"iris, Iris!! Buka matamu," seru Evan sambil terus memberi napas buatan serta menekan dada Iris. "Damn!! Buka matamu, Iris!! Kau tidak boleh mati," lanjutnya.Iris terbatuk-batuk sambil memuntahkan semua air yang tertelan dari mulutnya, dengan keadaan setengah tersadar tubuhnya diangkat oleh Evan dan dibawa kembali ke kamar lalu direbahkan di atas ranjang."Jangan buka," lirih Iris sambil mempertahankan pakaian dalamnya agar tidak dilucuti Evan dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.Namun, tidak ada satu pun yang bisa menghentikan Evan saat ini bahkan tangisan Iris sekalipun karena sejatinya hati Evan sudah membeku laksana gunung es kokoh yang tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh apa pun ataupun siapa pun.Evan menelanjangi tubuh Iris agar ia bisa mengganti pakaian sang wanita akan tetapi Evan tiba-tiba terhenti, jatungnya berdebar kencang dan ia menelan salivanya saat ia menatap keindahan tubuh Iris yang membius kesadarannya. Tubuh Evan bergerak perlahan mendekati tubuh Iris, dik
"IRIS, BUKA PINTU!!"BRAAAK!! BRAAAK!! Evan seperti orang kesetanan yang terus mendobrak pintu kamar mandi untuk memberikan si gadis sombong dari klan Marchetti sebuah pelajaran karena telah berani menghina mendiang Freya. Kekuatan dobrakannya bertambah semakin besar hingga membuat seluruh dinding bergetar hebat dan pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu jati mulai retak.Tangis Iris pecah dan ia memeras otaknya mencari cara untuk memblokade pintu yang hampir jebol, ia melihat sebuah meja dan ia berdiri cepat menyambar jubah mandi yang ia kenakan untuk menutupi tubuh moleknya. Iris berusaha sekuat tenaga menggeser meja kecil yang akan ia gunakan untuk mengganjal pintu agar tidak bisa ditembus oleh Evan."FUCK!!" Teriak Evan kencang sambil terus mendobrak pintu.Namun, meski Iris sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi pintu dari dobrakan Evan akan tetapi tenaga dan kekuatan sang pimpinan mafia itu tetap tidak bisa ditandingi. Pintu yang terlihat kokoh dan telah diganjal oleh
"Kau harus mati, Evan!! Hiyaaa," pekik Iris saat ia menghujam pecahan kaca ke tubuh Evan dengan mata tertutup.TEPP!! Pergelangan tangan Iris dicengkeram erat oleh tangan kekar Evan yang tiba-tiba terbangun setelah mendengar suara Iris, lelaki bertubuh kekar itu merampas pecahan kaca dari tangan Iris dan tidak sengaja menggores telapak tangan sang gadis hingga berdarah."Berani sekali kau melakukan hal ini kepadaku!! Apa kau masih belum jera setelah keperawananmu aku renggut, huh?!" Bentak Evan sambil melempar pecahan kaca ke lantai.Evan mendorong kasar tubuh Iris hingga terjatuh ke ranjang lalu ia merangkak naik ke atas tubuh sang wanita yang kemudian ia tindih dengan tubuh kekarnya, wajahnya merah padam dan ia benar-benar marah karena perbuatan Iris yang mencoba membunuhnya sehingga berencana untuk memberikan pelajaran kepada tawanannya"Kau pantas mati!! Pergilah ke neraka menyusul istrimu," teriak Iris."Apakah hukumanku masih kurang, huh?! Apa kau ingin aku buat lemas dulu baru
"MEREKA BUKAN ANAK BUAH JULIAN, IRIS!! DASAR GADIS BODOH," hardik Evan yang marah besar melihat kecerobohan serta kebodohan yang dilakukan Iris sehingga tawanannya itu kini jatuh ke tangan musuh.Evan meremas rambut hitamnya yang tebal dan mulutnya tidak berhenti mengumpat kesal, tangannya sudah sangat gatal ingin segera menghabisi anak buah Edgar yang berani menapaki mansion megah miliknya. Namun, untuk saat ini Evan tidak bisa bertindak gegabah karena ia tidak ingin wanita tawanannya dilukai oleh anak buah Edgar yang terkenal sangat bengis dan tidak segan untuk menghabisi tawanannya."Apa yang dikatakan oleh Evan itu benar? Kalian bukan anak buah kak Julian?" Tanya Iris kepada pria yang sedang menyandera dirinya."Heeiizzhh!! Masih bertanya lagi, astaga!! Sebenarnya semua keluarga Marchetti itu benar-benar bodoh atau lugu, sih?" Peter malah ikut-ikutan Evan mengomeli Iris karena ia gemas dengan ulah sang gadis yang menurutnya sangat bodoh."Diam, jangan bicara lagi. Ikuti saja perin
"Korbankan Iris, Julian!! Kau sudah kehilangan Richard dan kau juga harus merelakan Iris agar Evan ataupun Edgar tidak lagi bisa menekanmu," ujar Henry.Dada Julian seketika panas dan wajahnya berubah merah padam setelah mendengar ucapan sang paman yang membuat darahnya mendidih, ia sudah kehilangan satu adik kesayangannya dengan tragis dan sekarang pamannya malah menyuruhnya untuk mengorban satu-satunya adik perempuan yang tersisa."Aku memang orang berengsek dan berhati iblis tapi aku tidak akan pernah mau mengorbankan adikku, paman!! Kau memang sudah gila, tua bangka!! Lebih baik kau yang mati daripada aku melihat Iris terluka," teriak Julian.Kemarahan Julian semakin menjadi-jadi bahkan ia membalik dan menendangi meja kerjanya hingga patah di semua bagian hanya untuk melampiaskan amarahnya, ia mengeluarkan pistolnya dan memilih untuk menembaki semua barang yang ada di depannya saat ia bernafsu ingin menembak kepala sang paman hingga hancur."JULIAN!! Apa kau sudah gila?!" Hardik H
"IRIS!! What the fuck!! Apa kau sudah gila?!" Evan berlari dan langsung menepis tangan sang gadis hingga botol pembersih porselen terjatuh ke lantai lalu menendang botolnya hingga ke ujung ruangan."Kau terlambat, Evan. Sebentar lagi aku akan terbebas dari kekejamanmu," ucap Iris sambil tersenyum bahagia dan beberapa detik kemudian ia terjatuh di pelukan Evan."DAMN!! Kau tidak boleh mati dan kau tidak akan mati secepat itu," ujar Evan yang langsung menggendong Iris keluar dari kamar. "SIMON, PAUL!!" Serunya memanggil anak buahnya.Suara Evan terdengar menggema hingga ke seluruh ruangan, tak hanya dua pengawal yang datang menghampiri tapi belasan orang yang mendengar seruan kencang sang pemimpin mafia kejam itu ikut datang mendekat."Ya, Tuan.""Simon, cepat siapkan mobil!! Paul, kau hubungi dokter Anderson dan katakan kepadanya aku akan datang ke rumah sakit dengan membawa pasien yang keracunan cairan pembersih lantai," titah Evan cepat."Baik, Tuan.""SARAH!! Cepat ambilkan satu bot
"FUCK YOU, HENRY!!" Umpat Evan yang memilih untuk menyelamatkan Iris ketimbang meladeni Henry yang memang berniat untuk mengulur waktu agar Evan tidak bisa menyelamatkan Iris."Tembak bajingan itu," titah Henry kepada anak buahnya."LINDUNGI TUAN EVAN!!" Seru Simon kepada rekan-rekannya yang lain hingga baku tembak antara dua kubu tak terelakkan.Evan berlari kencang mengejar brankar yang terus melaju menuju ke jalanan sambil terus menghindari tembakan anak buah Henry yang tertuju ke arahnya, perhatian pria bertubuh tinggi kekar itu hanya tertuju pada Iris sehingga ia tidak sempat membalas tembakan musuh dan hanya bisa menghindar agar tubuhnya tidak tertembus peluru.TIIIN TIIIN TIIIINN!! Sopir truk trailer terus membunyikan klakson untuk memperingatkan bahwa truck bermuatan kayu-kayu berukuran besar yang ia kendarai akan menabrak brankar dimana Iris sedang terbaring di atasnya. Sang sopir tidak bisa mengerem mendadak karena truk pasti akan oleng yang pastinya akan semakin membahayaka
"PETER!! Cepat keluar dari mobil dan buka parasut!!" Seru Evan mengingatkan Peter, ia bergegas membuka sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil dan melompat keluar."Shiitt!! Tunggu, Evan!!" Peter melakukan hal yang sama seperti yang Evan lakukan dan tanpa berpikir panjang lalu ia pun melompat dari mobil.Mobil meluncur kencang ke bawah tebing lalu meledak setelah menghantam dasar tebing yang dipenuhi oleh beruntung bagi Evan dan Peter yang keluar tepat pada waktunya sehingga nyawa keduanya terselamatkan berkat ide cemerlang sang pimpinan mafia.Evan dan Peter melayang di udara dan perlahan mendarat ke tanah akan tetapi sial menimpa Peter karena parasutnya malah tersangkut di dahan pohon sehingga ia harus berjuang keras untuk bisa melepaskan diri dari tali parasut yang masih melilit tubuhnya."Evan, hey!! Tolong aku," pekik Peter kencang.Evan menghela napas panjang sambil menggelengkan kepalanya, ia mengambil pistol dari balik baju lalu mulai menembaki ranting pohong hingga patah sehi