Share

YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT
YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT
Penulis: Rizkymutha14

Menyatukan Jiwa

Penulis: Rizkymutha14
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 01:00:39

Di tempat yang jauh, di tengah hutan yang gelap dan lebat, seorang pengawal wanita berjuang mati-matian melawan kejaran seorang prajurit. Raut wajahnya penuh lebam, bekas-bekas pertempuran yang menggores pipinya. Noda darah mengering di sudut bibirnya, mengingatkan akan bahaya yang terus mengintai. Suara napasnya yang terengah-engah berpadu dengan desiran angin malam yang dingin, menciptakan suasana mencekam.

"Kejar orang itu!" seru salah satu prajurit yang mengejar pengawal wanita, suaranya menggema di antara pepohonan.

Lie Wei Ying, seorang pengawal wanita yang setia, rela melakukan apapun demi tuannya. Ia berhutang budi karena tuannya telah menolongnya ketika ia dijadikan budak belian. Namun, kini nasibnya berubah drastis. Para prajurit dari wilayah lain berhasil mengepungnya, membuatnya terpojok di tengah hutan yang sunyi.

"Kau sudah terkepung," seru salah satu prajurit seraya menghunuskan pedang ke arahnya. "Cepat, serahkan Qin Ilahi milik permaisuri kami," sambungnya dengan suara tegas dan lantang, penuh ancaman.

Li Wei Ying menatap dingin para prajurit itu, matanya menyiratkan keteguhan hati. Ia memeluk erat Qin Ilahi yang telah dicurinya, merasakan dinginnya logam di kulitnya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa menyerahkan Qin Ilahi bukanlah pilihan. Dengan napas yang semakin berat, ia bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

"Jangan harap aku akan menyerahkannya," jawab Wei Ying dengan suara serak, namun penuh keberanian. "Qin Ilahi ini bukan milik kalian. Aku akan melindunginya dengan nyawaku."

Prajurit yang memimpin pengepungan itu tertawa sinis, suaranya menggema di antara pepohonan. "Kau pikir bisa melawan kami semua sendirian? Kau hanya seorang wanita lemah," ejeknya sambil melangkah maju, pedangnya berkilat di bawah sinar bulan yang redup.

Wei Ying mengangkat dagunya, menatap tajam ke arah prajurit itu. "Jangan meremehkan diriku hanya Karena aku seorang wanita ," katanya dengan tegas. "Aku mungkin sendirian, tapi aku tidak akan mundur."

Prajurit itu menggeram marah, lalu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang. "Tangkap dia! Bawa Qin Ilahi itu kembali, hidup atau mati!"

Dengan keberanian yang luar biasa, Wei Ying bersiap menghadapi serangan yang datang. Ia tahu bahwa pertarungan ini mungkin akan menjadi yang terakhir baginya, tetapi ia tidak akan menyerah tanpa perlawanan.

Dalam keadaan terpojok, Li Wei Ying merogoh saku bajunya dengan tangan gemetar. Ia merasakan dinginnya botol kecil yang berisi racun, satu-satunya harapan untuk melarikan diri. Dengan cepat, ia menaburkan racun itu ke arah para prajurit yang mengepungnya. Racun itu menyebar di udara, mengenai wajah dan mata mereka, membuat mereka terbatuk dan mengusap mata yang perih.

"Argh! Apa yang kau lakukan?!" teriak salah satu prajurit sambil mencoba membersihkan matanya yang mulai memerah dan berair.

Li Wei Ying memanfaatkan kekacauan itu untuk melarikan diri. Ia berlari secepat mungkin, menembus kegelapan hutan yang semakin pekat. Suara langkah kakinya yang tergesa-gesa berpadu dengan suara napasnya yang terengah-engah, menciptakan irama yang menegangkan.

"Jangan biarkan dia kabur!" seru prajurit lainnya, suaranya penuh kemarahan dan rasa sakit.

Li Wei Ying pun lolos dari kejaran prajurit yang mencoba merebut Qin Ilahi itu. Akhirnya, ia pun Sampai di perbatasan kerajaan Qing. Karena rasa lelah yang mencuat, Li Wei Ying memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk mengatur nafasnya yang terasa menyesakkan.

"Chuan pasti akan senang karena aku berhasil membawa Qin Ilahi ini," lirihnya. Menit berikutnya, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kerajaan Qing.

Setelah melakukan perjalanan dan perjuangan yang panjang, Li Wei Ying pun sampai di kediaman Pangeran Qing Chuan dan ternyata seseorang dan beberapa prajurit sudah berdiri di depan kediamannya.

Dengan langkah gontai dan sempoyongan seraya membawa Qin Ilahi itu, langsung berlutut di bawah anak tangga.

"Tuan, ini Qin Anda inginkan," ucapnya seraya mengangkat benda tersebut.

Pangeran Qing Chuan tersenyum sumringah. Perlahan ia melangkah, menuruni anak tangga tanpa mengalihkan pandangannya.

Pangeran Qing Chuan tersenyum sumringah. Perlahan ia melangkah, menuruni anak tangga tanpa mengalihkan pandangannya dari Qin Ilahi. Matanya berbinar penuh kegembiraan dan kepuasan.

"Kau telah melakukan tugasmu dengan baik, Wei Ying," katanya dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Pelayan, bawa Qin ini," sambungnya. Keluarlah seorang pelayan pria dari dalam kediaman dan segera mengambil benda tersebut. Detik kemudian, pangeran Qing Chuan mengangkat , lalu memberikan kode kepada para prajurit yang berjaga untuk meninggalkan mereka berdua.

Setelah perginya para prajurit dan hanya menyisakan mereka berdua, Li Wei Ying baru berani menyebut pangeran Qing Chuan dengan nama.

"Chuan, tolong aku," lirihnya seraya mengulurkan tangannya. Suaranya terdengar lemah, penuh harap, dan matanya memohon belas kasihan.

"Tentu. Aku pasti akan menolong mu," ucap Pangeran Qing Chuan penuh perhatian. Namun, tangan Li Wei Ying yang terulur tak disambutnya. Sebaliknya, ia malah tersenyum licik, senyum yang membuat darah Wei Ying membeku.

"Istirahatlah, kau pasti sangat lelah," lanjutnya dengan nada yang tiba-tiba berubah dingin. Tiba-tiba, "Jleb," Li Wei Ying merasakan sesuatu yang tajam menghunus dadanya. Rasa sakit yang luar biasa menyebar dengan cepat, membuatnya terhuyung.

"Chuan, k-kau..." Li Wei Ying tak mampu melanjutkan kalimatnya. Matanya membelalak, menatap Pangeran Qing Chuan dengan campuran rasa sakit dan pengkhianatan. Tubuhnya melemah, dan ia jatuh berlutut, tangannya yang gemetar mencoba meraih luka di dadanya.

Pangeran Qing Chuan hanya menatapnya dengan dingin, senyum licik masih menghiasi wajahnya. "Kau terlalu percaya padaku, Wei Ying. Ini adalah akhir dari hidupmu. Perlu kau ketahui, demi kesembuhan Zhu Lian, aku akan melakukan apapun termasuk mengambil jantung mu, sebagai obat yang aku butuhkan."

Li Wei Ying terjatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Pandangannya mulai kabur, namun dalam hatinya, ia merasa lebih terluka oleh pengkhianatan daripada oleh luka fisik yang dideritanya. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia mencoba mengucapkan kata-kata terakhirnya, namun hanya desahan lemah yang keluar dari bibirnya.

Pangeran Qing Chuan bangun dan beranjak dari tempat itu, lalu memerintahkan prajuritnya untuk membuang tubuh Li Wei Ying.

"Buang tubuh wanita itu !" seru pangeran Qing Chuan.

Sementara di tempat lain, di hari yang sama, seorang wanita muda dengan pakaian pengantin berwarna merah berlari tergesa-gesa di tengah hutan yang gelap dan lebat. Gaun pengantinnya yang megah tersangkut di ranting-ranting pohon, meninggalkan jejak sobekan kain di sepanjang jalan. Napasnya terengah-engah, dan keringat bercucuran di wajahnya yang pucat, menciptakan kilauan di bawah sinar bulan yang samar.

Di belakangnya, segerombolan pelayan kediamannya mengejar dengan langkah cepat. Suara langkah kaki mereka yang berat dan teratur terdengar mengancam di antara desiran angin malam. "Tangkap dia! Jangan biarkan dia lolos!" teriak salah satu pelayan dengan suara penuh amarah, menggema di antara pepohonan.

Wanita muda itu terus berlari, meskipun kakinya mulai terasa lemas dan tubuhnya hampir tak mampu lagi bergerak. Ia tahu bahwa jika tertangkap, nasibnya akan jauh lebih buruk. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia mencoba mempercepat langkahnya, berharap bisa menemukan tempat untuk bersembunyi. Setiap detik terasa seperti selamanya, dan setiap bayangan di hutan tampak seperti ancaman yang mengintai.

Tetapi, sepertinya ia salah mengambil arah jalan dan berakhir di sisi danau yang tenang namun menyeramkan. Langkah wanita itu terhenti dengan raut wajah yang ketakutan. Ia termenung sejenak, mendengarkan suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya. Dengan cepat ia membalikkan badannya, mengedarkan pandangan ke sekitar dengan waspada. Panik mulai mencuat dalam dirinya saat langkah kaki itu semakin mendekat. Perlahan ia mundur, tanpa menyadari ada danau di belakangnya. Karena rasa panik yang mencuat, wanita itu tergelincir dan tercebur ke dalam danau yang dingin dan gelap.

Ketika pengantin wanita itu tercebur ke dalam danau, tubuh Li Wei Ying pun di buang ke dalam danau. Mungkin raga mereka terpisah, tetapi sang dewa mempertemukan jiwa Li Wei Ying dengan wanita tersebut.

Dengan tubuh yang sudah mulai lemah, wanita itu samar-samar melihat seorang wanita berpakaian seorang pengawal. Ia mengulurkan tangan dan Li Wei Ying pun menyambut uluran tangannya. Wanita itu tersenyum pilu, detik kemudian ia kehilangan nyawa dan jiwa Li Wei Ying masuk ke tubuhnya, menggantikan jiwa yang sudah kosong dalam raga.

Bab terkait

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Menikah Dengan Pangeran ke Lima

    "Jantungmu lebih berharga dari nyawamu," desis pangeran Chuan seraya menatap wajah pucat Lie Wei Ying. "TIDAK !" teriak Lie Wei Ying yang sudah terbaring di tempat tidur dengan nafas yang terengah-engah. "Semua itu hanya mimpi. Tapi, kenapa itu terasa nyata," sambungnya. Detik kemudian, perlahan ia bangun dari berbaring dan duduk di atas tempat tidur. Ia mengamati sekeliling ruangan itu yang begitu asing baginya. "Dimana aku ?" gumamnya. Lalu, dengan tubuh yang masih lemah, Lie Wei Ying turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah meja rias. Lie Wei Ying sungguh terkejut saat melihat pantulan wajahnya di cermin. "Wajah siapa ini?" gumamnya dalam hati. Lie Wei Ying meraba wajahnya yang kini berbeda. Lalu, sebuah ingatan terlintas di kepalanya, dimana kejadian malam itu kembali terlintas. "Ternyata , aku masuk ke dalam tubuh gadis lain. Mungkinkah, dewa memberiku kesempatan kedua ini agar aku bisa membalas dendam," bisik Lie Wei Ying. Ketika tengah termenung, ia terlonjak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   perasaan Yang Aneh

    Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya. Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya. Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh. Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya. "Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kembali Bertemu Dengan Pangeran Qing Chuan

    Hari berganti, Yuan Ling yang sebelumnya tak sadarkan diri sejak malam sebelumnya, kini terbangun dengan kepala yang masih terasa berat dan pusing. Perlahan, ia duduk, memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan gaun pengantin. Pandangannya mengelilingi kamarnya yang hening. Pikirannya masih kacau, dan tubuhnya terasa lemas. Tidak lama kemudian, Pangeran Qing Fei memasuki ruangan dengan membawa baskom berisi air. Meskipun Pangeran Qing Fei mengira Yuan Ling masih tertidur, saat melewati tempat tidurnya, dia terkejut melihat Yuan Ling sudah terbangun dan duduk. "Ling'er, kau sudah bangun?" tanya Pangeran Qing Fei, berdiri tak jauh darinya. "Oh, iya. Hari ini kita akan menghadap ibunda untuk memberikan penghormatan. Bersiaplah," lanjutnya. Pangeran Qing Fei pergi ke sisi ruangan yang lain dan meletakkan baskom air. Sikap Pangeran Qing Fei kembali seperti semula—bodoh dan pemalu. Tanpa sepatah kata pun, dia meninggalkan Yuan Ling sendirian di kamarnya. Yuan Ling memperhatikan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

    Pangeran Qing Chuan dan Pangeran Qing Chen merasa geram dengan sikap tidak sopan dan arogan yang ditunjukkan oleh Putri Yuan Ling. Ia dengan tegas, menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kerajaan. Suasana di ruangan istana menjadi tegang, dan semua mata tertuju padanya. Tiba-tiba, selir Yuhe, yang duduk di kursi kebesaran, tertawa ringan. Tawanya memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. "Jangan terlalu serius, Putri Yuan Ling," ujarnya dengan bijaksana. "Para pangeran memang suka membuat lelucon." Selir Yuhe melirik ke arah Qing Chuan dan berkata, "Chuan, berikan teh Krisan itu pada Pangeran Kelima." Pangeran Qing Chuan mengangguk tegas dan melangkah menuju meja di bawah kursi selir Yuhe. Disana, sebuah gelas teh Krisan sudah tersedia. Namun, ketika Pangeran Qing Chuan berjalan mendekati Pangeran Qing Fei, dia terlihat takut dan bersembunyi di belakangnya. Yuan Ling terheran saat melihat suaminya itu bersembunyi di balik punggungnya saat pangeran Qing Chuan berj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kejutan Di Perayaan

    Matahari telah meninggalkan sinarnya, dan langit pun berubah menjadi gelap. Desiran angin malam yang dingin menerpa pepohonan di sekitar, menimbulkan suara gemerisik dari dunia yang saling bergesekan. Aroma tanah basah tercium samar-samar, membawa kenangan akan hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, suara jangkrik mulai terdengar, menambah kesan tenang dan damai pada malam yang baru saja dimulai. Sementara itu, bintang-bintang mulai bermunculan, seolah-olah berlomba untuk menghiasi langit malam yang pekat. Dalam keheningan malam yang pekat, terlihat Pangeran Qing Chuan tengah berjalan perlahan di samping kediamannya, menuju arah kolam yang tenang. Langkahnya terdengar lembut di atas tanah berkerikil, seolah-olah ia tidak ingin mengganggu ketenangan malam itu. Sesampainya di sisi kolam, ia berhenti dan memandang ke arah air yang memantulkan bayangannya sendiri. Pikiran-pikirannya berkecamuk, penuh dengan kerumitan yang tak terucapkan. "Siapa sebenarnya Yuan Ling? Dia bahkan bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah 2

    Melihat anak panah yang masih menancap di dada sang pangeran, Yuan Ling dengan cepat mencabut anak panah tersebut. Darah segar mengalir deras dari luka yang menganga, membuat Yuan Ling semakin cemas. Ia memperhatikan ujung anak panah yang bercampur darah, mulai berubah warnanya menjadi kehitaman, tanda jelas bahwa racun mematikan telah meresap."Racun!" gumam Yuan Ling dengan suara bergetar. Ia melempar anak panah tersebut dengan gerakan cepat dan panik. Tanpa membuang waktu, Yuan Ling segera memberikan pertolongan pertama. Ia menempelkan bibirnya pada luka pangeran, menghisap racun yang bercampur darah dengan penuh tekad. Setiap kali ia meludahkannya, rasa pahit dan getir memenuhi mulutnya, namun ia terus melakukannya, berulang kali.Namun, tanpa ia sadari, sebagian racun itu tertelan dan mulai memberikan efek yang mengerikan. Pandangannya mulai kabur, dan dunia di sekitarnya berputar. Tubuhnya melemas, kehilangan kekuatan, dan akhirnya ia terjatuh, tak sadarkan diri di samping sang

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Serangan Panah

    Udara dingin pagi masih menyelimuti kamar pangeran Qing Fei. Bau samar dupa dan teh melati masih tercium, sisa aroma terapi yang Yuan Ling gunakan untuk menenangkan suaminya setelah peristiwa menegangkan di pesta ulang tahun Permaisuri Zhu Lian. Cahaya rembulan, redup dan pucat, menembus celah tirai sutra, menghasilkan pola-pola lembut di lantai marmer yang dingin. Selesai mengobati luka kecil di lengan pangeran Qing Fei—luka akibat pertengkaran dengan salah satu bangsawan yang iri akan kekayaan dan pengaruh keluarga Qing Fei—Yuan Ling pun membaringkan tubuhnya di samping sang pangeran. Lelah, namun hati mereka dipenuhi kekhawatiran akan pertemuan dengan Kaisar esok hari. Pagi ini, mereka harus menjelaskan keributan yang terjadi, sebuah insiden yang hampir mencoreng nama baik istana.Beberapa jam berlalu, sunyi hanya diiringi detak jam antik di sudut ruangan. Sebelum sinar mentari pertama menyentuh dinding istana yang tinggi menjulang, Yuan Ling, dengan rambut hitam legam yang

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bagaimana Kau mendapatkan luka ini?

    Yuan Ling merasakan kehangatan dari genggaman tangan Pangeran Qing Fei, seolah-olah mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya. Ia mengangkat wajahnya dan melihat mata Pangeran yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang. "Aku hanya takut kau dalam bahaya," bisik Yuan Ling, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca, seolah menahan air mata yang siap tumpah. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu."Pangeran Qing Fei tersenyum lembut, senyum yang penuh kasih dan menenangkan hati Yuan Ling. "Apa maksud ucapanmu? Apakah ada musuh yang menyusup ke istana ini?" katanya sambil menarik Yuan Ling ke dalam pelukannya yang hangat dan protektif. Yuan Ling bisa merasakan detak jantung Pangeran yang tenang dan stabil, memberikan rasa aman yang sangat ia butuhkan."Tidak ada," kilah Yuan Ling, tidak ingin membuat Pangeran Qing Fei khawatir. Namun, ketika Yuan Ling tidak sengaja meraba lengan atas Pangeran Qing Fei sedikit tersentak dan meringis kesakitan."Ada apa?" tan

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   penyerang Misterius

    Yuan Ling sedang berada di ruang belajar, duduk seorang diri di tengah keheningan malam. Suara gemerisik daun di luar jendela menjadi satu-satunya pengiring kesendiriannya. Tiba-tiba, sebuah anak panah melesat cepat dari arah jendela, memecah keheningan dengan suara desingan tajam. Yuan Ling, yang memiliki daya peka luar biasa, segera bereaksi. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menepis serangan tersebut, membuat anak panah itu menancap kuat di dinding kayu di belakangnya.Detik-detik berlalu dengan tegang. Yuan Ling mengalihkan pandangannya ke arah jendela, matanya menyipit mencoba menembus kegelapan. Di balik jendela, ia melihat sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat, hampir seperti ilusi. Tanpa ragu, Yuan Ling bangkit dari duduknya, langkahnya mantap dan penuh tekad. Ia mengejar sosok misterius itu, meninggalkan ruang belajar yang kini sunyi kembali, hanya menyisakan anak panah yang tertancap sebagai saksi bisu dari kejadian tersebut.Akhirnya, Yuan Ling berhasil mengejar so

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Hanya Jantung Ayam

    Dengan tangan yang gemetar, Putri Zhu Lian menjatuhkan mangkuk yang ada di tangannya. Suara pecahan mangkuk yang menghantam lantai bergema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang mencekam."Istriku, ada apa?" ucap Pangeran Chuan dengan nada cemas, merangkul pundak Putri Zhu Lian dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sentuhan hangatnya berusaha mengusir ketakutan yang terpancar dari mata istrinya.Putri Zhu Lian menatap Pangeran Chuan dengan wajah pucat pasi, bibirnya bergetar tanpa suara. Matanya yang besar dan biasanya penuh keceriaan kini dipenuhi oleh ketakutan dan kebingungan. "I-itu," balas Zhu Lian tergagap, suaranya bergetar seraya menunjuk ke arah sup yang sudah tumpah. Air sup mengalir di lantai, mengelilingi jantung ayam utuh yang tergeletak di tengahnya. Pangeran Qing Chuan membelalakkan mata, terkejut dan jijik melihat pemandangan mengerikan itu."Kau, apa maksud dari semua ini?" sentak Pangeran Chuan dengan nada geram, suaranya bergetar menahan amarah. Matanya mena

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kejutan Di Perayaan

    Matahari telah meninggalkan sinarnya, dan langit pun berubah menjadi gelap. Desiran angin malam yang dingin menerpa pepohonan di sekitar, menimbulkan suara gemerisik dari dunia yang saling bergesekan. Aroma tanah basah tercium samar-samar, membawa kenangan akan hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, suara jangkrik mulai terdengar, menambah kesan tenang dan damai pada malam yang baru saja dimulai. Sementara itu, bintang-bintang mulai bermunculan, seolah-olah berlomba untuk menghiasi langit malam yang pekat. Dalam keheningan malam yang pekat, terlihat Pangeran Qing Chuan tengah berjalan perlahan di samping kediamannya, menuju arah kolam yang tenang. Langkahnya terdengar lembut di atas tanah berkerikil, seolah-olah ia tidak ingin mengganggu ketenangan malam itu. Sesampainya di sisi kolam, ia berhenti dan memandang ke arah air yang memantulkan bayangannya sendiri. Pikiran-pikirannya berkecamuk, penuh dengan kerumitan yang tak terucapkan. "Siapa sebenarnya Yuan Ling? Dia bahkan bisa

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Bukankah Selir Yuhe sendiri yang menyediakan nya?

    Pangeran Qing Chuan dan Pangeran Qing Chen merasa geram dengan sikap tidak sopan dan arogan yang ditunjukkan oleh Putri Yuan Ling. Ia dengan tegas, menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepada keluarga kerajaan. Suasana di ruangan istana menjadi tegang, dan semua mata tertuju padanya. Tiba-tiba, selir Yuhe, yang duduk di kursi kebesaran, tertawa ringan. Tawanya memecah ketegangan yang menyelimuti ruangan. "Jangan terlalu serius, Putri Yuan Ling," ujarnya dengan bijaksana. "Para pangeran memang suka membuat lelucon." Selir Yuhe melirik ke arah Qing Chuan dan berkata, "Chuan, berikan teh Krisan itu pada Pangeran Kelima." Pangeran Qing Chuan mengangguk tegas dan melangkah menuju meja di bawah kursi selir Yuhe. Disana, sebuah gelas teh Krisan sudah tersedia. Namun, ketika Pangeran Qing Chuan berjalan mendekati Pangeran Qing Fei, dia terlihat takut dan bersembunyi di belakangnya. Yuan Ling terheran saat melihat suaminya itu bersembunyi di balik punggungnya saat pangeran Qing Chuan berj

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   Kembali Bertemu Dengan Pangeran Qing Chuan

    Hari berganti, Yuan Ling yang sebelumnya tak sadarkan diri sejak malam sebelumnya, kini terbangun dengan kepala yang masih terasa berat dan pusing. Perlahan, ia duduk, memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan gaun pengantin. Pandangannya mengelilingi kamarnya yang hening. Pikirannya masih kacau, dan tubuhnya terasa lemas. Tidak lama kemudian, Pangeran Qing Fei memasuki ruangan dengan membawa baskom berisi air. Meskipun Pangeran Qing Fei mengira Yuan Ling masih tertidur, saat melewati tempat tidurnya, dia terkejut melihat Yuan Ling sudah terbangun dan duduk. "Ling'er, kau sudah bangun?" tanya Pangeran Qing Fei, berdiri tak jauh darinya. "Oh, iya. Hari ini kita akan menghadap ibunda untuk memberikan penghormatan. Bersiaplah," lanjutnya. Pangeran Qing Fei pergi ke sisi ruangan yang lain dan meletakkan baskom air. Sikap Pangeran Qing Fei kembali seperti semula—bodoh dan pemalu. Tanpa sepatah kata pun, dia meninggalkan Yuan Ling sendirian di kamarnya. Yuan Ling memperhatikan ke

  • YUAN LING: DUA JIWA YANG TERIKAT   perasaan Yang Aneh

    Pangeran Qing Fei melangkah perlahan ke arah Yuan Ling, menjaga beberapa jarak saja. Di balik kain yang menutupi kepala Yuan Ling, ia melihat samar-samar sosok sang Pangeran yang mengulurkan tangannya, hendak membuka penutup tersebut. Namun, pangeran Qing Fei tampak ragu dan mengurungkan niatnya. Detik kemudian, pangeran Qing Fei membalikkan badannya dan sedikit menjauh dari Yuan Ling yang masih duduk. Pangeran Qing Fei berdiri di hadapan Yuan Ling, membelakanginya. Yuan Ling menyadari perubahan ini dengan cepat dan membuka penutup kepalanya. Pandangannya yang teduh sedikit terkejut saat melihat pria di hadapannya sangat tampan dan berkharisma, bahkan tidak terlihat bodoh. Yuan Ling yang sejak tadi terdiam, bangun dan berdiri berhadapan dengan jarak yang sedikit lebih jauh. Begitu pun dengan pangeran Qing Fei. Namun, tanpa diduga, tiba-tiba saja pangeran Qing Fei melangkah cepat ke arah Yuan Ling dan langsung mengecup bibirnya. "Dasar tidak sopan!" Yuan Ling refleks mendorong Pa

DMCA.com Protection Status