Malam haripun tiba, lelaki berambut coklat terang dan hitam duduk berdua di tepi sungai. Pemandangan langit yang dipenuhi dengan taburan bintang berkelap-kelip indah di gelapnya malam, daun yang berguguran jatuh tertiup angin yang berhembus lembut.
Pemandangan bagaikan surga yang tidak nyata namun tampak di lihat oleh mata.
"Wayne," panggil lelaki berambut hitam segelap malam di langit.
"Ya?" jawab Wayne si pemuda dengan rambut coklat terang.
"Aku tidak tahu bagaimana kedepannya, tapi ku harap semua akan baik-baik saja, namun firasatku mengatakan semuanya tidak baik-baik saja, apa yang harusku lakukan?"
"Hei, tenangkan dirimu, ada aku sebagai temanmu, nanti aku bantu doa jika bahaya akan datang, tenang saja," begitulah kata-kata penghiburan Wayne kepada sahabatnya itu.
"Ka ... kamu hanya bantu doa?!" tanya Eruza terkejut, buyar sudah suasana canggung di antara mereka.
"Aku kan selalu benar, kamu tidak usah kaget, aku akan bantu doa, kalian nanti fokus saja dan lindungi aku," kata Wayne blak-blakan.
"Hei! Kekuatan petirmu hanya pajangan?" jawab Eruza tak percaya, terlihat jelas tatapan yang mengatakan 'kamu tidak bercanda kan?' namun Wayne menjawab.
"Kekuatan petirku itu sangat menarik perhatian, bukankah punya kekuatan cadangan itu hal bagus?" tanya Wayne dengan wajah polos, terlihat jelas di pupil mata berwarna coklatnya itu seolah-olah mengatakan 'aku benar kan? Jadi lindungi aku, nanti aku bantu kalian'
Untuk saat ini Eruza berpikir, 'apa yang sudah aku lakukan kepadamu di kehidupan sebelumnya!'
Begitulah percakapan mereka berakhir tapi untungnya air muka Eruza tidak terlihat gelisah seperti tadi, Wayne bagaikan moodbooster dengan segala tingkah absurd bagi Eruza yang sedang kalut dalam pikirannya.
Eruza mendengar bunyi langkah kaki yang sedang mengendap-endap ke arah mereka berdua. Untuk persiapan, Eruza memasang tampang waspada sambil memperhatikan sekelilingnya namun yang dia lihat ternyata.
"Shut! Cepat kemari," kata Nelson sambil berbisik, akibat kekuatan angin yang ada di dalam dirinya, membuatnya dapat mentransmisi suara dengan jelas walaupun masih jauh dan berupa bisikan.
Setelah itulah Eruza baru menyadari teman-teman yang lainnya sudah terbangun dan mulai sikap siaga.
Satu per satu sepasang mata merah mulai bermunculan di balik semak-semak. Semakin lama sepasang mata itu semakin banyak. Seakan sudah melihat mangsa, mata itu menatap tajam ke arah delapan pemuda.
"Eee ... kira-kira mereka mahluk apa?" tanya Nelson. Terlihat jelas wajah tampan itu pucat, sebagai yang paling muda di antara yang lainnya, tentu saja mental Nelson belum cukup untuk menerima hal yang tidak pernah di lihatnya, Tanner, Raymond, Darrel dan Azareel, mereka cukup mampu untuk menahan tekanan itu.
"Aku tidak tahu karena kita belum melihat sosok di balik semak-semak itu," jawab Azareel, di antara semuanya, hanya Azareellah yang mengetahui lebih banyak tentang Hidden World, dengan kapasitas ingatan yang besar membuatnya ingat berbagai macam tulisan di dalam buku, terlebih buku yang dia baca secara teliti, ingatan itu akan sangat melekat.
Bunyi geraman yang sayup-sayup terdengar kini mulai terdengar jelas. Satu persatu hewan di balik semak menampakkan dirinya.
"Sial! Serigala perak!" terdengar ucapan makian dari mulut Azareel yang terlihat sangat polos. Binatang itu terlihat seperti serigala biasa namun yang menjadi perbedaan adalah bulunya yang berwarna perak, terdapat gumpalan angin di sekitar bulu untuk meringankan serigala saat berlari, serigala perak terkenal dengan kecepatannya karena hewan itu berelemen angin, jika hanya satu saja serigala perak para pembunuh bayaran pasti bisa membunuhnya. Namun sangat di sayangkan, serigala perak adalah hewan yang sering berkelompok, tidak ada pilihan lain selain kabur atau mati jika ada di tengah-tengah Serigala Perak.
"Ada apa dengan Serigala Perak?" tanya Eruza.
"Mereka selalu bergerombol, di dalam buku tertulis jika Serigala Perak itu sangat cepat, Nelson tidak cocok untuk melawan Serigala Perak, karena serigala perak berelemen angin," jelas Azareel singkat namun dapat di mengerti oleh semuanya.
Mendengar itupun air muka Nelson semakin memucat, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pelan bahu Nelson.
"Tanner," panggil Nelson.
"Ya?" jawab Tanner.
"Aku takut," kata Nelson, terlihat jelas suara dan tubuhnya bergemetar, apa lagi Azareel memberitahukan jika kekuatannya tidak mampan dengan serigala perak.
"Wayne, untuk berjaga-jaga, lindungi Nelson," perintah Eruza yang sudah berkumpul ke kelompoknya, Wayne yang di suruh hanya diam dan melakukan printah itu.
"Hei tenanglah, semua akan baik-baik saja," kata Wayne yang sudah berada di sisi Nelson, lelaki yang di panggil Nelson itu tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Perisai tipis yang terbuat dari air berbentuk gelembung menutupi Nelson dan Wayne.
Nelson yang melihatnya pun tanpa sadar mengarahkan tatapannya ke Azareel. Lelaki bermata puppy itu merekahkan senyumnya seperti berkata, 'Bukan apa-apa.'
"Leo tolong buatkan aku pedang bermata dua," perintah Eruza.
"Ok!"
Sinar Biru, Merah, Abu-abu, putih, coklat, dan hijau, berkelap-kelip di gelapnya malam.
Minimnya pengalaman tempur membuat keenam lelaki yang sedang bertarung itu bersimbah darah.
Eruza pernah mengikuti latihan berpedang di kelasnya dulu. Pedang lelaki itu sekarang berlumuran darah serigala perak.
Syut!
Panah cahaya melesat tapat menuju jantung serigala perak. Darrel pun mengikuti kelas memanah berbarengan dengan Eruza kakak sepupunya.
Tanaman merambat menjalar ke arah kaki serigala untuk menahan pergerakan hewan tersebut, kemudian Eruza akan menghampiri serigala yang terjerat untuk membunuhnya.
Serangan dari Leonard langsung membunuh para serigala, kekuatan besinya sangat menguntungkan dirinya. Batang besi dengan ujung yang melancip tajam menikam ke segala arah di badan serigala perak. Yang lainnya dibuat iri oleh Leonard yang mendapatkan kekuatan serangan yang begitu kuat.
Azareel mengurung beberapa serigala di dalam perisai kemudian mengisi penuh air di dalam perisai hingga membuat serigala itu mati lemas. Melihat itu semuanya bergidik ngeri, di antara kematian yang paling menyakitkan di antara mereka, cara Azareel yang paling kejam jika itu dilakukan oleh manusia.
Sedangkan tombak tanah yang muncul di permukaan tanah melesat ke perut Serigala yang berdiri di perangkap Reymond.
Pertarungan yang tiada habisnya mulai membuat keenam remaja lelaki yang bersimbah darah itu lelah.
"Aku bisa mati kelelahan!" maki Leonard sambil mengarahkan batang besinya ke arah serigala perak.
"Bisa-bisa kita dikalahkan karena kekurangan jumlah, mereka tidak ada habisnya," kata Eruza.
"Ayo pikirkan sesuatu, aku sudah sangat lelah, kekuatan ini menguras sedikit demi sedikit energi ku!" keluh Reymond.
Azareel mendengar semua keluhan mereka, sambil melawan Serigala Perak dia mulai berpikir. Bagaimana cara serigala perak mengundurkan diri, namun tidak ada satupun yang melintas di dalam pikirannya. Semuanya berada di jalan buntu.
"Wayne, bagaimana ini, mereka semua kelihatan lelah," kata Nelson khawatir.
"Tenang, aku tau bagaimana cara menghampirinya, tapi ada satu syarat," kata Wayne sambil menatap Nelson dengan usil.
"Apa apa?" kata Nelson tidak sabar.
"Ayo cium pipi kakak dulu," kata Wayne sambil menunjuk pipi kanannya. Mendengar itupun Nelson di buat merinding oleh permintaan Wayne. Namun melihat kakak-kakak yang lainnya bersusah payah membunuh para serigala itupun membuat lelaki itu khawatir. Menggertakkan giginya dengan tajam, diapun mencium pipi kanan Wayne.
"Hehe, nanti aku mau pamer sama Leonard," Kata Wayne, di wajahnya yang tampan terpampang senyum bodoh.
"Ayo cepat!" desak Nelson.
"Iya iya,"
Waynepun mengarahkan segala pikirannya untuk membuat petir.
Sinar ungu mulai melesat ke arah serigala yang paling besar di antara lainnya, serigala itu mati dengan sangat menggenaskan.Gerombolan Serigala Perak mengetahui jika pemimpin mereka mati, lalu serigala itu mulai melarikan diri menjauh dari kawasan itu.Keenam lelaki yang sudah mati-matian melawan Serigala Perak langsung terduduk lelah."Kerja bagus semuanya," kata Eruza menyemangati mereka.Setelah mengumpulkan cukup tenaga semuanya membersihkan diri. Azareel menyiram bekas-bekas darah serigala perak agar tidak memicu binatang iblis yang lainnya."Ngomong-ngomong apa yang sudah kau lakukan Wayne?" tanya Eruza kepada temannya itu."Aku hanya membunuh pemimpinnya," kata Wayne terus terang kemudian dia teringat kejadian Nelson mencium pipi kanannya."Oh! Oh! Oh! Aku punya berita bagus untuk Leo!" kata Wayne bersemangat, di wajahnya yang tampan terlihat sen
"Terus kalian menyesal gitu?!" seru Azareel, suasana hatinya sudah tidak bagus ditambah lagi teman-temannya yang sudah menyerah sebelum memulai."Tidak ada pilihan lain selain menjalankan tugas kita," sambung Azareel."Maksudmu apa hah! Kita semua bisa saja mati di tengah-tengah hutan ini!" kata Tanner sambil berdiri.Azareelpun ikut berdiri, terlihat jelas air muka marah dikedua wajah lelaki itu."Kan kalian yang ingin ke sini! Tidak ada paksaan!" seru Azareel seolah-olah menantang Tanner. Jarak mereka kini sangat dekat untuk seseorang yang sedang berselisih pendapat."Itu semua gara-gara kamu yang memancing!" seru Tanner sambil mendorong bahu Azareel.Dan terjadilah aksi berkelahi di antara mereka berdua, teman-teman yang lainnya pun berinisiatif untuk menghalangi mereka agar tidak menjadi perkelahian yang mebahayakan nyawa."Hei! Kalian tenang lah! Aku tidak memi
"Tolong aku!" teriak Azareel.Semua mata langsung tertuju ke sumber suara."Aza!" Teriak Eruza. Jantungnya hampir berhenti berdetak melihat Azareel yang kini terlilit akar. Dia bertanggung jawab atas keselamatan mereka semua, jadi dia tidak tahan untuk tidak menolong Aza yang kini hampir di remukkan.Eruza berlari ke arah Azareel dengan tergesa-gesa raut wajahnya sangat menyeramkan, dia mulai menebas akar pohon yang menghalanginya di setiap jalannya.Bilah besi itu menebas ke segala arah untuk menghindari akar, dia harus cepat jika terlambat mungkin saja Azareel akan pecah menjadi tumpukan daging oleh akar itu.Ini bukan sesuatu yang di anggap remeh, ini masalah kehidupan seseorang. Di mata Eruza dia melihat Azareel yang mulai kehilangan nafasnya. Badan lelaki itu mulai memerah seakan ingin meledak.Melihat aksi Eruza, yang lainnya pun ikut menyelamatkan Azareel dari bahaya, k
"Aza ... ku mohon sadarlah," ucap Eruza di samping Aza yang belum sadarkan diri dua hari ini. ⚛⚛⚛Waktu berlalu dengan cepat tak terasa sudah satu bulan dari kejadian itu."Kak Uza, aku dapat rusa!" teriak Reymond bersemangat."Kerja bagus Rey! Kita akan makan besar malam ini, benar kan Za?" tanya Eruza kepada pemuda di sebelahnya. Pemuda itu terlihat imut dan sedikit pucat."Iya, aku tidak sabar untuk malam ini," kata Azareel sambil tersenyum tipis.Dia baru saja pulih beberapa hari yang lalu, lelaki itu merasa tidak enak kepada teman-temannya karena dia mengganggu perjalanan ini. Jika saja dia tidak lengah mungkin kami akan mencapai kota di pinggir hutan ini."Sudahlah, janga memasang ekspresi begitu," kata Tanner sambil mengambil tempat du
Suara daging yang bertemu dengan besi panas memenuhi area sekitarnya. Suasana gelapnya malam yang bertabur bintang menemani sang rembulan di atas langit. Semilir angin berhembus dengan lembut membawa aroma khas daging panggang."Ah aku sudah lapar," kata Reymond sambil mengelus perutnya yang rata."Mohon bersabarlah, sebentar lagi dagingnya masak," kata Darrel. Lelaki itu sibuk membolak-balikkan daging di atas wajan panas."Berbequenya sudah hampir selesai di panggang," kata Leonard sambil membalikkan berbeque di hadapannya.Azareel memandangi berbeque yang di panggang Leonard dari waktu ke waktu. Lelaki itu tampak linglung ketika melihat berbeque yang mengeluarkan bunyi berdesis ketika Leonard menambahkan bumbu perasa."Aza ... apa yang kamu pikirkan?" tanya Eruza sambil mendudukkan bokongnya di sebelah Aza."Jika diingat-ingat di pasar tadi tidak ada yang menjual berbeque,"
"Bagaimana jika kita juga jualan obat?" kata Azareel dengan mata berbinar."Tapi jualan obatnya akan susah jika kita tidak menggunakan toko atau kios, lebih baik kita kumpulkan uang untuk membeli toko atau rumah?" kata Wayne, lelaki itu tampaknya sedang membayangkan sesuatu."Benar juga ... bearti sekarang apa yang harus kita lakukan?" kata Nelson yang sedang menggosok punggungnya dengan susah payah."Pertama-tama kita akan berburu, kemudian menyiapkan bumbu, datang ke Desa Hela, sebelum itu kita harus buat gerobak untuk jualan," kata Azareel sambil mengelus-elus dagunya yabg bersih, matanya seperti menerawang langit."Ok seperti itu saja, aku akan naik terlebih dahulu untuk menyiapkan sarapan kita," kata Darrel yang dari tadi hanya diam, lelaki itu memang cukup pendiam namun dia sangat memperhatikan semuanya layaknya seorang ibu, padahal dia hanyalah lelaki remaja yang baru saja menginjak usia dewasa.
Eruza menghampiri Wayne yang sedang melihat ke sumber suara."Ya.""Aku harap tidak terjadi apa-apa dengan teman-teman yang lainnya," kata Wayne lagi, wajah tampan itu sedikit berkerut karena mengkhawatirkan teman-temannya."Semoga saja," kata Eruza sambil menatap langit yang bersinang terang.Di waktu yang sama di tempat yang berbeda."Kamu dengar Rel?" kata Tanner yang sedang memetik tanaman herbal, tidak jauh darinya Darrel berdiri memperhatikan daerah sekitar, namun badannya condong ke arah sumber suara."Mungkinkah itu suara binatang yang sekarat? Atau binatang yang sedang marah?" tanya Darrel kepada Tanner, pandangannya tetap tertuju ke arah sumber suara."Aku berharap kemungkinan yang kedua," jawab Tanner, lelaki berambut panjang itu masih memetik tanaman herbal, atas usul Aza dia mulai mengumpulkan obat dan meramunya. Bertepatan dengan jurusan Tanner di kuli
"Hei kalian dapat apa saja?" tanya Leonard sambil berjalan ke arah mereka, di belakangnya ada Reymond dan kemudian gerobak besar yang berjalan dengan bantuan sihir."Hanya buruan kecil, wah ... kalian mendapatkan badak bercula satu," kata Eruza melihat hasil buruan mereka."Sepertinya suara itu berasal dari badak bercula satu ini," kata Wayne sambil mengamati tubuh besar badak bercula satu."Bukan, suara Badak bercula satu memang nyaring tapi tidak akan sampai di dengar oleh kalian yang jaraknya jauh dari kami," jelas Reymond agar tidak terjadi kesalahpahaman."Yang belum datang Aza dan Nelson ya," kata Darrel yang mulai mengamati saudara-saudaranya."Ah benar! Kemana dua anak itu!" kata Eruza yang teringat dengan si kecil dan si pintar."Ayo kita cari," kata Wayne, lelaki itu mulai berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam hutan.Yang lainnya juga mengiku