Share

[5] Aku Istrimu, James

         “Kita sudah sampai, Qiana.”

         Hening. Qiana hanya diam dengan kepala tertunduk. Manik matanya menatap ke arahcincin yang melingkar di jari manisnya. Wajahnya tampak datar, tetapi jelas dari sorot mata terdapat kesedihan. Bagaimana tidak, secara mendadak Qiana kini sudah berstatus sebagai istri James. Dua jam yang lalu dirinya diminta menikah sirih hanya untuk menutupi kehamilannya. Mengenai cinta, papanya bahkan tidak peduli sama sekali. Apalagi pesta, tidak ada pesta apa pun untuk itu, membuat air matanya tanpa sadar mengalir.

         “Mulai sekarang kita akan tinggal di sini,” ucap James kembali.

         Qiana yang mendengar pun menarik napas dalam dan membuang perlahan. Jemarinya mengusap pelan air mata yang sempat melewati pelupuk. Kepalanya mulai mendongak, menatap ke arah rumah mewah di depannya.

         Qiana membuka pintu dan keluar, mengabaikan James yang masih menunggunya. Kakinya terus melangkah dan masuk, mengamati sekitar. Semua yang ada di sana adalah barang mewah. James seorang pebisnis sukses. Jadi, hal semacam ini tidak asing baginya.

         “Dimana kamarku?” tanya Qiana dan menghentikan langkah.

         “Kamar kita ada di lantai dua, Qiana,” jawab James.

         Kita? Qiana menelan saliva pelan dan menatap ke arah James berada. “Bisa kita tidur di kamar yang terpisah?” tanya Qiana setengah meragu. Dia takut kalau James akan marah

dengannya.

         “Kenapa?” James menatap dalam.

Qiana kembali diam, sesekali menggigit bibir bagian bawah. Dia sendiri tidak tahu kenapa, tetapi ada perasaan belum siap untuk menerima James sebagai suaminya

         “Qiana, kita sudah menikah. Jadi, kita harus tidur bersama,” ucap James tenang.

         “Tap....” Qiana menghentikan ucapan saat panggilan masuk terdengar.

         James membuang napas kasar dan mengambil ponsel di saku celana. Dia menatap layar yang menunjukkan nomor tidak dikenal masuk. Dengan tenang, dia melepaskan dekapan dan berkata, “Aku angkat telpon dulu.”

         Qiana hanya bergumam pelan dan membiarkan James menjauh. Dia hanya mengamati wajah yang mulai sedikit berubah. Beberapa detik yang lalu, James tersenyum manis di hadapannya. Suaranya juga lembut, tetapi sekarang pria itu tampak kesal dan serius. Hingga James kembali memasukkan ponsel dan melangkah ke arahnya.

         “Qiana, aku harus pergi sebentar. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kamu ke kamar dulu saja. Aku sudah siapkan semuanya di sana,” ucap James.

         Qiana lagi-lagi mengangguk, membuat James dengan cepat melangkah ke arah pintu. Tapi di dalam hati, Qiana cukup bertanya-tanya, pekerjaan apa yang harus diselesaikan malam-malam?

***

         James membelokkan mobil, memasuki pelataran sebuah rumah mewah. Dia segera turun dan menutup pintu dengan kasar. Wajahnya tampak dingin dengan rahang mengeras. Kakinya pun melangkah lebar, membuat anak buah yang berjaga di pintu hanya menundukkan kepala dan menutup mulut rapat. Di sana, tidak ada yang berani menyinggung James.

         “James, akhirnya kamu pulang.”

         James yang melihat seorang wanita tengah menuruni tangga pun hanya diam. Manik matanya menatap tajam. Mulutnya bahkan hanya tertutup rapat dan mengamati setiap gerak-gerik wanita di hadapannya.

         “James, aku kira kamu gak akan datang ke sini,” ucap wanita yang sama saat berada di hadapan James. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh pipi James.

         Namun, saat itu juga James menghindar. Dia berkata, “Sebenarnya apa maumu, Deolinda? Kenapa kamu selalu memaksaku untuk datang ke sini dan melibatkan Mama di dalamnya?”

         “Aku hanya merindukanmu dan mau kamu ke sini, James. Sudah lama kamu tidak menemuiku,” jawab Deolinda sembari mendekati James.

         “Tapi aku gak mau ke sini. Jadi, berhenti menyuruhku untuk ke sini dan jangan manfaatkan mamaku untuk kepentinganmu sendiri, Deolinda. Kalau kamu melakukannya lagi, aku pastikan kamu akan menyesal,” ucap James dengan sinis. Dia segera melangkahkan kaki dan menuju ke arah tangga.

         Namun, saat itu Deolinda meraih pergelangan tangan James, membuat pria tersebut berhenti di sebelahnya. Dengan tenang, Deolinda mengalihkan pandangan, menatap James yang menunjukkan rasa jijik dengannya.

         “Tapi jangan lupa juga, James. Aku itu istrimu dan aku berhak meminta perhatianmu,” ucap Deolinda dengan penuh penekanan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status