"Aza ... ku mohon sadarlah," ucap Eruza di samping Aza yang belum sadarkan diri dua hari ini.
⚛⚛⚛
Waktu berlalu dengan cepat tak terasa sudah satu bulan dari kejadian itu.
"Kak Uza, aku dapat rusa!" teriak Reymond bersemangat.
"Kerja bagus Rey! Kita akan makan besar malam ini, benar kan Za?" tanya Eruza kepada pemuda di sebelahnya. Pemuda itu terlihat imut dan sedikit pucat.
"Iya, aku tidak sabar untuk malam ini," kata Azareel sambil tersenyum tipis.
Dia baru saja pulih beberapa hari yang lalu, lelaki itu merasa tidak enak kepada teman-temannya karena dia mengganggu perjalanan ini. Jika saja dia tidak lengah mungkin kami akan mencapai kota di pinggir hutan ini.
"Sudahlah, janga memasang ekspresi begitu," kata Tanner sambil mengambil tempat du
Suara daging yang bertemu dengan besi panas memenuhi area sekitarnya. Suasana gelapnya malam yang bertabur bintang menemani sang rembulan di atas langit. Semilir angin berhembus dengan lembut membawa aroma khas daging panggang."Ah aku sudah lapar," kata Reymond sambil mengelus perutnya yang rata."Mohon bersabarlah, sebentar lagi dagingnya masak," kata Darrel. Lelaki itu sibuk membolak-balikkan daging di atas wajan panas."Berbequenya sudah hampir selesai di panggang," kata Leonard sambil membalikkan berbeque di hadapannya.Azareel memandangi berbeque yang di panggang Leonard dari waktu ke waktu. Lelaki itu tampak linglung ketika melihat berbeque yang mengeluarkan bunyi berdesis ketika Leonard menambahkan bumbu perasa."Aza ... apa yang kamu pikirkan?" tanya Eruza sambil mendudukkan bokongnya di sebelah Aza."Jika diingat-ingat di pasar tadi tidak ada yang menjual berbeque,"
"Bagaimana jika kita juga jualan obat?" kata Azareel dengan mata berbinar."Tapi jualan obatnya akan susah jika kita tidak menggunakan toko atau kios, lebih baik kita kumpulkan uang untuk membeli toko atau rumah?" kata Wayne, lelaki itu tampaknya sedang membayangkan sesuatu."Benar juga ... bearti sekarang apa yang harus kita lakukan?" kata Nelson yang sedang menggosok punggungnya dengan susah payah."Pertama-tama kita akan berburu, kemudian menyiapkan bumbu, datang ke Desa Hela, sebelum itu kita harus buat gerobak untuk jualan," kata Azareel sambil mengelus-elus dagunya yabg bersih, matanya seperti menerawang langit."Ok seperti itu saja, aku akan naik terlebih dahulu untuk menyiapkan sarapan kita," kata Darrel yang dari tadi hanya diam, lelaki itu memang cukup pendiam namun dia sangat memperhatikan semuanya layaknya seorang ibu, padahal dia hanyalah lelaki remaja yang baru saja menginjak usia dewasa.
Eruza menghampiri Wayne yang sedang melihat ke sumber suara."Ya.""Aku harap tidak terjadi apa-apa dengan teman-teman yang lainnya," kata Wayne lagi, wajah tampan itu sedikit berkerut karena mengkhawatirkan teman-temannya."Semoga saja," kata Eruza sambil menatap langit yang bersinang terang.Di waktu yang sama di tempat yang berbeda."Kamu dengar Rel?" kata Tanner yang sedang memetik tanaman herbal, tidak jauh darinya Darrel berdiri memperhatikan daerah sekitar, namun badannya condong ke arah sumber suara."Mungkinkah itu suara binatang yang sekarat? Atau binatang yang sedang marah?" tanya Darrel kepada Tanner, pandangannya tetap tertuju ke arah sumber suara."Aku berharap kemungkinan yang kedua," jawab Tanner, lelaki berambut panjang itu masih memetik tanaman herbal, atas usul Aza dia mulai mengumpulkan obat dan meramunya. Bertepatan dengan jurusan Tanner di kuli
"Hei kalian dapat apa saja?" tanya Leonard sambil berjalan ke arah mereka, di belakangnya ada Reymond dan kemudian gerobak besar yang berjalan dengan bantuan sihir."Hanya buruan kecil, wah ... kalian mendapatkan badak bercula satu," kata Eruza melihat hasil buruan mereka."Sepertinya suara itu berasal dari badak bercula satu ini," kata Wayne sambil mengamati tubuh besar badak bercula satu."Bukan, suara Badak bercula satu memang nyaring tapi tidak akan sampai di dengar oleh kalian yang jaraknya jauh dari kami," jelas Reymond agar tidak terjadi kesalahpahaman."Yang belum datang Aza dan Nelson ya," kata Darrel yang mulai mengamati saudara-saudaranya."Ah benar! Kemana dua anak itu!" kata Eruza yang teringat dengan si kecil dan si pintar."Ayo kita cari," kata Wayne, lelaki itu mulai berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam hutan.Yang lainnya juga mengiku
Wayne dan Tanner datang lebih dulu dari yang lainnya."Kami dari tadi di sini aja deh, gak kemana-mana," kata Nelson yang spontan mengarahkan pandangannya kepada Wayne sambil menggelengkan kepalanya."Yakin?" tanya Wayne memastikan. Dia tampak "tidak yakin dengan apa yang dilihatnya."Yakin! Kalian berburu lagi?" jawab Nelson kemudian pemuda itu menanyakan balik ke Wayne.""Tidak, kami semua mencari kalian berdua," kata Wayne sambil menggelengkan kepalanya sedikit. Wajah lelaki itu terlihat datar dan sedikit linglung namun sorot matanya menampakkan khawatirkan."Mencari kami? Perasaan kami berburu di dekat sini kemudian mencuci daging hasil buruan kami di tepi sungai," kata Aza menjelaskan sambil menunjuk ke arah sungai dengan rahang bawahnya. Kedua tangan Aza sibuk memilah kelinci dan ayam.Wayne dan Tanner diam termenung, tepi sungai, sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh mere
Suara hiruk-pikuk kerumunan memenuhi daerah sekitar. Berbagai macam pedagang ada di daerah itu. Pasar Desa Ladi namanya. Tidak seperti namanya, Desa Ladi dipenuhi dengan pemburu, tentara bayaran dan murid dari Akademi Bulan.Tidak jauh dari Desa Ladi terdapat Akademi Bulan untuk kalangan menengah dan bawah. Azareel sempat kaget dikarenakan dunia ini masih mementingkan strata sosial. Di Bumi tingkatan sosial sudah tidak ada lagi karena semuanya setara baik wanita maupun pria. Namun lain hal di Hidden World.Azareel dan Reymond yang di tugaskan oleh Eruza untuk mencari informasi tentang keuangan Hidden World sudah tiba di kios mereka.Berbeda dengan kios orang-orang di Desa Ladi, Kios yang dibuat oleh Leonard dan Tanner sangat mencolok dan mewah. Kios mini untuk berjualan di pinggir hutan, kios itu berwarna merah cerah di bawah sinar mentari yang tidak diketahui dimana letaknya tampak sangat mengkilat sedikit menyilaukan mata. S
"Baju kita tidak terlihat mencolok kan?" bisik Darrel kepada Eruza, dia sangat risih tatapan orang-orang di sekitarnya."Sedikit?" bukannya menjawab, Eruza malah menanyakan kembali kepada Darrel. Bukannya berkurang Darrel malah semakin gugup mendengar jawaban dari Eruza."Kira-kira harga baju di sini berapa?" tanya Darrel lagi, matanya memandang toko pakaian yang sedang obral lima perak untuk satu baju."Mau mampir ke sana?" tanya Eruza kepada Darrel."Boleh?" tanya Darrel kepada Eruza. Lelaki berambut gelap itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, kemudian dia memberitahukan teman-teman yang lainnya jika mereka membeli pakaian untuk berganti dulu."Beli pakaian? Ide bagus," kata Wayne. Lelaki itu selalu setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu."Aku ikut aja, lagian baju kita sudah terlihat sangat usang," kata Azareel sambil melihat bajunya ya
"Di mana toko orang jualan ruang penyimpanan?" tanya Nelson sambil melihat sekelilingnya."Coba tanyakan pada angin," tanya Tanner iseng. Namun itu membuat Nelson mengikuti perkataan Tanner.Matanya terlihat sangat berbinar-binar ketika menanyakan tentang ruang penyimpanan kepada angin. Tanner yang hanya iseng-iseng saja mulai terdiam memperhatikan Nelson berbicara kepada roh angin."Oh, jadi kita tinggal lurus kemudian ada toko yang bernama Toko Stenus?" tanya Nelson kepada roh angin."Ok mengerti," sambung Nelson yang berbicara kepada roh angin."Apa katanya?" tanya Eruza ketika roh angin pergi."Ayo ikuti aku," kata Nelson, berlagak seperti ketua. Eruza yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan."Maknae On Top!" seru Leonard. Kemudian Reymond menyambut, "Hu ooo~"Mendengar itu Nelson langsung menatap taj