Suara hiruk-pikuk kerumunan memenuhi daerah sekitar. Berbagai macam pedagang ada di daerah itu. Pasar Desa Ladi namanya. Tidak seperti namanya, Desa Ladi dipenuhi dengan pemburu, tentara bayaran dan murid dari Akademi Bulan.
Tidak jauh dari Desa Ladi terdapat Akademi Bulan untuk kalangan menengah dan bawah. Azareel sempat kaget dikarenakan dunia ini masih mementingkan strata sosial. Di Bumi tingkatan sosial sudah tidak ada lagi karena semuanya setara baik wanita maupun pria. Namun lain hal di Hidden World.
Azareel dan Reymond yang di tugaskan oleh Eruza untuk mencari informasi tentang keuangan Hidden World sudah tiba di kios mereka.
Berbeda dengan kios orang-orang di Desa Ladi, Kios yang dibuat oleh Leonard dan Tanner sangat mencolok dan mewah. Kios mini untuk berjualan di pinggir hutan, kios itu berwarna merah cerah di bawah sinar mentari yang tidak diketahui dimana letaknya tampak sangat mengkilat sedikit menyilaukan mata. S
"Baju kita tidak terlihat mencolok kan?" bisik Darrel kepada Eruza, dia sangat risih tatapan orang-orang di sekitarnya."Sedikit?" bukannya menjawab, Eruza malah menanyakan kembali kepada Darrel. Bukannya berkurang Darrel malah semakin gugup mendengar jawaban dari Eruza."Kira-kira harga baju di sini berapa?" tanya Darrel lagi, matanya memandang toko pakaian yang sedang obral lima perak untuk satu baju."Mau mampir ke sana?" tanya Eruza kepada Darrel."Boleh?" tanya Darrel kepada Eruza. Lelaki berambut gelap itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, kemudian dia memberitahukan teman-teman yang lainnya jika mereka membeli pakaian untuk berganti dulu."Beli pakaian? Ide bagus," kata Wayne. Lelaki itu selalu setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu."Aku ikut aja, lagian baju kita sudah terlihat sangat usang," kata Azareel sambil melihat bajunya ya
"Di mana toko orang jualan ruang penyimpanan?" tanya Nelson sambil melihat sekelilingnya."Coba tanyakan pada angin," tanya Tanner iseng. Namun itu membuat Nelson mengikuti perkataan Tanner.Matanya terlihat sangat berbinar-binar ketika menanyakan tentang ruang penyimpanan kepada angin. Tanner yang hanya iseng-iseng saja mulai terdiam memperhatikan Nelson berbicara kepada roh angin."Oh, jadi kita tinggal lurus kemudian ada toko yang bernama Toko Stenus?" tanya Nelson kepada roh angin."Ok mengerti," sambung Nelson yang berbicara kepada roh angin."Apa katanya?" tanya Eruza ketika roh angin pergi."Ayo ikuti aku," kata Nelson, berlagak seperti ketua. Eruza yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan."Maknae On Top!" seru Leonard. Kemudian Reymond menyambut, "Hu ooo~"Mendengar itu Nelson langsung menatap taj
"Apakah kau sudah siap Old Edwid?" tanya Nelson sambil melihat Edwin yang sedang berdiri menepuk-nepuk pelan bajunya."Ya, sudah, ayo kita berangkat," kata Old Edwin memberitahukan kepada delapan anak muda di hadapannya."Nanti kita singgah kerumah pohon dulu," kata Eruza kepada Old Edwin."Iya, pasti kalian ingin mengambil barang bawaan kalian," kata Old Edwin memaklumi."Terima kasih atas perhatiannya Old Edwin," kata Eruza senang, lelaki itu mulai menyukai Old Edwin."Kalian sudah daftar jadi tentara bayaran? Itu lumayan, sambil berburu kita mendapatkan uang dari misi," kata Old Edwid, dia sangat menyayangkan jika mereka hanya berburu biasa saja."Tentara bayaran?" tannya Leonard, kemudian dia melanjutkan, "Sepertinya seru,""Benar kan? Ayo kita mendaftar jadi tentara bayaran," kata Old Edwin bersemangat, karena dia ikut berkumpul deng
Sekelompok tentara bayaran mulai menghampiri Azareel dan kawan-kawan."Hanya penyihir rendahan ingin mengambil misi kelas atas?" tanya lelaki bertubuh besar, wajah lelaki itu terdapat bekas cakaran dari kening turun menuju ke mata kirinya kemudian garis itu berhenti di dekat telinga. Itu pasti sangat menyakitkan."Kami hanya ingin mengambil apa yang bisa kami temukan," kata Eruza membalas perkataan lelaki bertubuh besar itu."Kalian tidak tahu? Yellow Wood adalah hutan paling berbahaya nomor tiga di Hidden World, penyihir rendahan seperti kalian tidak akan mungkin bertahan lama di dalam sana," kata lelaki bertubuh besar itu."Jika kami tidak bisa, kalian bisa masuk ke sana?" tanya Azareel dengan nada sarkastik."Jelas, karena kelompok kami adalah kelompok tentara bayaran peringkat satu," kata lelaki bertubuh besar itu dengan bangga."Ketua memang hebat!" kata
Azareel melihat seoarng wanita dengan pakaian yang cukup minim. Rasanya Azareel ingin membelikan dia pakaian yang layak."Kita tadi bertemu di Mercenary Union," kata wanita itu, suaranya terdengar centil dan sexy, sedikit serak di suaranya menambah kesan tertentu di dirinya. Rambut kuncir kuda dengan sejumput rambut panjang di sisi kanan dan kiri. Mata berwarna biru laut dengan kuping yang meruncing. Rambut berwarna putih kebiruan, busur yang ada di belakang punggungnya, jelas dia adalah seorang Elf dengan keahlian memanah. Eruza dan kawan-kawan saling memandang satu sama lain sambil menggelengkan kepalanya."Kami tidak mengenalmu," kata Eruza. Teman-temannya yang lain hanya mengangguk setuju."Wah ... kalian tidak memperhatikan daerah sekitar kalian rupanya," kata si perempuan berambut putih sambil menggelengkan kepalanya pelan."Bisa jadi?" kata Azareel bertanya pada dirinya sendiri.
Leonard pun mengeluarkan kompor dari cincin penyimpanannya. Serta alat-alat memasak lainnya."Aku rasa benda seperti ini tidak pernah melihatnya," kata Old Edwin ketika melihat alat-alat mereka yang aneh.Ada lempengan besi yang dilapisi oleh sihir di permukaannya yang berbentuk lingkaran melengkung ke bawah, di kedua sisi lingkaran terdapat dua pegangan masing-masing satu. Dan satunya seperti tungku api namun ini terlihat lebih simple saat menggunakannya. Spatula, lelaki itu tahu mengenai spatula. Alat panggang, serta piring, sendok, garpu, dan sumpit sudah tersedia."Ups, sepertinya kita perlu meja," kata Eruza yang melihat barang-barang mereka berantakan. Kemudian matanya memberikan kode kepada Tanner untuk membuat meja."Ok," kata lelaki berambut panjang itu.Tanner mengarahkan segala kekuatannya untuk membuat sebuah meja yang cocok untuk mereka makan, juga meja untuk mereka
"Pagi ini sedikit suram," kata Darrel sambil melihat ke langit."Darimananya suram? Cahaya ilahi sangat bersinar pagi ini," kata Leonard sambil memukul pelan bahu Darrel."Di balik indahnya langit pasti ada hujan di dalamnya," kata Darrel, tatapannya terlihat sendu seakan-akan dia telah mengalami nasib buruk."Apa kamu merasakan sesuatu Darrel?" tanya Azareel yang datang menghampiri Leonard dan Darrel."Dia merasa hari ini suram," bukannya Darrel yang menjawab malah Leonard yang menjawab, lelaki itu menjawab sambil merangkul bahu Darrel. Tangan sekalnya itu membuat Darrel merasa tersiksa."Tolong jauhkan lengan beratmu," kata Darrel yang mencoba menjahuhi tangan Leonard dari bahunya."Ini tidak
"Ini dia kabut beracunnya," kata Old Edwin.Di hadapan delapan remaja dan satu lelaki tua itu adalah kabut tebal yang membentuk sebuah garis. Seakan ada sesuatu yang menghalanginya, kabut itu tetap di sana dan tidak mau ataupun mundur. Kabut berwarna putih dan tebal membuat seseorang tertarik untuk menjelajahinya. Namun mereka di ingatkan sesuatu, bahwa kabut itu beracun. Tingkat toksinitasnya sangat tinggi. Orang kuat hanya akan bertahan satu jam di dalam kabut itu, kemudian dia akan mengalami ruam merah disertai dengan sesak nafas, kulitnya perlahan-lahan melepuh hingga tubuh manusia itu menjadi genangan darah yang meninggalkan tulang berulang yang mulai keropos akibat racun korosif."Racunnya cukup berat," kata Tanner yang mulai berjongkok di hadapan kabut beracun."Bearti, sesuai dengan rumornya," kata Azareel yang ikut berjongkok di