Hidupku di dasar tebing yang curam. Orang-orang melihatku tersenyum dengan sangat cerah seakan-akan tidak memiliki masalah sama sekali, namun mereka salah, aku merasa hidupku seperti di neraka, seolah-olah aku melakukan sebuah dosa yang sangat besar yang tidak bisa dimaafkan hanya dengan sebuah kata.
"Oh tuhan, apa yang pernah kulakukan di kehidupan sebelumnya? Mengapa aku merasa dunia begitu sangat menyiksaku? Aku lelah menunggu hari itu, hari di mana aku sangat bahagia, hari di mana aku sangat senang untuk menjalani hidupku, aku merasa sangat sedih, benci, lelah, dan aku sudah tidak sanggup lagi, ya Tuhan, kapan aku bahagia?"
⚛⚛⚛
Aku berjalan di terowongan gelap, di mana aku? tempat apa ini? Aku terus berjalan di terowongan gelap ini, kakiku ... aku tidak bisa menghentikannya seakan-akan ada seseorang yang mengendalikanku, sekarang aku takut, tubuhku tidak mengikuti isi pikiranku, tubuhku tidak mau diperintahkan oleh otakku, ada apa ini?
Seperti berjalan tanpa tujuan, aku mulai putus asa, aku pasrah, mau tidak mau aku harus mengikuti langkah kakiku menelusuri lorong gelap ini. Tunggu! Aku melihat cahaya di ujung sana, di ujung terowongan ini, seakan melihat harapan, kakiku mulai berlari mengejar cahaya yang berada di ujung sana, akhirnya aku bisa keluar dari terowongan gelap ini.
Satu langkah lagi aku menuju cahaya itu, maka aku akan keluar dari terowongan gelap ini, namun apa yang ku harapkan adalah neraka yang selalu menghantuiku.
Ayah yang menampar wajah ibu, ibu yang memecahkan segala macam benda di hadapannya, ayah yang membawa wanita lain, ibu yang selalu menghubungi kekasih gelapnya.
Semua yang ada di hadapanku, semua yang kulihat seakan-akan di putar di sebuah tv besar, sangat besar ... seolah-olah orang itu ada di hadapanku, seolah-olah itu nyata, seperti memori yang berjalan mundur ke masa lalu, masa lalu yang kelam, masa lalu yang tidak ingin kuingat.
Aku sendirian menahan diri dari hari yang kejam itu, yang membuatku harus berpura-pura bahagia di hadapan orang-orang, aku berjuang untuk masa depanku yang bahagia dan pergi dari neraka yang kejam dan mengerikan ini.
⚛⚛⚛
Sekarang ingatan-ingatan itu lenyap dan di gantikan dengan sebuah ruangan yang gelap, di tengah-tengah ruang ada sebuah kubus yang memancarkan cahaya berwarna biru muda.
Lagi ... kakiku berjalan sendiri membawa tubuhku menuju kubus tersebut. Ada rasa takut sekaligus membuat hatiku tenang. Kubus itu seakan-akan memberitahuku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Aku bisa melihat cahaya yang dikeluarkan oleh kubus dari dekat, sangat indah.
Bisa-bisanya kubus itu melayang di udara kosong, aku tidak bisa mempercayai mataku, apakah aku bermimpi?
Sekarang tanganku bergerak ke arah kubus itu, ingin menggapainya, namun satu centi sebelum ujung jariku menyentuhnya, kubus itu mengeluarkan sinar biru yang sangat terang, sangat menyilaukan, membuatku refleks menutup mata, merasa cahaya itu telah pergi, aku membuka mataku, namun apa yang menantiku adalah sebuah tangga yang tinggi, seakan-akan tangga itu tidak memiliki ujung.
Apa yang harus kulakukan?
Apakah aku harus berbalik lagi? Atau terus maju?
Namun tidak ada gunanya untukku berpikir, karena kakiku perlahan-lahan menaiki anak tangga satu persatu.
Oh ayolah, aku lelah, berjalan tanpa henti membuat tubuhku sangat lelah, kakiku sudah mati rasa!
Menaiki tangga yang tiada habisnya membuatku sangat lelah, kini kakiku tersandung anak tangga, untung saja aku tidak jatuh, membayangkan jatuh dari tangga yang tinggi ini membuat bulu kudukku berdiri.
Akhirnya aku melihat cahaya di ujung sana, mungkin itu adalah akhir dari penderitaan ini.
Tuk tak tuk tak
Yang kudengar hanyalah bunyi dari suara langkah kakiku. Menaiki anak tangga untuk menuju cahaya itu, seberapa tinggi? Berapa anak tangga lagi yang harusku naiki? Aku lelah, tolong aku!
Ini sangat tidak wajar, mana ada tangga setinggi ini. Berkali-kali aku mencubit diriku, namun yang ku rasa adalah rasa sakit dari kulitku.
Ini bukan mimpi tapi ini seperti mimpi, mana ada setiap membuka mata seseorang akan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
Aku terus menaiki anak tangga menuju cahaya itu, ku singkirkan pikiran yang membuatku bingung, karena aku sudah sampai di sini, aku harus fokus menuju cahaya itu.
⚛⚛⚛
Akhirnya ... sepuluh anak tangga lagi, wah betapa senangnya aku ketika menghitung anak tangga itu, sepuluh kali lagi ... sepuluh kali lagi ... akhirnya.
Kini aku sudah di anak tangga terakhir, di depanku ada sebuah pintu, cahaya yang di pancarkan dari pintu merembes masuk di celah-celah samping pintu, oh ini kah cahaya yang ku kejar sedari tadi?
Tanpa basa-basi lagi, aku membuka pintu di hadapanku.
Ceklek.
"Annyeong haseyo," ucapku sembari membuka pintu, ku majukan kepalaku untuk melihat isi ruangan itu, namun apa yang aku pikirkan ternyata salah, ini di luar ekspektasiku, ini seperti di surga, indah bahkan kata-kata tidak bisa diungkapkan ketika melihat ini.
Apakah aku di surga? Sangat tidak di percaya, beginikah jika orang mati?
Ku langkahkan kakiku menuju surga itu, ku menghirup rakus udara di sekitarku, sangat segar, seakan-akan jiwaku di perbarui lagi, semua lelahku hilang ketika merasakan udara segar ini.
Benar-benar surga, udaranya pun bisa membuat lelahku hilang.
Aku mendengar suara air, seketika tenggorokanku terasa kering, ku lihat di sekitarku, dan menemukan air terjun kecil, sekali lagi aku terperangah melihatnya.
Mana ada air terjun seindah ini, air yang berkilauan seakan-akan ada berlian di dalamnya.
Ah ... aku haus aku ingin minum air itu, sepertinya segar, bedebah dengan racun, aku haus.
Kulangkahkan kakiku menuju air terjun itu, udara di sekitar air terjun itu dingin, namun masih bisa di toleransi oleh tubuhku, aku pun berjongkok dan mengambil air itu dengan kedua tanganku.
Segar ... rasa dingin di tanganku sangat segar, ku bawa air ke mulutku, wah ... air es pun tidak senikmat ini.
"Hei ... sudah minumnya?" Tanya seseorang di belakangku.
Tunggu!
Seseorang!
Aku membalikkan badanku dan seketika tubuhku menegang, beberapa kali aku meyakinkan diriku bahwa aku tidak bermimpi, namun tetap saja, seperti di dunia mimpi.
Di hadapanku adalah binatang dengan tiga kepala, tiga kepala hewan yang berbeda.
Wah ... apa ini?
Kepala singa, kambing dan ular?
*(Chimera)
Bagaimana bisa makhluk ini ada? Bukankah ini hanya makhluk mitologi? Jadi makhluk itu beneran ada? Beberapa kali aku mengusap mataku, beberapa kali aku mencubit lenganku untuk memastikan apakah yang ada di depanku ini nyata, namun mahkluk itu tetap tidak menghilang dari pandanganku bahkan kulitku terasa perih akibat cubitan.
"Hei! Aku tanya sudah minumnya? Kenapa masih belum di jawab?" Tanya si kepala singa.
"Su ... sudah ... aku sudah selesai meminumnya," ucapku terbata.
"Tenanglah wahai anak muda, kami tidak menggigit," ucap si kepala kambing.
Mendengar kata menggigit, aku menelan air liurku dengan susah payah, bulu kudukku berdiri. Apa-apaan ini!
"Hei, kenapa melamun?" Tanya si kepala ular.
"Ah ... tidak ... tidak, aku ingin bertanya, ini di mana? Apakah aku berada di surga?" Tanyaku dengan susah payah mengumpulkan keberanianku.
"Mimpi ...." ucap si kepala singa.
Seketika tubuhku menegang, mimpi? Apakah ini lucid dream? Oh tidak! Aku masih ingin hidup! Aku belum bahagia!
"Tenanglah wahai anak muda, kami mengunjungimu hanya memberikan ini," ucap si kepala singa lagi.
Kini ada cahaya di hadapanku, cahaya itu sedikit demi sedikit berubah bentuk menjadi sebuah kubus dan buku.
Kubus yang ku lihat di ruangan itu.
"Lawanlah Lucifer dan temukan ketujuh penyihir, jagalah kubus dan buku ini," ucap si kepala singa lagi.
Aku pun mengambil buku dan kubus itu dengan perasaan bingung.
Sekali lagi, cahaya terang menyilaukan mataku.
⚛⚛⚛
Deg!
Ku buka mataku dan kini aku berada di kamarku.
Di dadaku ada sebuah kalung dengan bandul kubus biru beserta buku yang kulihat di mimpiku.
Sekali lagi pikiranku bingung.
Ini nyata?
(Sudut pandang orang ketiga)"Azareel! Cepat bangun dan mandi!" teriak seseorang dari lantai dasar, membuat telinga Azareel berdengung."Iya! Aza udah bangun!" seperti biasa, Azareel adalah seorang lelaki tampan yang sangat manja kepada ibunya, namun sang ayah selalu memarahinya karena terlalu dekat, ayahnya takut jika terjadi incest dalam keluarga.Selesai mandi, Aza segera keluar kamar dan turun ke lantai dasar, di sana ada ayahnya — Andres Livingstone yang sedang memegang koran terbaru.Azareel bingung, apa bagusnya membaca koran? Yang ada tambah pusing dan sakit mata."Aza bantu ibu beliin sosis di warung!"Baru saja Azareel menginjak anak tangga terakhir namun sudah mendapat perintah dari nyonya rumah, jika tahu ia turun ke kamarnya nanti ketika di suruh makan malam. &nbs
Keesokan paginya, Aza terbangun dengan kantong hitam besar di bawah matanya. Ia tidur lumayan larut tadi malam.Setelah berulang kali ia memikirkannya, masih saja dia tak percaya dengan apa yang di bacanya.Apakah peta itu tempat keberadaan penyihir kubus yang lainnya? Dan apakah dia seorang penyihir kubus yang di takdirkan?Berbagai macam pertanyaan mulai mengisi kembali pikirannya namun dari semua pertanyaan itu tidak ada yang menjawabnya!Itu cukup membuat Aza frustasi, setelah bergulat dengan pikirannya. Aza memutuskan untuk mengikuti jalan di peta itu.Ia ingin memastikan peta itu, apakah ini nyata atau tidak.Dengan keputusan bulat, setelah pulang sekolah, Aza akan menelusuri tempat terdekat di daerahnya. ⚛⚛⚛"Eum ... s
Ketika selesai makan, Aza segera naik ke kamarnya dengan membawa segelas air putih. "Ayah, Ibu, aku ke atas dulu, selamat malam," pamit Ada yang kemudian menginjakkan kakinya di anak tangga. "Aku tidak menyangka bayi kecilku sudah tumbuh menjadi pria dewasa," kata Aubrey sambil melihat punggung Aza yang mulai menghilang di balik pintu kamar. "Apa susahnya jika kita membuat lagi?" tanya Andress to the point, pipi dan telinga Aubrey memanas dia memutuskan untuk menunduk dan tidak ingin melihat tatapan lapar dari suaminya. "K ... kau, sabar dulu, aku belum menyelesaikan sisa makanan," namun sudah terlambat, Andress langsung menghampiri istrinya dan menggendongnya ke kamar mereka berdua. &nbs
Ketiga anak lelaki mulai memasang tampang waspada, bisa dilihat dengan mata telanjang tanaman di pinggir jalan mulai memanjang ke arah Aza dan Leo."Kamu siapa?" tanya anak berambut gondrong waspada."Tolong tarik kembali, mata bisa melihat telinga bisa mendengar," kata Aza menenangkan."Aku tidak peduli!""Cepat pergi dari hadapan kami! Kami tidak ingin bertengkar dengan kalian, buang-buang waktu,""Hei! Hei! Hei! Tenanglah! Kami juga penyihir kubus!"Tanaman menjalar itu berhenti, tatapan anak berambut gondrong itu penuh dengan menyelidik."Buktikan," kata anak bermata tupai.Azareel mengeluarkan kalungnya di hadapan ketiga anak lelaki itu."Ini," kata Aza sembari memperlihatkan kalungnya.Dengan sigap, tanaman menjalar itu mengambil kalung yang ada di tangan Aza."Hei!" teriak Aza marah.
Sinar matahari menyelimuti bumi, angin berhembus lembut menebas rerumputan. Seorang lelaki berambut hitam legam seperti di gelapnya malam, kilatan rambutnya berwarna putih seperti bintang yang berkelip di malam hari. Mata hitam bagaikan kegelapan yang menarik jiwa untuk terus masuk dan menjelajahi isinya, layaknya blackhole yang mampu menyerap apa saja. Mata itu menatap langit biru cerah di hamparan rumput, matanya terlihat kosong seolah jiwanya tidak berada di tempat itu."huh."Bibir itu menghela nafasnya seperti seseorang yang memiliki banyak pikiran."Eruza!" teriak seseorang dari kejauhan, namun lelaki itu hanya memandang wajah itu tanpa menjawab."Rrr, air mukamu terlihat menyeramkan, ah benar! Ada yang sedang mencari kita, di depan rumah," kata orang tersebut."Siapa?""Kau kira aku tau? Jika aku tau juga aku kasih tau huh dasar, btw Darrel adik sepupu kesayanganmu baru
Kedelapan pemuda itu mulai berdiri di belakang Azareel. Angin berhembus kencang menerpa semua yang menghalangi jalannya.Bersamaan dengan angin, partikel-partikel merah mulai berterbangan dan menyatu menjadi sebuah pintu.Pintu itu seperti pintu kaca yang yang mudah pecah, di lihat dari luar, kalian akan melihat pandangan jalan di belakanganya, seperti pintu kaca pada umumnya.Azareel melangkah maju setelah angin berhenti bertiup, begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Melihat ke belakang dengan pandangan tidak yakin, membuat Eruza datang menghampirinya."Biar aku saja," kata Eruza menenangkan Azareel yang gugup, lantas mendengar itupun Azareel mundur ke belakang untuk mempersilakan Eruza.Terlihat jelas lelaki dengan sejuta pesona itu menarik nafas untuk menghilangkan gugup, tangan itu mulai mendorong pintu kaca itu.Sejauh mata memandang, pemandangan di dalam pintu sangat ko
Malam haripun tiba, lelaki berambut coklat terang dan hitam duduk berdua di tepi sungai. Pemandangan langit yang dipenuhi dengan taburan bintang berkelap-kelip indah di gelapnya malam, daun yang berguguran jatuh tertiup angin yang berhembus lembut.Pemandangan bagaikan surga yang tidak nyata namun tampak di lihat oleh mata."Wayne," panggil lelaki berambut hitam segelap malam di langit."Ya?" jawab Wayne si pemuda dengan rambut coklat terang."Aku tidak tahu bagaimana kedepannya, tapi ku harap semua akan baik-baik saja, namun firasatku mengatakan semuanya tidak baik-baik saja, apa yang harusku lakukan?""Hei, tenangkan dirimu, ada aku sebagai temanmu, nanti aku bantu doa jika bahaya akan datang, tenang saja," begitulah kata-kata penghiburan Wayne kepada sahabatnya itu."Ka ... kamu hanya bantu doa?!" tanya Eruza terkejut, buyar sudah suasana canggung di antara mereka.
Sinar ungu mulai melesat ke arah serigala yang paling besar di antara lainnya, serigala itu mati dengan sangat menggenaskan.Gerombolan Serigala Perak mengetahui jika pemimpin mereka mati, lalu serigala itu mulai melarikan diri menjauh dari kawasan itu.Keenam lelaki yang sudah mati-matian melawan Serigala Perak langsung terduduk lelah."Kerja bagus semuanya," kata Eruza menyemangati mereka.Setelah mengumpulkan cukup tenaga semuanya membersihkan diri. Azareel menyiram bekas-bekas darah serigala perak agar tidak memicu binatang iblis yang lainnya."Ngomong-ngomong apa yang sudah kau lakukan Wayne?" tanya Eruza kepada temannya itu."Aku hanya membunuh pemimpinnya," kata Wayne terus terang kemudian dia teringat kejadian Nelson mencium pipi kanannya."Oh! Oh! Oh! Aku punya berita bagus untuk Leo!" kata Wayne bersemangat, di wajahnya yang tampan terlihat sen
Merekapun mulai mendekati batu transparan yang mengambang di antara para bebatuan lainnya."Cantik," kata Azareel ketika melihat batu itu lebih dekat.Batu itu berwarna transparan dengan pembiasan cahaya warna-warni sehingga batu itu terlihat lebih berwarna dan sangat indah. Itu adalah pecahan dari kristal kubus. Konon katanya, kristal kubus pecah dan pecahan itu tersebar di mana-mana. Itulah mengapa keadaan Hidden World semakin hari semakin memburuk dan membuat kesempatan orang jahat seperti Lucifer mengambil alih Hidden World dengan kekuatannya yang sangat kuat di tambah penghuni Hidden World yang kini mulai melemah.Satu persatu dari mereka mencoba untuk menjilat Lucifer dengan menjadi anjing setianya, menjadi anjing yang patuh untuk Lucifer."Ini hanya sepotong kecil dari pecahan itu,"
"Sky~" kata Azareel dengan tampilan puas di sertai dengan fostur tubuhnya yang menandakan dia senang dengan nama yang dia buat sendiri."Sky?" tanya si lelaki berbaju sutra biru."Ya, yang artinya langit, langit berwarna biru jika di siang hari, warna biru di air adalah pantulan dari langit yang berwarna biru. Karena air tidak berwarna, namun air laut terlihat lebih biru karena pelambiasan cahaya yang berasal dari langit. Sky memiliki banyak arti, seperti mimpi dan lain sebagainya," jelas Azareel kepada Sky.Di sisi lain, Eruza dan teman-temannya memperhatikan semua gerak-gerik Aza."Dia sudah tanda tangan kontrak," kata Old Edwin, kemudian lelaki tua itu keluar dari tempat persembunyiannya dan mendatangi Azareel beserta Sky. Melihat itu, yang lainnyapun ikut keluar bersama dengan Old
"Anak muda," terdengar suara orang yang sudah hidup ribuan tahun. Seperti suara orang pertapa kuat."Siapa?!" tanya Azareel sambil melihat sekelilingnya, namun yang dia lihat hanyalah Monster laut, Hydra.Tidak mungkin jika monster di depannya yang mengatakan hal itu. Dia pasti gila."Tidak perlu bertanya, kau sudah tahu jawabannya," kata suara itu lagi. Suaranya menggema di dalam pikiran Azareel.Tatapan lelaki bermata puppy itu mulai mengarah ke monster laut dengan tatapan yang tidak percaya. Dia tidak percaya sama sekali. Apakah Eruza sama dengannya? Aza kira lelaki itu langsung melakukan kontrak."Kau kenal Chimera?" tanya suara tua itu lagi.Aza hanya diam menyaksikan monster d
Benar saja, ketika air itu mengenai salju di sekitar mereka, salju itu perlahan berubah menjadi biru gelap."Pasang perisai kalian!" seru Eruza.Keadaan saat ini sangat menegangkan. Mereka bersama-sama melawan monster laut dengan seluruh kekuatan mereka. Mata mereka terfokus kepada hydra yang sibuk menyerang.Satu persatu dari mereka, menyerang masing-masing kepala.Ketika monster air itu sibuk dengan lawan yang ada di depannya. Eruza diam-diam menyerang kepala Hydra yang tumbuh di paling ujung.Dengan sekali lompatan, Eruza memenggal kepala Hydra dengan bilah pedangnya yang tajam.Semuanya tersenyum semangat karena melihat Eruza yang berhasil memenggal satu kepala Monster laut itu.
"keren," gumam Reymond ketika melihat wujud binatang itu. Berbadan besar dengan tiga kepala. Jangan berpikir ini adalah Chimera.Yang mereka lihat adalah monster anjing dengan tiga kepala, ekor dan kulitnya ular dengan cakar singa. Itu adalah hal yang tidak pernah dilihat oleh Raymond ataupun dengan teman-teman yang lainnya.Monster itu masih mengejar badak bercula tiga yang berlari kesana kemari untuk menghindari monster tersebut."Binatang itu bernama Cerberus," kata Azareel kepada teman-temannya yang penasaran akan monster itu."Bukankah cerberus itu termasuk dalam mitologi Yunani?" Tanya Eruza kepada Azareel."Ya, dia termasuk daftar dari deretan mitologi Yunani, namun sepertinya cerberus di sini tidak diperintahkan oleh para dewa s
Sinar matahari pun menyinari Hidden World, namun suhu udara saat ini sangat rendah hingga membuat mereka memerlukan perisai dari Eruza.Setiap penyihir dapat membuat prisai sesuai elemen yang dapat mereka serap.Seperti Azareel yang dapat membuat prisai air di saat mereka berada di dalam gua. Perisai air yang dibuat oleh Azareel memiliki efek yang dapat menyejukkan udara di sekitarnya, lebih tepatnya meminimalisir ketinggian suhu.Sedangkan perisai Eruza cocok untuk keadaan mereka yang berada di Padang salju. Perisai Eruza yang terbuat dari air mampu menghangatkan suhu tubuh mereka ke keadaan normal. Sehingga udara yang mereka hirup saat ini terasa sangat normal, udara di sekitar mereka juga ikut kembali normal akibat percampuran antara suhu tinggi dan suhu rendah. Sehingga mereka tidak merasa terlalu dingin.&n
"Ugh! Suasana hari ini sedikit mencengkam," kata Leonard sambil memeluk dirinya sendiri. Dia membuat badannya gemetar seolah-olah dia ketakutan."Di sini akan ada air hujan atau badai salju?" tanya Reymond sambil memasukan daging ayam yang mereka dapatkan sewaktu di Yellow Wood."Jelas badai salju, tempat salju seperti ini mana mungkin turun hujan," kata Leonard membalas pertanyaan Reymond yang sudah tahu persis apa jawabannya."Siapa tau kan, soalnya ini berbeda dengan di bumi, siapa tau akan ada hujan batu?" tanya Reymond lagi, kini matanya sedikit membulat tanda dia sangat antusias dengan pembicaraan mereka saat ini. Mulutnya pun agak sedikit dia majukan karena terlalu menggebu-gebu dalam berbicara."Mana mungkin, di manapun itu, hukum alam tetaplah sama," kata Leonard yang tidak menghir
Serangan pertama berhasil mereka lewati, kini serangan demi serangan mulai menyerang mereka satu persatu.Beberapa kali formasi barisan depan kebobolan hingga membuat Azareel, Nelson dan Darrel lebih waspada lagi dalam menarik anak panah mereka jika tidak, anak panah mereka akan salah sasaran dan malah melukai teman mereka. ⚛⚛⚛Setelah pemimpin serigala salju mati, para serigala salju lainnya kehilangan pemimpin mereka, membuat satu persatu dari mereka mulai pergi menjauhi Azareel dan Kawan-kawan.Kini yang tersisa hanyalah delapan pemuda gagah dengan satu pria tua dan bangkai serigala yang tergeletak di mana-mana."Ap
"Tidak ada," kata Nelson sambil menggelengkan kepalanya, wajahnya di buat sejenaka mungkin. Wajah yang lucu namun sendu itu sangat menggemaskan ketika dia tersenyum cerah."Siapa yang ngajarin kamu gitu?" kata Leonard kemudian lelaki bertubuh sekal itu menghampiri Nelson kemudian merangkul Nelson Hinga pemuda berambut biru malam itu sedikit menunduk karena rangkulan kuat Leonard."Leonard! Tidak boleh begitu sama adik," tegur Wayne dengan tatapan yang tajam. Meskipun mereka bukan kakak adik beneran, namun mereka mulai membentuk sebuah keluarga tanpa adanya hubungan darah. Mereka saling menganggap saudara satu sama lain."Kak Wayne tidak adil!" seru Leonard, kemudian lelaki itu menyilangkan lengannya di tengah dada sambil memasang wajah masam.Wayne yang melihat Leonard seperti itu sek