"Tolong jangan lakukan ini kepada kami berdua, tolong. Aku mohon kepadamu," pinta Iris, memelas.
Evan hanya tersenyum sinis bercampur senang ketika melihat adik tersayang Julian menangis ketakutan, sang pimpinan mafia yang sudah setahun ini berubah menjadi lembut berkat kasih sayang Freya kini kembali ke wujud aslinya menjadi seorang monster kejam yang tak mengenal kata ampun.
Medan perang yang selama setahun ia tinggalkan kini ia pijak kembali setelah darah anak dan istrinya tertumpah di sana, tidak ada lagi Evan yang lembut dan hangat karena sekarang ini hanya ada Evan Luciano sang pimpinan mafia Cosa Nostra terkejam yang haus akan balas dendam.
"Diego!! Ikat dia dan sumpal mulutnya, setelah jet mendarat langsung bawa dia ke atas ranjangku," titah Evan lagi kepada Diego.
"Lalu bagaimana dengan Richard?" Tanya Diego.
"Bocah tengik itu akan akan menjadi urusanku. Kau hanya bawa gadis sialan ini ke atas ranjangku dan selanjutnya biar aku yang urus," jawab Evan.
"Baik, Tuan."
Diego mengambil alih Iris, mengikat kedua tangan halus ke belakang tubuh. Evan mengambil selimut lalu melemparnya ke tubuh Iris yang digunakan oleh Diego untuk menutupi tubuh molek sang gadis yang bajunya sudah dirobek oleh Evan.
"Hei!! Kau adalah seorang iblis kejam!! Kakakku Julian tidak akan tinggal diam, dia akan membunuhmu!!" Teriak Iris.
Evan berjongkok di depan Iris lalu ia melakban mulut sang gadis agar tidak bisa berkata-kata lagi. "Tunggu saja sampai kau berbaring di atas ranjangku dan kau akan benar-benar melihat iblis di dalam diriku yang sebenarnya," ucapnya.
Evan kembali ke kokpit untuk membantu Peter landing, berkedok ingin mengisi bahan bakar. Ternyata ini sudah termasuk dalam rencana Evan untuk menurunkan para tawanan yang kemudian dibawa oleh Diego ke tempat yang aman, sedangkan jet pribadi milik Julian kembali diterbangkan oleh Evan dan Peter mengudara,
Jet pribadi Julian dibawa berputar-putar mengelilingi hamparan samudra luas, Evan berjalan ke meninggalkan kokpit untuk menyalakan bom waktu yang telah ia persiapkan setelah selesai barulah ia kembali ke kokpit dan memberikan kode kepada Peter untuk segera keluar dari jet. Sebelum keluar, Peter terlebih dahulu mengaktifkan sistem autopilot lalu mengaktifkan kursi pelontar, Evan dan Peter berhasil keluar dengan kursi pelontar, melayang di udara lalu parasut terbuka dan mengembang.
Evan dan Peter terjun di bebas dan mendarat di tengah samudra, sebuah kapal speed boat yang dikemudikan oleh anak buah Evan melaju dengan kecepatan sedang ke arah sang pimpinan mafia. Sang pimpinan mafia melepaskan semua pengaman lalu naik ke kapal yang kini melaju mendekati Peter.
"SHIT!! Dingin sekali airnya," omel Peter setelah merasakan betapa dinginnya air laut di malam hari yang mencapai suhu terendah.
BOOM!! DHUUUAAAR!!
Pesawat jet pribadi Julian meledak di udara dan hancir menjadi kepingan-kepingan yang berserakan di atas samudra tepat setelah Peter naik ke speed boat.
"Rencana yang luar biasa dan hampir saja membuatku binasa. Hei, Boss. Setelah meledakkan jet pribadi Julian lalu apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Peter kepada Evan sembari mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian kering.
"Meledakkan helikopter," jawab Evan, santai.
"Oh, shit!! Kau memang benar-benar gila," ujar Peter.
"Dan kau sangat hebat, Peter ... aku akan kembali memberikan posisi kehormatan untuk menerbangkan helikopter kebangganku padamu," timpal Evan.
Peter kembali menghela napas panjang. "Jadi hari ini temanya adalah meledakkan pesawat dan helikopter, i like it. Pemimpin mafia Cosa Nostra sepertimu memang tidak pernah tanggung-tanggung dalam bermain," gumamnya.
Speed boat milik Evan melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke dermaga dimana sebuah mobil sudah menunggu di sana, Evan dan Peter memasuki mobil hitam tersebut. Kini Evan dan Peter menuju ke hanggar pesawar milik keluarga Luciano, satu jet pribadi dan 2 helikopter terparkir dengan gagah di hanggar milik keluarga Luciano dan sayangnya malam ini hanggar yang khusus memarkir transportasi udara itu akan berkurang satu muatan.
Mobil yang dikemudikan Diego berhenti hanya untuk mengeluarkan satu tawanan yakni Richard, lelaki berusia 25 tahun tersebut diseret Evan masuk ke dalam helikopter sedangkan Iris dibawa pergi oleh Diego menuju kediaman Luciano sesuai perintah sang pimpinan. Peter kembali menerbangkan helikopter ke mansion mewah Julian sedangkan Evan bersiap-siap.
Evan mengikat satu ujung tali ke kaki Richard dimana ujung tali lainnya sudah terikat kencang ke landing skids helikopter. Evan mengikat tali pengaman ke tubuhnya dan ia sudah tidak sabar untuk memulai aksinya, ya ... pembalasan dendamnya telah dimulai.
Helikopter berwarna hitam yang terdapat logo inisial nama Evan di bagian badan kini sedang melayang tepat di atas mansion Julian, angin kencang menerbangkan debu dan daun-daun kering ke segala penjuru mansion dan suara bising dari baling-baling helikopter membuat Julian yang tengah bercinta dengan wanita bayarannya menjadi terganggu.
"A ... a ...a ... test. Halo, selamat malam Julian. Apa kau bisa mendengar suaraku? Cepatlah keluar dan lihatlah hadiah yang akan kuberikan kepadamu," ucap Evan melalui pengeras suara.
"FUCK!! Mau apa bajingan itu datang malam-malam menggangguku?!"
Julian mengumpat kesal, ia mendorong kasar tubuh polos wanita seksi yang sedang duduk di atas tubuhnya terjatuh ke sisi ranjang. Tangan kekar Julian menyambar kimono tidur warna hitam untuk menutupi tubuh polosnya, kaki kokohnya berlari kecil menuju ke balkon kamarnya dan ia mendapati musuh bebuyutannya sedang duduk tepat di pinggir sambil tersenyum mengejek.
"PENGAWAL!! CEPAT LEDAKKAN HELIKOPTER SIALAN ITU!!" Julian berteriak memerintahkan anak buahnya .
Beberapa anak buah Julian berlarian di bawah helikopter milik Evan sambil membawa rudal, bersiap untuk meledakkan Evan. Julian tersenyum menyeringai dan berpikir kalau musuhnya akan binasa malam ini juga, tapi pikiran Julian seketika berubah saat melihat sebuah wajah yang sangat ia kenal berada tepat di samping Evan.
"Kau ingin merudalku, bukan?! Lakukan saja maka tubuh adikmu tersayang ini juga akan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil," ujar Evan, tersenyum menyeringai.
"FUCK YOU, EVAN!! LEPASKAN RICHARD SEKARANG JUGA ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU," teriak Julian, penuh emosi.
"Apa? Lepaskan? Kau menyuruhku untuk melepaskan Richard? Oke, aku akan melapaskannya sekarang juga," ucap Evan.
"Akkkkhhhh!! Kak Juliaaaan!!"
Evan melemparkan Richard begitu saja dari helikopter, kini tubuh Richard bergelantungan dengan posisi kepala di bawah seperti sedang melakukan bungee jumping..
"Ahahaha!! Bagaimana? Sangat seru, bukan?" Evan tertawa penuh kemenangan melihat ekspresi wajah Julian yang penuh kemarahan.
"FUCK!! FUCK!! FUCK!!" Teriak Julian tidak berdaya.
Julian meremas rambutnya, ia sangat depresi melihat adiknya berada di dalam kendali Evan. Ia mengambil pistol glock dia atas nakas lalu mengarahkannya kepada Evan.
"Apa kau sedang mengarahkan pisang kepadaku, hah?! Seharusnya kau memberikan pisang itu kepada teman kencanmu supaya tidak kelaparan," ujar Evan.
"Ben, Julio. Sekarang," titah Evan kepada anak buahnya melalui earpiece.
Sebuah pesawat terbang di atas mansion Jullian, menyiramkan benda cair ke sekeliling mansion 3 lantai yang berdiri dengan megah dan kokoh. Tak hanya di sekitar mansion, pesawat terbang itu juga menyiramkan benda cair ke ladang anggur Julian dan seluruh gudang penyimpanan Julian, kaget bercampur bingung, sang pimpinan alcapone itu mengendus embun cairan yang jatuh ke telapak tangannya.
"Bahan bakar?! Dasar berengsek kau, Evan!! Apa rencanamu yang sebenarnya," desis Jonathan.
"Kau akan mati terbakar Jonathan begitu melepaskan tembakan, jangan macam-macam kepadaku atau kau akan mati malam ini juga," ujar Evan.
"KAK JULIAN, TOLONG AKU!!" Teriak Richard.
Julian memukul dinding pembatas balkonnya keras, ia sangat frustrasi sekarang. Bingung harus berbuat apa karena ia benar-benar tidak bisa berkutik sekarang ini. Ingin menyelamatkan adiknya juga tidak bisa, sehingga ia hanya bisa menunggu aksi Evan selanjutnya.
"FUCK!! FUCK!! Apa yang harus aku lakukan?" Umpat Julian, frustrasi.
"Peter, terbangkan sedikit lebih tinggi dan menjauh. Begitu aku turun dengan tali kau bisa mengaktifkan autopilot lalu gunakan kursi pelontar, apa kau mengerti?" Titah Evan.
"Aku mengerti," ucap Peter.
"Hei ... aku berikan satu lagi kado untukmu," ucap Evan seraya melemparkan sebuah kotak berukuran sedang dengan tali warna merah jambu ke bawah.
Seorang anak buah Julian membuka kotak tersebut lalu menunjukkannya kepada sang pimpinan mafia alcapone yang masih berdiri di balkon kamarnya di lantai dua. Isi kotak itu adalah robekan baju yang dikenakan oleh adik bungsunya, Iris. Kemarahan Julian memuncak, wajahnya merah padam dengan rahang yang tampak mengeras.
Tatapan mata Julian kini terarah kepada Evan yang tengah tersenyum menyeringai. Tidak tahu bagaimana nasib sang adik perempuannya sekarang, sedangkan adik laki-lakinya tengah bergelantungan di helikopter seakan sedang menunggu eksekusi dari sang pimpinan Cosa Nostra.
"Hei, hot brother. Kau terlihat sangat senang dengan hadiah pemberianku, dan aku harap kau akan sangat menyukai hadiahku yang terakhir. Julian ... aku melihat keindahan di setiap kemarahan yang kau tunjukkan dari wajah jelekmu, selamat menikmati hadiahmu, hot Brother." Ujar Evan.
Helikopter terbang meninggi lalu menjauh dar mansion Julian, Evan terjun bebas dari helikopternya dengan merentangkan kedua tangannya seperti pesawat yang hendak landing. Lelaki bertubuh kekar itu bergegas melepaskan tali pengaman yang terikat di perutnya lalu melompat ke tanah dari ketinggian 3 meter di atas tanah.
Peter menerbangkan kembali helikopternya ke arah mansion Julian, ia mengaktifkan autopilot lalu kembali menggunakan kursi pelontar.
"Kak Julian, tolong aku!!" Teriak Richard lagi ketakutan.
"Tunggu, Richard!! Aku akan menolongmu," seru Julian.
Julian berlari kencang keluar mansion untuk menyelamatkan sang adik tercinta, dan di saat yang bersamaan pula anak buah Evan datang dengan mengendarai mobil BMW hitam, salah satu anak buah Evan memberikan rudal kepadanya lalu sang pimpinan Cosa Nostra itu pun mulai membidik helikoper miliknya dan ....
DHUUAARR!!
Helikopter meledak begitu pula dengan Richard, potongan-potongan tubuh adik Julian berserakan di kebun indah Julian dan kepala Richard yang gosong menggelinding tepat di bawah kaki sang pimpinan mafia klan Alcapone.
"FUCK YOU EVAN!! RICHAAAAAAARRRRDDDD!!! TIDAK, RICHARD!!" Teriak Julian, histeris meratapi kematian sang adik.
Evan kembali melesatkan rudalnya ke kebun anggur Julian yang sudah siap panen, berhektar-hektar kebun anggur Julian terbakar begitu pula dengan gudang penyimpanannya.
"Bagaimana, huh? Sangat indah, bukan? Ini baru awal Julian, sekarang aku akan mengurus adik cantikmu itu," ujar Evan.
Bersambung.
Pembalasan dendam baru saja dimulai, Evan berhasil membunuh Richard yakni adik laki-laki keyangan Julian yang selama ini telah dilatih untuk menjadi seorang mafia yang tangguh. Sang pimpinan mafia Cosa Nostra itu membunuh Richard dengan cara yang sama kejamnya saat Julian membunuh sang istri tercinta, tak hanya itu saja, Evan juga menghancurkan berhektar-hekar kebun anggur milik Julian yang sudah siap dipanen dengan cara yang epic. Evan tersenyum saat melihat bumbungan asap hitam dan tebal ke langit, cahaya terang yang berasal dari kobaran api ladang anggur Julian tampak begitu indah menerangi gelapnya malam di kota Milan, Italia. Mobil yang ditumpangi Evan kini melaju menuju ke hanggar, ia sedang bersiap untuk kembali ke kota asalnya di Roma, Italia. Jet tipe Falcon 7X milik Evan kini bersiap lepas landas meninggalkan hanggar setelah sang pimpinan mafia Cosa Nostra masuk di dalam jet yang dilengkapi dengan fasilitas mewah tersebut, lelaki gagah itu duduk di seberang Peter yang ten
"Jangan lakukan ini, aku mohon kepadamu. Tolong hentikan," teriak Iris, menangis ketakutan ketika Evan menciumi seluruh tubuhnya.Evan tersenyum sinis, kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Iris yang masih menangis. Tangannya kembali mencengkeram leher jenjang Iris, menindas sang gadis dengan kekerasan serta sentuhan untuk membuat adik musuhnya itu bertekuk lutut."Hey little girl. Aku hanya menciumi seluruh tubuhmu dan kau sudah menangis tersedu-sedu, sekarang aku tahu kalau keluarga Marchetti hanyalah sekumpulan pengecut yang bermulut besar. Perhatikan ucapanmu atau aku akan membungkammu dengan caraku," ujar Evan sembari mengelus paha mulus Iris."Aku mengerti," ucap Iris.Iris mengangguk cepat dan tidak mampu berkata-kata lagi, Evan kemudian melepaskan ikatan kedua tangan serta kedua kaki sang gadis lalu membawanya ke satu kamar yang akan menjadi kamar untuk menyekap wanita yang kini menjadi tawanan cantiknya.Evan membopong tubuh Iris yang sudah lemas kemudian membaringkannya di r
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kabur, huh?! Kau sudah membuatku marah dan kau akan mendapatkan hukuman berat yang akan membuatmu menyesalinya seumur hidup," ujar Evan."Aku tidak mau!! Hentikan, Evan!! Tolong hentikan," teriak Iris sambil menangis.Iris terus memberontak dengan cara menghalangi serta menjauhkan bibir Evan dari tubuhnya akan tetapi kedua tangannya langsung dicengkeram lalu dikungkung di atas kepalanya oleh tangan kekar sehingga ia tidak bisa lagi melindungi tubuhnya dari serangan hasrat sang pimpinan mafia kejam yang membuatnya benar-benar tidak berdaya.Evan kembali melucuti baju yang dikenakan oleh Iris, baik emosi serta hasratnya kembali tersulut oleh pembangkangan sang wanita sehingga ia tidak bisa lagi mentolerirnya. Tubuh seksi Iris akan menjadi pelampiasan amarahnya, hanya tinggal sedikit lagi dan ia bisa benar-benar memuaskan hasratnya akan tetapi tiba-tiba saja ia mendengar suara tembakan lalu pintu kamar diketuk kencang oleh seseorang sehing
"Aku akan menghamili adikmu tercinta, lalu ... boom!! Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya, bukan? Sama persis seperti yang kau lakukan kepada istriku," ujar Evan yang semakin membuat Julian bertambah geram.Julian meremas gagang pistolnya, wajahnya berubah merah padam dan rahangnya mengeras seiring amarahnya yang kian membesar terhadap Evan. Lelaki berjambang tipis dengan tubuh tinggi kekar itu tak rela jika adik perempuannya disakiti atau digunakan oleh musuhnya sebagai senjata untuk melawan dirinya dan membuatnya tidak berdaya seperti seorang pengecut.Julian secepat kilat menyerang Peter dengan memukulkan gagang pistolnya ke kepala serta punggung anak buah Evan hingga ambruk di atas tanah, kaki kuat nan kokohnya dengan cepat menginjak punggung Peter beberapa kali seperti hendak meremukkan seluruh tulang sang pria."Kau tidak akan pernah bisa melakukannya, Evan!!" Ujar Julian."Jangan menantangku atau kau akan menyesal," timpal Evan seraya mengambil pisau lipat dari kantong celana
"Evan!! Maafkan aku, maafkan aku!! Jangan telanjangi aku." Iris memeluk tubuhnya sendiri dan berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangan serta duduk meringkuk di sudut bathtub.Evan memegang dagu Iris dengan kasar setelah ia selesai melepas paksa semua baju yang menempel di tubuh sang gadis, matanya melotot dan dari pancaran sinar matanya menunjukkan rasa dendam serta amarah saat melihat kemiripan wajah Iris dengan wajah musuh bebuyutannya, yakni Julian."KALAU KAU INGIN MENYELAMATKAN HARGA DIRI DAN TUBUHMU MAKA KAU HARUS PATUH DENGAN SEMUA PERINTAHKU!! Aku tidak akan segan-segan menyakitimu kalau kau berani membangkang," bentak Evan sambil membanting botol sabun dan isi di dalamnya meluber ke lantai. "APA KAU MENGERTI?!" Tanyanya dengan penuh penegasan."Aku mengerti ... maafkan aku, aku akan mematuhi se ... semua perintahmu," jawab Iris sambil menangis tersedu-sedu."Tetap berendam di sini sampai aku datang dan mengizinkanmu keluar dari bathtub, apa kau mengerti?!" Evan
"iris, Iris!! Buka matamu," seru Evan sambil terus memberi napas buatan serta menekan dada Iris. "Damn!! Buka matamu, Iris!! Kau tidak boleh mati," lanjutnya.Iris terbatuk-batuk sambil memuntahkan semua air yang tertelan dari mulutnya, dengan keadaan setengah tersadar tubuhnya diangkat oleh Evan dan dibawa kembali ke kamar lalu direbahkan di atas ranjang."Jangan buka," lirih Iris sambil mempertahankan pakaian dalamnya agar tidak dilucuti Evan dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.Namun, tidak ada satu pun yang bisa menghentikan Evan saat ini bahkan tangisan Iris sekalipun karena sejatinya hati Evan sudah membeku laksana gunung es kokoh yang tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh apa pun ataupun siapa pun.Evan menelanjangi tubuh Iris agar ia bisa mengganti pakaian sang wanita akan tetapi Evan tiba-tiba terhenti, jatungnya berdebar kencang dan ia menelan salivanya saat ia menatap keindahan tubuh Iris yang membius kesadarannya. Tubuh Evan bergerak perlahan mendekati tubuh Iris, dik
"IRIS, BUKA PINTU!!"BRAAAK!! BRAAAK!! Evan seperti orang kesetanan yang terus mendobrak pintu kamar mandi untuk memberikan si gadis sombong dari klan Marchetti sebuah pelajaran karena telah berani menghina mendiang Freya. Kekuatan dobrakannya bertambah semakin besar hingga membuat seluruh dinding bergetar hebat dan pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu jati mulai retak.Tangis Iris pecah dan ia memeras otaknya mencari cara untuk memblokade pintu yang hampir jebol, ia melihat sebuah meja dan ia berdiri cepat menyambar jubah mandi yang ia kenakan untuk menutupi tubuh moleknya. Iris berusaha sekuat tenaga menggeser meja kecil yang akan ia gunakan untuk mengganjal pintu agar tidak bisa ditembus oleh Evan."FUCK!!" Teriak Evan kencang sambil terus mendobrak pintu.Namun, meski Iris sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi pintu dari dobrakan Evan akan tetapi tenaga dan kekuatan sang pimpinan mafia itu tetap tidak bisa ditandingi. Pintu yang terlihat kokoh dan telah diganjal oleh
"Kau harus mati, Evan!! Hiyaaa," pekik Iris saat ia menghujam pecahan kaca ke tubuh Evan dengan mata tertutup.TEPP!! Pergelangan tangan Iris dicengkeram erat oleh tangan kekar Evan yang tiba-tiba terbangun setelah mendengar suara Iris, lelaki bertubuh kekar itu merampas pecahan kaca dari tangan Iris dan tidak sengaja menggores telapak tangan sang gadis hingga berdarah."Berani sekali kau melakukan hal ini kepadaku!! Apa kau masih belum jera setelah keperawananmu aku renggut, huh?!" Bentak Evan sambil melempar pecahan kaca ke lantai.Evan mendorong kasar tubuh Iris hingga terjatuh ke ranjang lalu ia merangkak naik ke atas tubuh sang wanita yang kemudian ia tindih dengan tubuh kekarnya, wajahnya merah padam dan ia benar-benar marah karena perbuatan Iris yang mencoba membunuhnya sehingga berencana untuk memberikan pelajaran kepada tawanannya"Kau pantas mati!! Pergilah ke neraka menyusul istrimu," teriak Iris."Apakah hukumanku masih kurang, huh?! Apa kau ingin aku buat lemas dulu baru
"Aku sudah melamar Zoe, aku ingin hidup tenang dan menghabiskan sisa waktuku bersama dengannya karena itulah aku ingin mengundurkan diri dari dunia mafia," ucap Peter.Evan terkejut dan ia tidak bisa berkata-kata, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Peter akan mengacapkan hal ini kepadanya. Meskipun ia tidak rela kehilangan Peter yang sudah dianggapnya sebagai saudara namun ia juga tidak memiliki hak untuk melarang Peter mencari kebahagiaan sendiri."Baik, aku hormati keputusanmu dan jika kau ingin kembali maka pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Jaga Zoe baik-baik dan kau harus sering-sering datang mengunjungiku," ucap Evan."Terima kasih dan maafkan aku," ucap Peter yang kembali memeluk erat Evan.Klan Marchetti kini telah runtuh dan wilayah kekuasaan Evan semakin luas dan kuat setelah merampas semua harta kekayaan Julian. Dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya untuk mengalahkan Julian dan Kiyoka, Evan memberikan wilayah kekuasaan Kiyoka kepada Ruben sehingga m
Melihat Evan sudah tidak lagi bergerak Julian berpikir kalau dirinya sudah benar-benar menang dan bisa merebut semua yang menjadi milik Evan baik itu harta, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya. Julian bermimpi kalau dirinya bisa menguasai dunia setelah kematian musuh bebuyutannya hari dan tanpa mau membuang waktu untuk mengecxek kondisi lawannya, ia memutuskan untuk menghentikan peperangan dengan melakukan ikrar."EVAN TELAH MATI!! MULAI DETIK INI JUGA KLAN LUCIANO SUDAH TIDAK ADA LAGI, SEMUA YANG MASIH TERSISA ADALAH MILIKKU, MILIK KLAN MARCHETTI!!" Teriak Julian yang membuat semua orang terhenti.Simon yang tadinya sedang terpojok dan masih semangat untuk melakukan perlawanan sengit tiba-tiba terdiam mematung saat mendengarkan teriakan Julian yang menggema sampai ke seluruh penjuru arah. Simon masih tidak percaya dengan pengumuman yang disampaikan oleh Julian barusan kalau pemimpinnya yang kuat nan perkasa kini telah gugur dan nasibnya sebagai pengawal sang pimpinan Cosa Nostra
Seorang pria tewas dan susul oleh beberapa pria lainnya yang kini mati tertembus peluru, samar-samar suara gelak tawa ditengah deru kebisingan deru suara baling-baling helikopter yang memekakkan telinga."Hey, whatssap, dok!!" Seru Kade sambil memakan wortel dan meniru tokoh kartun Bugs bunny yang membuat Peter dan Iris tercengang."Shit!! Dasar bodoh, kau membuatku kaget saja," gumam Peter yang terkejut sekaligus lega dengan kedatangan Kade yang tepat waktu.Bantuan memang telah datang akan tetapi masalah lain juga ikut datang karena anak buah Kiyoka dan Julian mulai menembaki helikopter dan menyulut emosi Kade yang tanpa pikir panjang langsung menyambar granat lalu melepaskan pin kemudian melemparkannya ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan untuk gudang penyimpanan senjata.DHUUAAAR!! Bangunan kecil meledak dan helikopter yang ditumpangi Kade terbang meninggi agar tidak terkena dampak ledakan yang bisa menyebabkan masalah pada baling-baling saat serpihan-serpihan bangunan be
Malam tiba, Peter dan beberapa anak buahnya bersembunyi di balik semak-semak yang berada di seberang mansion Marchetti untuk mengintai musuh serta mencari waktu yang tepat untuk menyerang akan tetapi hal aneh terjadi saat mobil-mobil hitam keluar dari gerbang mansion Marchetti termasuk mobil milik Julian."Apa-apaan ini? Mau kemana mereka semua?" Gumam Peter dengan ekspresi wajah yang tampak bingung.Drrtt drrt!! Ponsel salah satu anak buah Peter bergetar menerima sebuah pesan singkat dari mata-mata mereka di dalam mansion."Julian dan Kiyoka pergi menuju ke kediaman Luciano untuk melakukan penyerangan besar-besaran, mansion kosong hanya ada nona Iris yang dijaga 60 bodyguard." Ucap anak buah Peter yang membacakan pesan singkat dari mata-mata mereka."FUCK!! Jadi ... Julian dan Kiyoka bergerak menyerang Evan makanya mereka mengosongkan mansion?! Ini ... kenapa mereka bisa tiba-tiba merubah rencana seperti ini?!" Ujar Peter gusar. "Apakah Evan mengetahui rencana serangan ini?" Ucapnya
"Kata perawat, besok siang aku akan menjalani tes pertamaku dan aku ingin kau berada di sampingku. Aku ingin kau yang menemaniku," ucap Zoe sembari memeluk erat pinggang Peter dari belakang.Tangan Peter yang sedang memegang ponsel merosot dan dengan gerakan jempol yang meraba-raba ia memutuskan sambungan teleponnya dengan Jeremy, mulutnya terkatup rapat tak mampu mengiyakan permintaan Zoe meskipun ia telah berjanji untuk selalu berada di sisi sang model cantik saat sedang menjalani pengobatan."Zoe, ada yang ingin aku katakan kepadamu." Ucap Peter seraya melepaskan tautan tangan Zoe yang melingkar di pinggangnya lalu berbalik ke belakang hingga ia dan Zoe saling berhadapan agar ia bisa berbicara dengan nyaman."Tentang apa?" Tanya Zoe sambil mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap wajah Peter dengan sangat jelas.Ya, meskipun Zoe bertubuh tinggi akan tetapi masih kalah tinggi dengan tubuh Peter makanya setiap kali ia ingin menatap wajah lelaki pujaan hatinya maka ia harus mendong
"Jangan tendang!! Aku sedang hamil, tolong kasihani aku dan janin di dalam perutku, Kak. Aku mohon," pinta Iris sambil menahan kaki kakaknyta dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk melindungi perutnya agar tidak terkena tendangan kakaknya.Iris reflek mengaku bahwa ia sedang mengandung agar ia bisa melindungi janin yang sedang dikandungnya dari kemarahan sang kakak, mungkin ini terdengar sangat konyol mengingat kakaknya sangatlah membenci pria yang menanamkan benih di rahimnya akan tetapi sekarang ini keadaan sedang mendesak dan ia akan segera mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari cengekeraman kakaknya setelah lolos dari siksaan yang ini tentunya."Apa? Hamil ...?!! Apa kau sudah gila, huh?!" Teriak Julian hingga urat-urat di lehernya mencuat ke permukaan kulitnya. "Aku tidak akan membiarkan hal ini!! Janin kotor itu harus mati sebelum hari pernikahanmu dengan Kiyoka," imbuhnya.Mata Julian melotot, wajahnya menjadi merah padam dengan bib
"Jangan sentuh aku, dasar berengsek!!" Seru Iris memaki Kiyoka."Ayolah, Iris. Aku adalah calon suamimu dan aku memiliki hak untuk menikmati tubuhmu sebelum hari pernikahan kita," ucap Kiyoka dengan entengnya.Dengan ekspresi wajah tidak bersalah, Kiyoka kembali melecehkan Iris untuk memuaskan hasratnya saat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan paras sang calon istri. Lelaki bertubuh tinggi nan kekar itu melumat bibir lalu kembali melumat kasar puting payudara sintal yang sangat menggugah hasratnya tanpa mau mengindahkan rintihan atau jeritan kesakitan Iris."TOLONG, KAK JULIAN!! KAK JULIAAAN!! TOLONG," teriak Iris sejadi-jadinya.Tak ada pilihan lain bagi Iris selain selain berteriak dan meminta pertolongan kepada sang kakak yang pastinya tidak akan mau membelanya akan tetapi ia tidak mau begitu saja menyerah dan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria berengsek macam Kiyoka.Terlebih sekarang ini Iris sedang berbadan dua dan ia tidak ingin terjadi hal buruk menimpa janin yang s
"Kiyoka Kudou? Jadi sekarang ini Julian ingin memperkuat dan memperluas kekuasannya dengan cara menikahkan Iris dengan Kiyoka," gumam Peter dengan tangan mengepal kuat."Lalu apa yang akan anda lakukan untuk menebus kesalahan anda kepada tuan Evan?! Anda tidak akan pernah bisa merebut kembali nona Iris sekalipun anda harus mengorbankan nyawa," ketus Simon."TUTUP MULUTMU, SIMON!! Apa kau pikir tuan Peter tidak menderita dengan kejadian ini?!" Hardik Jeremy."Lalu bagaimana dengan tuan Evan?! Apa kau pikir tuan Evan tidak menderita, huh?! Setelah kehilangan nyonya Freya akhirnya tuan Evan bisa sedikit melupakan kesedihannya tapi dia malah menghancurkan kebahagiaan tuan Evan dengan pengkhianatan yang dia lakukan," sengit Simon sambil menunjuk Peter."Dasar kau berengsek!!" Jeremy mendorong dada Simon dengan sangat kasar hingga tubuh rekannya terdorong ke belakang beberapa langkah, ia benar-benar tidak terima dengan penghinaan Simon kepada orang yang sangat ia hormati makanya ia tidak ra
"Jangan lakukan ini lagi, Zoe. Tubuhmu terlalu berharga untuk sia-siakan hanya untuk memuaskan hasrat pria-pria berengsek sepertiku," ucap Peter.Peter menarik tangannya dari payudara Zoe kemudian berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh seksi yang model cantik yang telanjang bulat. Ia mengangkat tubuh Zoe lalu membawanya ke ranjang dan dengan sangat hati-hati ia merebahkan tubuh Zoe yang masih terbungkus selimut ke ranjang."Kau bukan lagi kupu-kupu malam yang harus menjual tubuhmu untuk membiayai pengobatanmu, Zoe. Kau adalah seorang wanita terhormat dan kau harus berjanji kepadaku untuk tidak lagi menggunakan tubuhmu hanya untuk membayar kebaikanku," ucap Peter seraya mengusap lembut pipi Zoe."Aku tidak sedang membayar kebaikanmu dengan menggunakan tubuhku, aku hanya ingin memberikan tubuhku untuk pria yang aku cintai," ungkap Zoe dengan sorot mata penuh cinta."Zoe ... ada yang harus aku sampaikan kepadamu tentang perasaanku terhadap se