"Di mana toko orang jualan ruang penyimpanan?" tanya Nelson sambil melihat sekelilingnya.
"Coba tanyakan pada angin," tanya Tanner iseng. Namun itu membuat Nelson mengikuti perkataan Tanner.
Matanya terlihat sangat berbinar-binar ketika menanyakan tentang ruang penyimpanan kepada angin. Tanner yang hanya iseng-iseng saja mulai terdiam memperhatikan Nelson berbicara kepada roh angin.
"Oh, jadi kita tinggal lurus kemudian ada toko yang bernama Toko Stenus?" tanya Nelson kepada roh angin.
"Ok mengerti," sambung Nelson yang berbicara kepada roh angin.
"Apa katanya?" tanya Eruza ketika roh angin pergi.
"Ayo ikuti aku," kata Nelson, berlagak seperti ketua. Eruza yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Maknae On Top!" seru Leonard. Kemudian Reymond menyambut, "Hu ooo~"
Mendengar itu Nelson langsung menatap taj
"Apakah kau sudah siap Old Edwid?" tanya Nelson sambil melihat Edwin yang sedang berdiri menepuk-nepuk pelan bajunya."Ya, sudah, ayo kita berangkat," kata Old Edwin memberitahukan kepada delapan anak muda di hadapannya."Nanti kita singgah kerumah pohon dulu," kata Eruza kepada Old Edwin."Iya, pasti kalian ingin mengambil barang bawaan kalian," kata Old Edwin memaklumi."Terima kasih atas perhatiannya Old Edwin," kata Eruza senang, lelaki itu mulai menyukai Old Edwin."Kalian sudah daftar jadi tentara bayaran? Itu lumayan, sambil berburu kita mendapatkan uang dari misi," kata Old Edwid, dia sangat menyayangkan jika mereka hanya berburu biasa saja."Tentara bayaran?" tannya Leonard, kemudian dia melanjutkan, "Sepertinya seru,""Benar kan? Ayo kita mendaftar jadi tentara bayaran," kata Old Edwin bersemangat, karena dia ikut berkumpul deng
Sekelompok tentara bayaran mulai menghampiri Azareel dan kawan-kawan."Hanya penyihir rendahan ingin mengambil misi kelas atas?" tanya lelaki bertubuh besar, wajah lelaki itu terdapat bekas cakaran dari kening turun menuju ke mata kirinya kemudian garis itu berhenti di dekat telinga. Itu pasti sangat menyakitkan."Kami hanya ingin mengambil apa yang bisa kami temukan," kata Eruza membalas perkataan lelaki bertubuh besar itu."Kalian tidak tahu? Yellow Wood adalah hutan paling berbahaya nomor tiga di Hidden World, penyihir rendahan seperti kalian tidak akan mungkin bertahan lama di dalam sana," kata lelaki bertubuh besar itu."Jika kami tidak bisa, kalian bisa masuk ke sana?" tanya Azareel dengan nada sarkastik."Jelas, karena kelompok kami adalah kelompok tentara bayaran peringkat satu," kata lelaki bertubuh besar itu dengan bangga."Ketua memang hebat!" kata
Azareel melihat seoarng wanita dengan pakaian yang cukup minim. Rasanya Azareel ingin membelikan dia pakaian yang layak."Kita tadi bertemu di Mercenary Union," kata wanita itu, suaranya terdengar centil dan sexy, sedikit serak di suaranya menambah kesan tertentu di dirinya. Rambut kuncir kuda dengan sejumput rambut panjang di sisi kanan dan kiri. Mata berwarna biru laut dengan kuping yang meruncing. Rambut berwarna putih kebiruan, busur yang ada di belakang punggungnya, jelas dia adalah seorang Elf dengan keahlian memanah. Eruza dan kawan-kawan saling memandang satu sama lain sambil menggelengkan kepalanya."Kami tidak mengenalmu," kata Eruza. Teman-temannya yang lain hanya mengangguk setuju."Wah ... kalian tidak memperhatikan daerah sekitar kalian rupanya," kata si perempuan berambut putih sambil menggelengkan kepalanya pelan."Bisa jadi?" kata Azareel bertanya pada dirinya sendiri.
Leonard pun mengeluarkan kompor dari cincin penyimpanannya. Serta alat-alat memasak lainnya."Aku rasa benda seperti ini tidak pernah melihatnya," kata Old Edwin ketika melihat alat-alat mereka yang aneh.Ada lempengan besi yang dilapisi oleh sihir di permukaannya yang berbentuk lingkaran melengkung ke bawah, di kedua sisi lingkaran terdapat dua pegangan masing-masing satu. Dan satunya seperti tungku api namun ini terlihat lebih simple saat menggunakannya. Spatula, lelaki itu tahu mengenai spatula. Alat panggang, serta piring, sendok, garpu, dan sumpit sudah tersedia."Ups, sepertinya kita perlu meja," kata Eruza yang melihat barang-barang mereka berantakan. Kemudian matanya memberikan kode kepada Tanner untuk membuat meja."Ok," kata lelaki berambut panjang itu.Tanner mengarahkan segala kekuatannya untuk membuat sebuah meja yang cocok untuk mereka makan, juga meja untuk mereka
"Pagi ini sedikit suram," kata Darrel sambil melihat ke langit."Darimananya suram? Cahaya ilahi sangat bersinar pagi ini," kata Leonard sambil memukul pelan bahu Darrel."Di balik indahnya langit pasti ada hujan di dalamnya," kata Darrel, tatapannya terlihat sendu seakan-akan dia telah mengalami nasib buruk."Apa kamu merasakan sesuatu Darrel?" tanya Azareel yang datang menghampiri Leonard dan Darrel."Dia merasa hari ini suram," bukannya Darrel yang menjawab malah Leonard yang menjawab, lelaki itu menjawab sambil merangkul bahu Darrel. Tangan sekalnya itu membuat Darrel merasa tersiksa."Tolong jauhkan lengan beratmu," kata Darrel yang mencoba menjahuhi tangan Leonard dari bahunya."Ini tidak
"Ini dia kabut beracunnya," kata Old Edwin.Di hadapan delapan remaja dan satu lelaki tua itu adalah kabut tebal yang membentuk sebuah garis. Seakan ada sesuatu yang menghalanginya, kabut itu tetap di sana dan tidak mau ataupun mundur. Kabut berwarna putih dan tebal membuat seseorang tertarik untuk menjelajahinya. Namun mereka di ingatkan sesuatu, bahwa kabut itu beracun. Tingkat toksinitasnya sangat tinggi. Orang kuat hanya akan bertahan satu jam di dalam kabut itu, kemudian dia akan mengalami ruam merah disertai dengan sesak nafas, kulitnya perlahan-lahan melepuh hingga tubuh manusia itu menjadi genangan darah yang meninggalkan tulang berulang yang mulai keropos akibat racun korosif."Racunnya cukup berat," kata Tanner yang mulai berjongkok di hadapan kabut beracun."Bearti, sesuai dengan rumornya," kata Azareel yang ikut berjongkok di
"Yey berhasil!" seru Tanner dengan mata berbinar-binar."Eh? Serius?" kata Eruza yang berhenti menyerang Leonard. Semua perhatian tertuju kepada Tanner."Ya! Mari kita coba," kata Tanner kemudian lelaki itu meminum penangkal racun yang dia buat."Kamu yakin?" tanya Azareel kepada Tanner yang sudah meminum cairan kental berwarna biru."Ya, aku akan bergegas masuk," kata Tanner kemudian lelaki berambut panjang itu mulai memasuki kawasan kabut beracun tanpa menoleh ke belakang."Dia benar-benar masuk, kita harus menyusulnya." kata Eruza panik.Semuanya dengan panik memasukkan barang-barang mereka ke cincin penyimpanan. Kemudian meminum cairan yang sudah dibuat Tanner. Beruntunglah lelaki ber
"Tanner!" seru Azareel dan yang lainnya bersamaan. Mereka semua langsung berdiri dan menghampiri Tanner yang masih linglung. Old Edwin hanya melihat mereka sambil tersenyum lega.Semuanya datang dan memeluk Tanner."Sepertinya aku sedang berhalusinasi," gumam Tanner, tatapannya masih berfokus kepada teman-temannya namun pikirannya seperti mengambang di dunia lain."Tanner! Ada apa denganmu?!" kata Eruza panik, dia melihat Tanner yang seperti orang kesurupan. Karena takut diapun memerintahkan Azareel untuk menyemburkan air ke Tanner."Aza! Cepat siram Tanner dengan air!" kata Eruza panik, begitu pula dengan Azareel yang langsung menuruti perkataan Eruza. Lelaki bermata puppy itupun mulai mengerahkan kekuatannya untuk menyiram Tanner dan teman-teman yang lainnya yang sedang berpelukan.