Share

[4] Mengugurkan Anak

 “Aku akan bertanggung jawab, Qiana.”

         Qiana yang sejak tadi hanya diam di mobil James pun tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Wajahnya masih tetap datar dengan pandangan tertuju lurus ke arah jalanan di depannya. Sudah tiga puluh menit mereka berada di sana, tetapi tidak juga membuka suara. Selain karena Qiana yang shock mendengar kabar yang baru saja dia terima, membuatnya tidak bisa bereaksi apa pun. Qiana malah membuang napas kasar dan membuka pintu mobil. Saat ini pikirannya sedang kalut dan tidak bisa berpikir dengan benar.

         James yang melihat pun melakukan hal yang sama. Dia keluar dan mengejar Qiana yang akan memasuki sebuah rumah dengan dua lantai. Tangannya dengan cepat meraih pergelangan tangan Qiana, membuat langkah wanita itu terhenti.

         “Lepaskan, Pak James,” ucap Qiana sembari mencoba melepaskan diri.

         “Aku akan bertanggung jawab untuk anak dalam kandungan kamu,” sahut James. Bagaimanapun itu adalah anaknya dan dia berhak untuk memberikan kehidupan yang layak.

         Sayangnya Qiana berpikir berbeda. Dia tidak mau menikah dengan pria tanpa cinta dan hanya karena dirinya hamil, “Kamu tidak perlu bertanggung jawab. Mengenai anak ini aku akan ....” Qiana menghentikan ucapan dan memasang raut wajah berpikir.

         “Apa yang akan kamu lakukan dengan anak ini? Kamu akan menggugurkannya?”

tanya James dengan cepat.

         Kali ini Qiana diam. Haruskah dia melakukan hal keji itu? Anak dalam kandungannya tidak bersalah apa pun. Dia yang bersalah karena tidak menjaga diri dengan baik. Sedangkan James yang melihat kebingungan di wajah Qiana pun kembali meraih punggung tangan dan mengelus pelan.

         “Qiana, bagaimanapun anak dalam kandunganmu adalah anakku. Aku juga berhak atasnya!”

,” ucap James mengintimidasi.

         “Tap—“

         “Siapa yang akan memiliki anak?”

         Qiana dan James yang mendengar pun langsung mengalihkan pandangan, menatap ke asal suara. Seketika, Qiana melebarkan kedua mata ketika melihat kedua orang tuanya berdiri tepat di hadapannya. Wajahnya langsung memucat saat melihat Romeo—papanya menatap tajam.

         Astaga, apa yang harus aku lakukan, batin Qiana.

***

         “Keterlaluan kamu Qiana! Kamu benar-benar sudah mencoreng nama baik keluarga kita!” bentak Romeo dengan nada menggelegar.

         Qiana yang saat ini tengah duduk di sofa pun hanya diam dengan kepala ditundukkan. Jemarinya saling bertaut, merasa takut dengan kemarahan sang papa. Pasalnya, papanya tidak pernah marah apalagi membentak dirinya. Ini adalah kali pertama dia melihat kemarahan di wajah sang papa. Tatapan papanya juga benar-benar tidak bersahabat. Padahal, pria di hadapannya selalu menatapnya dengan penuh kasih sayang dan suara yang lembut.

         “Maaf, Pa.” Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Qiana. Dia tahu sejak kecil kedua orang tuanya selalu mengajarkannya tentang nilai kebaikan, tetapi sekarang dia malah melakukan kesalahan yang begitu besar hanya karena ingin membalas dendam pada Alvan dan Jessica. Tanpa diduga Romeo yang sejak tadi menatap tajam pada James langsung melayangkan satu pukulan, tepat di pipi James. Jelas pria itu limbung karena tidak siap menerima pukulan.

         “Jadi kamu pria kurang ajar yang sudah menghamili anakku? Dasar bajingan!” Romeo kembali melayangkan tangan dan memukul bagian yang lain.

         “Papa, hentikan!” teriak Qiana dengan kedua mata melebar.

         Namun, Romeo masih terus melayangkan pukulan. Qiana pun segera bangkit dan berlari. Dia menahan tangan sang papa, membuat Romeo menghentikan gerakan.

         “Pa, jangan pukul dia lagi. Dia tidak bersalah. Qiana yang ak—“

         “Papa gak mau tau, Qiana. Sekarang juga kamu dan lelaki ini harus menikah!” putus Romeo tegas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status