Share

Bab 5. Akan Kuhamili Adikmu Lalu Kuledakkan!!

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kabur, huh?! Kau sudah membuatku marah dan kau akan mendapatkan hukuman berat yang akan membuatmu menyesalinya seumur hidup," ujar Evan.

"Aku tidak mau!! Hentikan, Evan!! Tolong hentikan," teriak Iris sambil menangis.

Iris terus memberontak dengan cara menghalangi serta menjauhkan bibir Evan dari tubuhnya akan tetapi kedua tangannya langsung dicengkeram lalu dikungkung di atas kepalanya oleh tangan kekar sehingga ia tidak bisa lagi melindungi tubuhnya dari serangan hasrat sang pimpinan mafia kejam yang membuatnya benar-benar tidak berdaya.

Evan kembali melucuti baju yang dikenakan oleh Iris, baik emosi serta hasratnya kembali tersulut oleh pembangkangan sang wanita sehingga ia tidak bisa lagi mentolerirnya. Tubuh seksi Iris akan menjadi pelampiasan amarahnya, hanya tinggal sedikit lagi dan ia bisa benar-benar memuaskan hasratnya akan tetapi tiba-tiba saja ia mendengar suara tembakan lalu pintu kamar diketuk kencang oleh seseorang sehingga Evan sontak menghentikan aksinya.

"Tuan Evan!! Tuan," seru seorang pria di luar sambil terus mengetuk pintu.

"Shit," maki Evan, ia terlihat sangat kesal karena mendapat gangguan dari anak buahnya.

Evan mengikat kedua tangan Iris dengan kaosnya kemudian menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh sang wanita yang hanya terbalut pakaian dalam saja, dengan langkah kaki yang menghentak ia berjalan menuju ke pintu. Tatapan mata tajam bak pembunuh berdarah dingin ia tujukan kepada anak buahnya.

"Ada apa?" Tanya Evan dengan ekspresi wajah yang sedang menahan emosi.

"Julian datang menyerang untuk mencari adiknya, dia menembaki beberapa penjaga gerbang hingga tewas dan Julian juga mengancam akan membunuh tuan Peter kalau anda tidak segera membebaskan adiknya," jawab sang pria.

"Jadi si bodoh itu sudah berani datang ke rumahku dan menantangku," ucap Evan sambil tersenyum sinis.

DORR!! DORR!! Suara tembakan kembali terdengar di udara, entah sudah berapa orang yang sudah dihabisi oleh Julian dan Even bergegas masuk ke dalam kamar karena ia tidak ingin Peter menjadi korban kebrutalan Julian selanjutnya.

Evan bergegas memakai kaos dan tak lupa memakaikan baju ke tubuh Iris, ia kembali mengikat tangan tawanannya kemudian mengambil pistolnya di dalam laci yang tiba-tiba ia todongkan ke kepala Iris. "Aku peringatkan kepadamu untuk tidak berbuat macam-macam atau kepalamu yang cantik ini akan kuledakkan, apa kau mengerti?!"

Iris tidak bisa berkata-kata dan hanya ia bisa mengangguk cepat dengan air mata yang terus berlinang membasahi pipi mulusnya, lengannya dicengkeram erat dan ia dipaksa berjalan keluar kamar dengan kepala yang ditodong pistol. Tangisnya kembali pecah saat ia dibawa keluar untuk menemui kakaknya.

"Kak Julian," tangis Iris.

Wajah Evan berubah merah padam melihat Peter ditodong pistol oleh Julian serta beberapa orang lainnya, darahnya mendidih dan ia tidak terima dengan perlakuan yang didapatkan oleh Peter. "Besar sekali nyalimu dengan datang ke rumahku dan membuat keributan," ujarnya kepada Julian.

"Itu karena kau sudah menyandera adikku, berengsek!! Cepat lepaskan adikku atau kepala anak buah kesayanganmu ini akan kuhancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil," hardik Julian.

Alih-alih gentar dengan ancaman Julian, Evan malah tertawa lantang sambil menatap Julian dengan tatapan menghina. "Apa kau pikir aku akan takut dengan ancaman konyolmu itu, hah?!"

"Apa kau pikir aku sedang bercanda, Evan?! Cepat lepaskan adikku sekarang juga atau kau akan menyesalinya," bentak Julian yang sudah bersiap menarik pelatuk pistolnya.

"Tidak mau!! Tubuh adikmu terlalu indah dan seksi untuk dilewatkan begitu saja, kau sudah membunuh istri dan calon anakku maka aku akan melakukan hal serupa kepada adikmu," tolak Evan.

"Kau sudah membunuh Richard dengan cara yang sangat kejam, Evan!! Apa kau masih belum puas juga, huh?" Ujar Julian dengan nada tinggi hingga urat-urat di lehernya mencuat.

Evan menciumi leher Iris tepat di depan mata Julian, ia melakukannya untuk mengintimidasi serta memancing emosi musuhnya yang otomatis membuat suasana semakin panas dan tegang. "Tentu saja aku belum puas karena aku belum mendengar suara desahan serta teriakan adikmu menggema di mansionku dan aku ingin menghamili adikmu yang cantik ini, lalu ..."

Ucapan Evan terhenti, ia kembali tersenyum senang saat melihat wajah Julian menjadi merah padam karena terpancing kata-katanya. Evan sudah tidak sabar ingin melihat reaksi musuhnya nanti setelah mendengar kelanjutan kata-katanya.

"Lalu ... aku akan meledakkan Iris seperti kau meledakkan istri dan calon putraku," lanjut Evan yang membuat Julian semakin terbakar api amarah.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status