"Sayang, tolong ambiilkan pesanan baju bayi kita di butik itu, ya? Aku tunggu di dalam mobil, kakiku rasanya pegal sekali setelah berjam-jam mengitari pusat perbelanjaan," pinta Freya kepada Evan seraya menunjuk ke salah satu butik yang menjual perlengkapan bayi.
"Berikan aku satu ciuman mesra dulu," pinta Evan.
Freya tersenyum, kedua telapak tangan halus menangkup pipi Evan. Bibir ranum mencium mesra bibir sang suami lalu berkata. "Aku sangat mencintamu, Evan."
"Aku juga sangat mencintaimu dan juga putra kita," balas Evan seraya mengusap lembut perut buncit sang istri yang akan melahirkan dalam beberapa hari.
Evan bergegas keluar dari mobil, mengambil pesanan baju yang diminta oleh sang istri. Pria bertubuh kekar itu beberapa kali menoleh ke belakang menatap wajah cantik sang istri yang telah memberikannya banyak kebahagiaan, sang pimpinan mafia Cosa Nostra yang terkenal sangat kejam terhadap musuh-musuhnya itu terlihat kebingungan saat hendak membayar di kasir.
"Aku tebak, kau pasti sedang mencari ini?" Peter menyodorkan dompet milik Evan yang tertinggal di mobil.
"Damn!! Kau selalu menyelamatkanku, Peter. Apa kau mau kubelikan Teddy bear sebagai ucapan terima kasih?" Seloroh Evan, menggoda sang tangan kanan yang sudah dianggapnya sebagai saudara.
"Shit!! Jangan mentang-mentang kau akan menjadi seorang ayah lalu kau bisa merubah image dari seorang pimpinan mafia klan Cosa Nostra yang terkuat dan terkejam di Italia menjadi hot Daddy yang berhati Hello Kitty," timpal Peter.
"Aku sangat bahagia, Peter. Berkat Freya, duniaku kini terasa sangat sempurna dan aku mempunyai alasan untuk pulang ke rumah setiap hari," ucap Evan seraya tersenyum menatap mobil dimana istrinya sedang menunggu.
"Apa kau sudah belajar mengganti popok? Duniamu akan berubah 180 derajat dari bahagia menjadi penuh derita begitu Freya melahirkan, percayalah kepadaku. Freya pasti akan mengomelimu setiap hari karena kau tidak becus mengganti popok bayimu," timpal Peter.
"Sialan kau, Peter. Tutup mulutmu sekarang juga atau aku akan menjejali mulutmu dengan dot,'' sembur Evan yang membuat Peter tergelak.
Ponsel Evan bergetar, sebuah pesan singkat dari Julian yang masuk ke ponselnya membuat senyum bahagianya seketika menghilang.
Julian [ Hai calon hot daddy, kau terlihat sangat bahagia. Apakah kau mau melihat hadiah yang pernah aku janjikan kepadamu? Lihatlah keluar dan selamat menikmati hadiah indah dariku.]
Paper bag di tangan Evan terjatuh, ia melihat Julian sedang berdiri di seberang jalan sambil tersenyum lalu mengucapkan satu kata yang membuatnya tersadar kalau nyawa sang istri sedang dalam bahaya. Kaki Evan hendak melangkah keluar butik untuk menyelamatkan sang istri yang sedang mengandung 9 bulan 5 hari. Akan tetapi ....
BOOM, DHUAAR!!
Mobil yang ditumpangi Freya meledak lalu hancur, jendela kaca butik seketika pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang berhamburan di lantai. Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit dan api berkobar menghanguskan beberapa mobil yang terparkir rapih di dekat mobil yang ditumpangi Freya.
"FREYAAAA!! TIDAK, TIDAK!! FREYAAAAA!!"
Tubuh Evan lemas seketika melihat sang istri dan juga calon putranya yang akan terlahir dalam beberapa hari telah hangus atau lebih tepatnya hancur berkeping-keping. Dada sang pimpinan Cosa Nostra itu sangat sesak melihat pemandangan mengerikan yang tidak pernah ia sangka sebelumnya, tidak hanya kebahagiaan serta mimpinya yang hancur tapi seluruh hidupnya kini telah dihancurkan oleh ledakan bom yang dipasang oleh musuhnya.
"FUCK YOU, JULIAN!! AKU AKAN MEMBUNUHMU," teriak Peter, penuh kemarahan.
Peter mengambil pistol yang ia selipkan di belakang bajunya, ia berlari kencang keluar dari butik dan mengejar mobil Julian. Lelaki tampan bertubuh atletis itu menembaki mobil Julian dengan tangan yang gemetaran hingga tembakannya terus meleset, tubuh Peter terjatuh di aspal dan ia menangis saat melihat mobil yang ditumpangi Freya kini sudah tidak berbentuk.
"Freya," lirih Peter, menangisi kepergian Freya.
"FUCK YOU JULIAN!! FUCK YOU!! AKU AKAN MEMBUNUHMU, AKU AKAN MEMBUATMU MERASAKAN RASA SAKIT YANG SAMA DENGANKU!!" Teriak Evan, ia menangis tersedu-sedu sambil menatap serpihan-serpihan tubuh yang tercecer di jalanan.
****
Beberapa hari kemudian ....
Evan bersimpuh di makam sang istri, matanya masih terlihat bengkak karena ia masih belum bisa merelakan kepergian sang istri dan bayi yang masih di dalam kandungan Freya. Tangan kekar yang terbiasa memegang pistol untuk menghabisi musuh kini tampak gemetaran saat memegang boneka Teddy bear yang ia beli untuk menyambut kelahiran sang putra, hati Evan hancur berkeping-keping melihat sang istri yang teramat ia cintai kini terkubur di dalam tanah dingin nan lembap.
Peter berjalan mendekat, berpakaian serba hitam. Tangan kokoh yang juga masih gemetaran menepuk pundak kuat yang kini tampak lemah.
"Nanti malam Richard dan Iris akan terbang dari Los Angeles ke Italia menggunakan jet pribadi Julian, tidak ada waktu untuk bersedih karena sekarang waktunya untuk membalas dendam atas kematian Freya.Kalau kau tidak bisa melakukannya biar aku saja yang turun tangan," ungkap Peter.
Evan meletakkan boneka teddy bear di atas pusara sang istri, ia bangkit lalu berkata. "Tidak!! Aku sendiri yang akan melakukannya, aku akan membunuh Richard dengan cara yang sangat kejam hingga Julian bisa mengingatnya seumur hidup."
"Peter, siapkan jet pribadiku dan juga sebuah helikopterku ... aku juga butuh tali pengaman untukku, tali panjang yang kuat untuk mengikat adik Julian, parasut untuk kita berdua dan yang terakhir rudal," titah Evan.
"Helikopter? Tali pengaman? Parasut? Sepertinya malam ini akan menjadi malam penuh petualangan yang bisa membuat nyawaku terancam melayang sia-sia," ujar Peter pasrah.
"Jet pribadimu sudah siap berangkat sekarang juga dan aku akan siapkan yang lainnya saat di perjalanan," sambung Peter.
"Peter."
"Ya."
"Persiapkan Sertifat CPL milkmu dan satu termos Americano karena malam ini kita sibuk menerbangkan jet pribadi milik Julian ke langit," titah Evan seraya tersenyum menyeringai.
"Evan ... jangan habisi pilotnya, bagaimana kalau nanti ada badai? Aku terkadang masih gemetaran kalau harus melewati badan saat mengemudikan pesawat," ujar Peter memperingatkan.
"Tenang saja, kita masih punya parasut kalau pesawatnya nanti jatuh," timpal Evan dengan entengnya.
"Oh my God!! Jangan gila, Evan!! Kalau kau ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, tolong jangan ajak aku karena aku masih muda dan masih ingin bersenang-senang dengan wanita-wanita seksi," kesal Peter.
"Tenang saja, Peter. Kau atau pun aku tidak akan mati sebelum salah satu dari kita berhasil membunuh Julian," ucap Evan.
Evan menghela napas panjang, dengan hati hancur dan luluh lantak ia melangkah pergi meninggalkan pemakaman istrinya. Evan dan Peter mulai menyusun rencana saat terbang menuju ke Los Angeles, sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu sudah tidak sabar untuk menjalankan misinya nanti malam.
Langit sudah berubah gelap ketika jet pribadi Evan mendarat, tak membuang waktu. Anak buah terbaik Evan sedang menunggu di satu ruangan dimana ia telah menghabisi pilot dan co pilot pesawat jet yang akan menerbangkan jet pribadi milik Julian.
"SHIT!! Pilotnya benar-benar kau habisi, aku akan melemparmu keluar dari pesawat jika hari ini benar-benar ada badai, Evan," kesal Peter seraya meremas rambut.
"Diego, apakah kau sudah membereskan anak buah Julian yang lain?" Tanya Evan.
"Semuanya sudah saya bereskan sesuai perintah anda," jawab Diego.
"Bagus, ayo kita lakukan misi kita," ucap Evan.
Evan dan Peter bergegas memakai seragam pilot dan co pilot, setelah melakukan penyamaran mereka memasuki kokpit lalu menerbangkan jet pribadi milik Julian yang membawa kedua adik tersayang sang pimpinan mafia dari klan Capone tersebut. Peter menjadi pilot sedangkan Evan menjadi co pilot, kerja sama keduanya sangat baik sehingga mereka bisa dengan mudah menerbangkan jet mewah milik Julian.
Di tengah-tengah penerbangan, Evan pergi meninggalkan Peter yang tengah fokus mengemudikan burung besi mewah berharga puluhan juta dollar tersebut. Evan mengeluarkan pistol Desert eagle dilengkapi peluru 357 magnum dari balik bajunya lalu ia menembaki anak buah Julian yang sedang mengawal Richard dan Iris.
"Akkkhhh!!" Iris berteriak histeris
Richard yang hendak mengambil pistolnya untuk menembak Evan dengan cepat dilumpuhkan oleh Diego, lelaki
"Diego, ikat bajingan kecil itu di pojokan. Dia akan mati nanti di tanganku," titah Evan kepada Diego.
Evan duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Richard yang langsung berhadapan dengan Iris, manik hijaunya menatap tajam wajah cantik Iris. Mata Iris berwarna hazel, kulitnya seputih susu, bibir merah merekah bagai mawar yang mekar di pagi hari, kecantikan Iris mampu menyihir mata Evan hingga lelaki itu tidak sadar kalau dirinya terjatuh dalam pesona kecantikan sang gadis.
"Kamu siapa?! Berani sekali kau melakukan ini kepada kami!! Apa kau tidak tahu siapa kami berdua, huh?!" Bentak Iris.
Tatapan Evan yang tadinya tampak melembut kini berubah nyalang penuh kebencian setelah tersadar kalau wanita yang menyihirnya adalah adik perempuan Julian, bagaikan harimau yang terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara anak rusa. Tangan kekar Evan dengan cepat menyambar leher jenjang Iris lalu mencengkeramnya erat seperti hendak meremukkannya, emosinya kembali tersulut dan ia sudah tidak sabar ingin menghabisi anggota keluarga Marchetti.
"YOU FUCKING LITTLE BITCH!! Aku tahu betul siapa kau dan keluarga bedebahmu, terlebih kakakmu yang keparat itu!! Lidahmu itu ternyata tajam juga, apa kau ingin merasakan kenikmatan pistol yang telah membunuh ribuan orang ini bermain-main di dalam mulutmu, hah?!" Hardik Evan.
"Kkhh ...kkhh ....aakh."
Cengkeraman tangan kekar Evan di leher Iris semakin kencang dan kencang sehingga gadis berambut cokelat keemasan sebahu itu hampir kehabisan napas, wajah putih mulusnya perlahan berubah membiru dan akhirnya Evan melepaskan cekikannya.
"Uhuk, uhuk."
Iris terbatuk, ia berusaha mengambil napas sebanyak-banyaknya tapi lagi-lagi tangan Evan kembali menyambar anggota tubuh Iris tapi kali ini adalah bagian rambut. Evan menjambak rambut cokelat adik bungsu Julian dengan sangat kasar hingga kepalanya mendongak, ia memasukkan pistol desert eaglenya ke mulut Iris.
"Hei Little bitch!! Bagaimana rasanya pistolku, hah?! Enak?" Evan mendorong pistolnya masuk lebih dalam ke mulut iris hingga gadis itu hampir tersedak, air mata keluar dari sudut matanya dan tatapan matanya seolah sedang memohon sebuah pengampuan dari sang pimpinan mafia.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kenapa kau menyiksaku dan kakakku, apa salah kami?" Tanya Iris sambil menangis.
"Salahmu adalah terlahir sebagai adik Julian, DIA TELAH MEMBUNUH ISTRI DAN CALON ANAKKU YANG AKAN TERLAHIR KE DUNIA!!!" Teriak Evan penuh emosi.
"Lalu, apa kau ingin membunuhku dan kakakku Richard? Kami tidak bersalah," tanya Iris.
"ISTRI DAN CALON ANAKKU JUGA TIDAK BERSALAH DAN KAKAKMU YANG BERENGSEK ITU DENGAN KEJAM MEMBUNUH MEREKA BERDUA," bentak Evan dengan mata melotot.
"Aku mohon, bebaskan kami berdua."
"Membebaskan kalian berdua? Tidak semudah itu, seksi. Ahh, aku rasa aku baru saja mendapatkan ide yang luar biasa," ucap Evan.
Tangan kekar Evan kini mencengkeram lengan langsing Iris, ia melempar gadis cantik itu sofa mewah. Tubuh kekarnya merayap naik ke atas tubuh Iris, menindih tubuh langsing dan indah dengan tubuhnya lalu Evan merobek baju Iris menjadi dua bagian dan hanya menyisakan pakaian dalam sang wanita yang mengekspos tubuh mulus nan seksi.
"AKKKHHH!! Apa yang kau lakukan?! Jangan lakukan lakukan ini kepadaku," teriak Iris histeris.
"Aku sudah memutuskan untuk menjadikanmu sebagai tawananku, dan kau tahu apa artinya tawanan, bukan?! Kau akan kujadikan budakku, adik perempuan Julian Marchetti akan menjadi budak pemuas hasrat Evan Luciano," ujar Evan.
"Diego!! Masukkan baju ini ke dalam kotak, aku ingin mengirimkannya ke Julian, aku ingin melihat reaksi Julian saat potongan-potongan tubuh adik laki-laki kebanggaannya berserakan di halaman rumahnya dan saat Julian mengetahui adik perempuannya telah menjadi budak Evan Luciano," ujar Evan, menyerahkan baju Iris.
"Tolong jangan lakukan ini kepadaku dan kak Richard!! Aku mohon kepadamu, jangan bunuh kak Richard. Kak Julian, tolong kami."
Bersambung.
"Tolong jangan lakukan ini kepada kami berdua, tolong. Aku mohon kepadamu," pinta Iris, memelas.Evan hanya tersenyum sinis bercampur senang ketika melihat adik tersayang Julian menangis ketakutan, sang pimpinan mafia yang sudah setahun ini berubah menjadi lembut berkat kasih sayang Freya kini kembali ke wujud aslinya menjadi seorang monster kejam yang tak mengenal kata ampun.Medan perang yang selama setahun ia tinggalkan kini ia pijak kembali setelah darah anak dan istrinya tertumpah di sana, tidak ada lagi Evan yang lembut dan hangat karena sekarang ini hanya ada Evan Luciano sang pimpinan mafia Cosa Nostra terkejam yang haus akan balas dendam. "Diego!! Ikat dia dan sumpal mulutnya, setelah jet mendarat langsung bawa dia ke atas ranjangku," titah Evan lagi kepada Diego."Lalu bagaimana dengan Richard?" Tanya Diego."Bocah tengik itu akan akan menjadi urusanku. Kau hanya bawa gadis sialan ini ke atas ranjangku dan selanjutnya biar aku yang urus," jawab Evan."Baik, Tuan."Diego men
Pembalasan dendam baru saja dimulai, Evan berhasil membunuh Richard yakni adik laki-laki keyangan Julian yang selama ini telah dilatih untuk menjadi seorang mafia yang tangguh. Sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu membunuh Richard dengan cara yang sama kejamnya saat Julian membunuh sang istri tercinta, tak hanya itu saja, Evan juga menghancurkan berhektar-hekar kebun anggur milik Julian yang sudah siap dipanen dengan cara yang epic. Evan tersenyum saat melihat bumbungan asap hitam dan tebal ke langit, cahaya terang yang berasal dari kobaran api ladang anggur Julian tampak begitu indah menerangi gelapnya malam di kota Milan, Italia. Mobil yang ditumpangi Evan kini melaju menuju ke hanggar, ia sedang bersiap untuk kembali ke kota asalnya di Roma, Italia. Jet tipe Falcon 7X milik Evan kini bersiap lepas landas meninggalkan hanggar setelah sang pimpinan mafia Cosa Nostra masuk di dalam jet yang dilengkapi dengan fasilitas mewah tersebut, lelaki gagah itu duduk di seberang Peter yang ten
"Jangan lakukan ini, aku mohon kepadamu. Tolong hentikan," teriak Iris, menangis ketakutan ketika Evan menciumi seluruh tubuhnya.Evan tersenyum sinis, kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Iris yang masih menangis. Tangannya kembali mencengkeram leher jenjang Iris, menindas sang gadis dengan kekerasan serta sentuhan untuk membuat adik musuhnya itu bertekuk lutut."Hey little girl. Aku hanya menciumi seluruh tubuhmu dan kau sudah menangis tersedu-sedu, sekarang aku tahu kalau keluarga Marchetti hanyalah sekumpulan pengecut yang bermulut besar. Perhatikan ucapanmu atau aku akan membungkammu dengan caraku," ujar Evan sembari mengelus paha mulus Iris."Aku mengerti," ucap Iris.Iris mengangguk cepat dan tidak mampu berkata-kata lagi, Evan kemudian melepaskan ikatan kedua tangan serta kedua kaki sang gadis lalu membawanya ke satu kamar yang akan menjadi kamar untuk menyekap wanita yang kini menjadi tawanan cantiknya.Evan membopong tubuh Iris yang sudah lemas kemudian membaringkannya di r
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kabur, huh?! Kau sudah membuatku marah dan kau akan mendapatkan hukuman berat yang akan membuatmu menyesalinya seumur hidup," ujar Evan."Aku tidak mau!! Hentikan, Evan!! Tolong hentikan," teriak Iris sambil menangis.Iris terus memberontak dengan cara menghalangi serta menjauhkan bibir Evan dari tubuhnya akan tetapi kedua tangannya langsung dicengkeram lalu dikungkung di atas kepalanya oleh tangan kekar sehingga ia tidak bisa lagi melindungi tubuhnya dari serangan hasrat sang pimpinan mafia kejam yang membuatnya benar-benar tidak berdaya.Evan kembali melucuti baju yang dikenakan oleh Iris, baik emosi serta hasratnya kembali tersulut oleh pembangkangan sang wanita sehingga ia tidak bisa lagi mentolerirnya. Tubuh seksi Iris akan menjadi pelampiasan amarahnya, hanya tinggal sedikit lagi dan ia bisa benar-benar memuaskan hasratnya akan tetapi tiba-tiba saja ia mendengar suara tembakan lalu pintu kamar diketuk kencang oleh seseorang sehing
"Aku akan menghamili adikmu tercinta, lalu ... boom!! Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya, bukan? Sama persis seperti yang kau lakukan kepada istriku," ujar Evan yang semakin membuat Julian bertambah geram.Julian meremas gagang pistolnya, wajahnya berubah merah padam dan rahangnya mengeras seiring amarahnya yang kian membesar terhadap Evan. Lelaki berjambang tipis dengan tubuh tinggi kekar itu tak rela jika adik perempuannya disakiti atau digunakan oleh musuhnya sebagai senjata untuk melawan dirinya dan membuatnya tidak berdaya seperti seorang pengecut.Julian secepat kilat menyerang Peter dengan memukulkan gagang pistolnya ke kepala serta punggung anak buah Evan hingga ambruk di atas tanah, kaki kuat nan kokohnya dengan cepat menginjak punggung Peter beberapa kali seperti hendak meremukkan seluruh tulang sang pria."Kau tidak akan pernah bisa melakukannya, Evan!!" Ujar Julian."Jangan menantangku atau kau akan menyesal," timpal Evan seraya mengambil pisau lipat dari kantong celana
"Evan!! Maafkan aku, maafkan aku!! Jangan telanjangi aku." Iris memeluk tubuhnya sendiri dan berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangan serta duduk meringkuk di sudut bathtub.Evan memegang dagu Iris dengan kasar setelah ia selesai melepas paksa semua baju yang menempel di tubuh sang gadis, matanya melotot dan dari pancaran sinar matanya menunjukkan rasa dendam serta amarah saat melihat kemiripan wajah Iris dengan wajah musuh bebuyutannya, yakni Julian."KALAU KAU INGIN MENYELAMATKAN HARGA DIRI DAN TUBUHMU MAKA KAU HARUS PATUH DENGAN SEMUA PERINTAHKU!! Aku tidak akan segan-segan menyakitimu kalau kau berani membangkang," bentak Evan sambil membanting botol sabun dan isi di dalamnya meluber ke lantai. "APA KAU MENGERTI?!" Tanyanya dengan penuh penegasan."Aku mengerti ... maafkan aku, aku akan mematuhi se ... semua perintahmu," jawab Iris sambil menangis tersedu-sedu."Tetap berendam di sini sampai aku datang dan mengizinkanmu keluar dari bathtub, apa kau mengerti?!" Evan
"iris, Iris!! Buka matamu," seru Evan sambil terus memberi napas buatan serta menekan dada Iris. "Damn!! Buka matamu, Iris!! Kau tidak boleh mati," lanjutnya.Iris terbatuk-batuk sambil memuntahkan semua air yang tertelan dari mulutnya, dengan keadaan setengah tersadar tubuhnya diangkat oleh Evan dan dibawa kembali ke kamar lalu direbahkan di atas ranjang."Jangan buka," lirih Iris sambil mempertahankan pakaian dalamnya agar tidak dilucuti Evan dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.Namun, tidak ada satu pun yang bisa menghentikan Evan saat ini bahkan tangisan Iris sekalipun karena sejatinya hati Evan sudah membeku laksana gunung es kokoh yang tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh apa pun ataupun siapa pun.Evan menelanjangi tubuh Iris agar ia bisa mengganti pakaian sang wanita akan tetapi Evan tiba-tiba terhenti, jatungnya berdebar kencang dan ia menelan salivanya saat ia menatap keindahan tubuh Iris yang membius kesadarannya. Tubuh Evan bergerak perlahan mendekati tubuh Iris, dik
"IRIS, BUKA PINTU!!"BRAAAK!! BRAAAK!! Evan seperti orang kesetanan yang terus mendobrak pintu kamar mandi untuk memberikan si gadis sombong dari klan Marchetti sebuah pelajaran karena telah berani menghina mendiang Freya. Kekuatan dobrakannya bertambah semakin besar hingga membuat seluruh dinding bergetar hebat dan pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu jati mulai retak.Tangis Iris pecah dan ia memeras otaknya mencari cara untuk memblokade pintu yang hampir jebol, ia melihat sebuah meja dan ia berdiri cepat menyambar jubah mandi yang ia kenakan untuk menutupi tubuh moleknya. Iris berusaha sekuat tenaga menggeser meja kecil yang akan ia gunakan untuk mengganjal pintu agar tidak bisa ditembus oleh Evan."FUCK!!" Teriak Evan kencang sambil terus mendobrak pintu.Namun, meski Iris sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi pintu dari dobrakan Evan akan tetapi tenaga dan kekuatan sang pimpinan mafia itu tetap tidak bisa ditandingi. Pintu yang terlihat kokoh dan telah diganjal oleh
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se