirkan beberapa hal," jawabnya singkat.

Pangeran Qing Fei mengernyitkan dahi, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh istrinya. "Kau tahu, kau bisa menceritakan apa saja padaku. Aku selalu ada untukmu," katanya, sambil meraih tangan Yuan Ling dengan lembut. Namun, Yuan Ling menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Pangeran Qing Fei melepaskan genggaman tangannya, ia kembali mengupas kulit biji teratai. Melihat Yuan Ling kembali termenung, pangeran Qing Fei memasukan biji teratai itu langsung ke mulut Yuan Ling hingga membuatnya ia sedikit terkejut. Raut wajah Yuan Ling masih terlihat kesal, mengingat kejadian siang tadi.

Pangeran Qing Fei yang kembali mengupas biji teratai, hendak memasukkan lagi ke mulut Yuan Ling, namun tanpa di duga Yuan Ling menepis tangannya seraya berbicara dengan nada tinggi.

"Cukup !" Mendapat penolakan dari sang istri, Pangeran Qing Fei memberengut seraya memakan biji teratai yang di tolak oleh istrinya itu. Yuan Ling yang lepas kontrol merasa bersalah, sikapnya langsung berubah lembut.

"Baiklah. Aku tidak akan menyalahkan mu," ucapnya lembut. Pangeran Qing Fei tidak membalas ucapan istrinya.

Di saat mereka tengah menikmati waktu luang, tiba-tiba seorang kepala pelayan datang menghampiri dengan langkah cepat dan menyampaikan sebuah pesan.

"Pangeran Qing, Permaisuri, dua hari lagi akan ada perayaan untuk istri Pangeran Qing Chuan. Selir Yuhe mengundang Pangeran dan Permaisuri untuk datang menghadiri acara," ucap kepala pelayan dengan suara tegas. Setelah menyampaikan pesan itu, dia pun langsung undur diri dengan hormat.

Yuan Ling sedikit terheran saat melihat seorang pelayan yang menurutnya tidak memiliki kesopanan terhadap tuannya. Ia memandang suaminya dengan alis terangkat, lalu bertanya, "Siapa dia?"

"Oh, dia adalah kepala pelayan di istana ini. Kalau tidak salah, namanya Yu Tu," balas Pangeran Qing Fei sambil mengangguk. Yuan Ling mengangguk-anggukkan kepala, mencoba mengingat nama itu.

Tiba-tiba saja, Yuan Ling memiliki ide untuk memberikan kejutan pada istri Pangeran Qing Chuan yang akan mengadakan perayaan ulang tahun. Ia menatap suaminya dengan mata berbinar.

"Pangeran, Zhu Lian adalah anak dari seorang perdana menteri yang berpengaruh di istana ini. Dia bukan orang sembarangan, jadi kita tidak boleh menganggap remeh dia," kata Yuan Ling dengan nada serius. Pangeran Qing Fei mendengarkan ucapan Yuan Ling dengan antusias, menunjukkan kepolosannya yang tulus.

"Bagaimana kalau aku yang menyiapkan hadiah untuknya?" sambung Yuan Ling dengan senyum penuh arti.

"Baiklah. Pasti hadiah yang dipilihkan istriku bukanlah hadiah sembarangan," balas Pangeran Qing Fei polos, tanpa menyadari maksud tersembunyi di balik senyum istrinya.

Yuan Ling tersenyum sinis, membayangkan hadiah kejutan yang akan ia berikan pada istri Pangeran Qing Chuan. Ia sudah merencanakan sesuatu yang akan membuat perayaan itu tak terlupakan.

**

**

**

Hari pun berganti, dan tibalah hari perayaan ulang tahun Zhu Lian, istri Pangeran Qing Chuan. Di kediamannya, Yuan Ling tengah sibuk bersiap-siap. Ia memilih pakaian dengan hati-hati, memastikan setiap lipatan rapi dan setiap aksesori terpasang sempurna. Aroma harum bunga melati yang dipasang di sudut ruangan menyebar, menambah suasana tenang dan damai.

Sementara itu, Pangeran Qing Fei berdiri di depan cermin , menunggu dengan sabar. Yuan Ling dengan cekatan membantu suaminya mengenakan pakaian resmi kerajaan. Ia merapikan kerah dan memastikan ikat pinggang terpasang dengan baik. Sentuhan lembut tangannya membuat Pangeran Qing Fei merasa nyaman dan dihargai.

Setelah semuanya selesai, mereka saling berpandangan dan tersenyum. "Kita siap," kata Yuan Ling dengan suara lembut. Pangeran Qing Fei mengangguk, dan mereka pun bergegas menuju kediaman Pangeran Qing Chuan dan Permaisuri Zhu Lian. Langkah mereka terdengar mantap di atas lantai kayu, sementara angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang segar, menambah semangat mereka untuk merayakan hari istimewa itu.

sesampainya di kediaman Pangeran Qing Chuan, ternyata sudah ada Jendral Yuan, tengah memberikan hadiah mewah. sekotak perhiasan gelang dan tusuk konde yang terbuat dari batu giok langka.

"Selamat ulang tahu, Permaisuri Zhu," ucap jendral Yuan seraya membungkuk hormat. Pangeran Qing Chuan dan Permaisuri Zhu Lian hanya menampilkan senyum sebagai jawaban.

"Pangeran , Permaisuri , aku mendengar kemarin Yuan Ling telah menyinggung perasaan Anda di kediaman selir Yuhe, saya mewakili Putri ku ingin meminta maaf karena tidak bisa mendidiknya dengan baik," ucapnya.

"Jenderal, jangan berbicara seperti itu. Yuan Ling adalah anak Anda, tentunya sikapnya pun pasti tidak akan jauh seperti ayahnya." entah itu sebuah sindiran atau ejekan untuk jenderal Yuan, namun dari balik perkataanya menyiratkan ketidak sukaan pada hubungan antara jenderal Yuan dan Pangeran Qing Fei.

"Sebagai permintaan maaf, aku juga menyiapkan hadiah lainnya untuk Permaisuri. semoga Anda suka," balasnya. Zhu Lian mengangguk pelan dan anggun.

"Terima kasih Jenderal. Karena ini adalah perayaan ulang tahun istriku, bagaimana kalau kita minum dulu?" ajaknya. Namun, Jendela Yuan segera menolak ajakan pangeran Qing Chuan.

"Terima kasih atas ajakannya. Tetapi, Yang Mulia telah memanggilku." Ada perasaan kecewa mendapat penolakan dari sang Jenderal, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Baiklah !" Jenderal Yuan pun kembali membungkuk hormat dan langsung undur diri meninggalkan tempat itu.

Ketika Jendela Yuan hendak melangkah keluar, dirinya berpapasan dengan pangeran Qing Fei dan Yuan Ling.

"Ayah, kau ada disini?" ucap Yuan Ling sedikit terkejut. "Kenapa ayah pergi buru-buru," sambungnya.

"Salam Ayah mertua," imbuh pangeran Qing Fei, menyapa jenderal Yuan.

"Salam Pangeran. Yang Mulia Kaisar memanggil ayah, jadi ayah tidak bisa lama-lama," balasnya.

"Baiklah. Kalau begitu aku tidak bisa mengantarmu pergi keluar," ucap pangeran Qing Fei.

Kemudian, terlihat raut wajah Pangeran Qing Chuan yang tidak senang dengan kedekatan adiknya dan Jenderal Yuan. Setelah melihat adik dan adik iparnya selesai berbincang dengan Jenderal Yuan, raut wajah Pangeran Qing Chuan kembali seperti biasa.

"Adik, kau juga datang," ucapnya basa-basi, mencoba menyembunyikan ketidaksenangannya.

"Tentu aku akan datang. Ini adalah hari ulang tahun kakak ipar, mana mungkin aku tidak datang," balasnya polos, dengan senyum yang tulus.

"Pangeran Chuan, Permaisuri Zhu, aku sudah menyiapkan hadiah untukmu," imbuh Yuan Ling yang sejak tadi berdiri di samping Pangeran Qing Fei. Kemudian, ia menjentikkan jarinya dan seorang pelayan wanita datang menghampiri, membawa semangkuk sup yang masih mengepul hangat.

"Aku membuatkan sup tonik, yang dibuat dari bahan-bahan berkualitas. Tentunya, ini akan membuat tubuhmu terasa bugar," kata Yuan Ling sambil memberikan mangkuk berisi sup tersebut. Aroma rempah yang kuat segera memenuhi ruangan, membuat semua orang yang hadir merasa lapar.

Tanpa menunggu lama, Zhu Lian menyendok air sup itu dan mencicipinya. Kedua bola matanya membelalak dengan senyum mengembang, merasakan kenikmatan dari sup itu.

"Sup ini sungguh lezat," puji Zhu Lian sambil kembali menyendok seraya mengaduk. Detik kemudian, ia terkejut saat melihat sebuah jantung ayam berada di dalam sup. Wajahnya berubah pucat, dan ia menatap Yuan Ling dengan tatapan bingung.

Bab terkait

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah

    Udara dingin pagi masih menyelimuti kamar pangeran Qing Fei. Bau samar dupa dan teh melati masih tercium, sisa aroma terapi yang Yuan Ling gunakan untuk menenangkan suaminya setelah peristiwa menegangkan di pesta ulang tahun Permaisuri Zhu Lian. Cahaya rembulan, redup dan pucat, menembus celah tirai sutra, menghasilkan pola-pola lembut di lantai marmer yang dingin. Selesai mengobati luka kecil di lengan pangeran Qing Fei—luka akibat pertengkaran dengan salah satu bangsawan yang iri akan kekayaan dan pengaruh keluarga Qing Fei—Yuan Ling pun membaringkan tubuhnya di samping sang pangeran. Lelah, namun hati mereka dipenuhi kekhawatiran akan pertemuan dengan Kaisar esok hari. Pagi ini, mereka harus menjelaskan keributan yang terjadi, sebuah insiden yang hampir mencoreng nama baik istana.Beberapa jam berlalu, sunyi hanya diiringi detak jam antik di sudut ruangan. Sebelum sinar mentari pertama menyentuh dinding istana yang tinggi menjulang, Yuan Ling, dengan rambut hitam legam yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah 2

    Melihat anak panah yang masih menancap di dada sang pangeran, Yuan Ling dengan cepat mencabut anak panah tersebut. Darah segar mengalir deras dari luka yang menganga, membuat Yuan Ling semakin cemas. Ia memperhatikan ujung anak panah yang bercampur darah, mulai berubah warnanya menjadi kehitaman, tanda jelas bahwa racun mematikan telah meresap."Racun!" gumam Yuan Ling dengan suara bergetar. Ia melempar anak panah tersebut dengan gerakan cepat dan panik. Tanpa membuang waktu, Yuan Ling segera memberikan pertolongan pertama. Ia menempelkan bibirnya pada luka pangeran, menghisap racun yang bercampur darah dengan penuh tekad. Setiap kali ia meludahkannya, rasa pahit dan getir memenuhi mulutnya, namun ia terus melakukannya, berulang kali.Namun, tanpa ia sadari, sebagian racun itu tertelan dan mulai memberikan efek yang mengerikan. Pandangannya mulai kabur, dan dunia di sekitarnya berputar. Tubuhnya melemas, kehilangan kekuatan, dan akhirnya ia terjatuh, tak sadarkan diri di samping sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Apakah itu memang Dia?

    Yuan Ling yang sudah terbangun lebih dulu, melihat pangeran Qing Fei masih terlelap di atas ranjangnya yang megah. Cahaya matahari pagi yang lembut menyelinap melalui celah-celah tirai, menciptakan bayangan halus di wajah sang pangeran. Setelah menyelesaikan semua persiapannya, Yuan Ling pun pergi meninggalkan kediaman pangeran Qing Fei dengan langkah hati-hati agar tidak membangunkannya. Semalam, ia sudah merencanakan sesuatu yang penting, yaitu menyelidiki kasus penyerangan di aula utama kekaisaran.Yuan Ling tiba di sebuah hutan tandus yang sunyi, hanya terdengar suara angin yang berdesir pelan di antara pepohonan kering. Ia memperhatikan suriken, senjata yang melukai pangeran Qing Fei waktu itu, dengan seksama. Bentuknya yang tajam dan berkilau di bawah sinar matahari membuatnya tampak mematikan."Siapa yang ingin membunuh Kaisar? Aku harus mencari tahu dari mana senjata ini berasal," gumam Yuan Ling pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desiran angin. Ia menggenggam suriken itu e

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   mungkin hanya perasaanku saja.

    Yuan Ling mendekat perlahan dengan mata menyipit, tatapannya tajam seperti elang yang mengincar mangsa. Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Pan An hanya memandang Yuan Ling dengan senyum manis yang penuh teka-teki, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu di balik senyumannya. Tanpa diduga, Yuan Ling memegang kerah baju Pan An dan mencoba membukanya, namun tangan Yuan Ling segera dihentikan oleh Pan An dengan cengkeraman yang kuat namun lembut."Nona, di siang bolong seperti ini, kau begitu terang-terangan," goda Pan An dengan nada menggoda yang membuat suasana semakin panas. Yuan Ling membelalak mata, terkejut dan segera melepaskan cengkeramannya, wajahnya memerah karena malu dan marah."Cih. Pikiran tuan sepertinya terlalu kotor," balas Yuan Ling ketus, suaranya bergetar dengan emosi yang campur aduk. "Nona, kenapa kau ingin membuka kerah bajuku? Apakah ada sesuatu yang membuat nona tertarik?" tanya Pan An dengan nada menggoda, matanya yang tajam seakan menembus pikiran Yuan Lin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Balasan Untuk Gu Min Lang

    "Ling'er, aku seperti mendengar suara saudarimu di bawah," ucap Pangeran Qing Fei dengan nada penasaran.Yuan Ling mendelik, menajamkan pendengarannya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia beranjak dan berjalan santai menuju balkon kayu yang menghadap ke bawah. Dari lantai atas, ia memperhatikan sepasang kekasih yang baru saja tiba dan sedang memesan minuman. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga melati yang tumbuh di sekitar balkon, menambah suasana tenang sore itu.Pangeran Qing Fei ikut beranjak dan berdiri di samping Yuan Ling. "Bagaimana kalau kita menyapa mereka?" ajaknya dengan senyum ramah.Yuan Ling mendengus kasar, merasa sangat malas untuk berurusan dengan mereka berdua. Namun, memori yang ditinggalkan oleh sang pemilik tubuh sebelumnya, jiwa Li Wei Ying yang kini ada di tubuh Yuan Ling, membuatnya tertarik untuk memberikan pelajaran pada kedua saudaranya itu. Ia mengingat betapa mereka sering meremehkan dan menyakitinya."Baiklah," jawab Yuan Ling akhirnya, suaranya terdengar ding

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bab. 15

    Yuan Ling menyelipkan tangan ke balik lipatan baju, dengan gerakan cepat dan penuh ketegangan, ia menaburkan bubuk racun ke mata Gu Min Lang. Seketika, Gu Min Lang melepaskan cengkeramannya dan menjerit kesakitan, suaranya menggema di ruangan. "Apa yang kau lakukan?" teriak Gu Min Lang dengan suara parau, sambil menutup kedua mata dengan sebelah tangannya. Rasa perih yang menyengat membuatnya menggeliat kesakitan.Yuan Jie, yang berada tak jauh dari sana, segera menghampiri sang kakak. Raut wajahnya langsung berubah panik saat melihat kondisi Gu Min Lang. Ia mengamati kedua mata kakaknya yang tertutup rapat, dan perlahan berubah menjadi kemerahan, seolah-olah terbakar dari dalam."Yuan Ling! Kau sungguh tega mencelakai kakakmu sendiri. Kau memang berhati kejam," pekik Yuan Jie dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca menahan amarah dan kesedihan.Yuan Ling berdiri dengan napas terengah-engah, matanya menatap tajam ke arah Gu Min Lang yang masih merintih kesakitan. Di sudut ruangan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Balasan Untuk Gu Min Lang

    "Ling'er, aku seperti mendengar suara saudarimu di bawah," ucap Pangeran Qing Fei dengan nada penasaran.Yuan Ling mendelik, menajamkan pendengarannya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia beranjak dan berjalan santai menuju balkon kayu yang menghadap ke bawah. Dari lantai atas, ia memperhatikan sepasang kekasih yang baru saja tiba dan sedang memesan minuman. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga melati yang tumbuh di sekitar balkon, menambah suasana tenang sore itu.Pangeran Qing Fei ikut beranjak dan berdiri di samping Yuan Ling. "Bagaimana kalau kita menyapa mereka?" ajaknya dengan senyum ramah.Yuan Ling mendengus kasar, merasa sangat malas untuk berurusan dengan mereka berdua. Namun, memori yang ditinggalkan oleh sang pemilik tubuh sebelumnya, jiwa Li Wei Ying yang kini ada di tubuh Yuan Ling, membuatnya tertarik untuk memberikan pelajaran pada kedua saudaranya itu. Ia mengingat betapa mereka sering meremehkan dan menyakitinya."Baiklah," jawab Yuan Ling akhirnya, suaranya terdengar ding

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   mungkin hanya perasaanku saja.

    Yuan Ling mendekat perlahan dengan mata menyipit, tatapannya tajam seperti elang yang mengincar mangsa. Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Pan An hanya memandang Yuan Ling dengan senyum manis yang penuh teka-teki, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu di balik senyumannya. Tanpa diduga, Yuan Ling memegang kerah baju Pan An dan mencoba membukanya, namun tangan Yuan Ling segera dihentikan oleh Pan An dengan cengkeraman yang kuat namun lembut."Nona, di siang bolong seperti ini, kau begitu terang-terangan," goda Pan An dengan nada menggoda yang membuat suasana semakin panas. Yuan Ling membelalak mata, terkejut dan segera melepaskan cengkeramannya, wajahnya memerah karena malu dan marah."Cih. Pikiran tuan sepertinya terlalu kotor," balas Yuan Ling ketus, suaranya bergetar dengan emosi yang campur aduk. "Nona, kenapa kau ingin membuka kerah bajuku? Apakah ada sesuatu yang membuat nona tertarik?" tanya Pan An dengan nada menggoda, matanya yang tajam seakan menembus pikiran Yuan Lin

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Apakah itu memang Dia?

    Yuan Ling yang sudah terbangun lebih dulu, melihat pangeran Qing Fei masih terlelap di atas ranjangnya yang megah. Cahaya matahari pagi yang lembut menyelinap melalui celah-celah tirai, menciptakan bayangan halus di wajah sang pangeran. Setelah menyelesaikan semua persiapannya, Yuan Ling pun pergi meninggalkan kediaman pangeran Qing Fei dengan langkah hati-hati agar tidak membangunkannya. Semalam, ia sudah merencanakan sesuatu yang penting, yaitu menyelidiki kasus penyerangan di aula utama kekaisaran.Yuan Ling tiba di sebuah hutan tandus yang sunyi, hanya terdengar suara angin yang berdesir pelan di antara pepohonan kering. Ia memperhatikan suriken, senjata yang melukai pangeran Qing Fei waktu itu, dengan seksama. Bentuknya yang tajam dan berkilau di bawah sinar matahari membuatnya tampak mematikan."Siapa yang ingin membunuh Kaisar? Aku harus mencari tahu dari mana senjata ini berasal," gumam Yuan Ling pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desiran angin. Ia menggenggam suriken itu e

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah 2

    Melihat anak panah yang masih menancap di dada sang pangeran, Yuan Ling dengan cepat mencabut anak panah tersebut. Darah segar mengalir deras dari luka yang menganga, membuat Yuan Ling semakin cemas. Ia memperhatikan ujung anak panah yang bercampur darah, mulai berubah warnanya menjadi kehitaman, tanda jelas bahwa racun mematikan telah meresap."Racun!" gumam Yuan Ling dengan suara bergetar. Ia melempar anak panah tersebut dengan gerakan cepat dan panik. Tanpa membuang waktu, Yuan Ling segera memberikan pertolongan pertama. Ia menempelkan bibirnya pada luka pangeran, menghisap racun yang bercampur darah dengan penuh tekad. Setiap kali ia meludahkannya, rasa pahit dan getir memenuhi mulutnya, namun ia terus melakukannya, berulang kali.Namun, tanpa ia sadari, sebagian racun itu tertelan dan mulai memberikan efek yang mengerikan. Pandangannya mulai kabur, dan dunia di sekitarnya berputar. Tubuhnya melemas, kehilangan kekuatan, dan akhirnya ia terjatuh, tak sadarkan diri di samping sang

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah

    Udara dingin pagi masih menyelimuti kamar pangeran Qing Fei. Bau samar dupa dan teh melati masih tercium, sisa aroma terapi yang Yuan Ling gunakan untuk menenangkan suaminya setelah peristiwa menegangkan di pesta ulang tahun Permaisuri Zhu Lian. Cahaya rembulan, redup dan pucat, menembus celah tirai sutra, menghasilkan pola-pola lembut di lantai marmer yang dingin. Selesai mengobati luka kecil di lengan pangeran Qing Fei—luka akibat pertengkaran dengan salah satu bangsawan yang iri akan kekayaan dan pengaruh keluarga Qing Fei—Yuan Ling pun membaringkan tubuhnya di samping sang pangeran. Lelah, namun hati mereka dipenuhi kekhawatiran akan pertemuan dengan Kaisar esok hari. Pagi ini, mereka harus menjelaskan keributan yang terjadi, sebuah insiden yang hampir mencoreng nama baik istana.Beberapa jam berlalu, sunyi hanya diiringi detak jam antik di sudut ruangan. Sebelum sinar mentari pertama menyentuh dinding istana yang tinggi menjulang, Yuan Ling, dengan rambut hitam legam yang

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status