Share

[3] Kabar Mengejutkan

“Ke ruanganku sekarang juga, Qiana.”

         Qiana yang mendengar panggilan itu pun membuang napas kasar. Dengan malas, dia

bangkit dan mengayunkan kaki, menuju ke arah tangga yang akan membawanya ke ruangan

James. Ya, sudah satu bulan sejak pertemuannya dengan pria itu, Qiana resmi menjadi asisten

pribadi pria tersebut. Dia harus mengerjakan banyak sekali tugas. Tidak jarang dia harus

pulang malam karena kelakuan pria yang sudah menidurinya.

Qiana menggelengkan kepala saat bayangan satu bulan lalu teringat, dimana dia kehilangan keperawanannya. Dia pikir James hanyalah seorang pria bayaran yang tidak akan pernah hadir kembali dalam hidupnya, tetapi siapa sangka jika James ternyata adalah atasannya sendiri!

Sebuah takdir yang cukup membuatnya tertekan. Kalau saja bukan karena Qiana membutuhkan pekerjaan, mungkin dirinya sudah memutuskan untuk berhenti saat itu karena rasa malunya pada James.

         Qiana menghentikan langkah dan mengetuk pintu ruangan James. Setelahnya dia membuka dan melangkah ke arah meja yang terletak paling ujung, dekat dengan jendela. Di sana, tampak James yang menyiapkan beberapa berkas dan memasang raut wajah serius.

         “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Qiana dengan tatapan lekat.

         “Ikut aku ke Hotel Berlian, Qiana,” ucap James sembari mendongakkan kepala. “Kita

ada rapat di sana.”

         Qiana sempat berpikir kalau James akan macam-macam dengannya pun mulai

merasakan kelegaan. Dia membuang napas lirih dan menganggukkan kepala. Dengan

cekatan, Qiana mengambil berkas di meja kerja James dan melangkah bersama sang atasan.

         Hening. Qiana hanya bungkam. Meski James dan dia sudah pernah tidur bersama,

tetapi James cukup profesional. Pria tersebut tetap bersikap biasa, hanya sesekali bersikap

lembut dihadapannya. Itu pun kalau tidak ada karyawan lain di sekitar mereka, tetapi Qiana

juga cukup sadar diri. Pertemuannya dengan James adalah sebuah kebetulan. Dia juga yang

memulai perbuatan panas waktu itu, membuat Qiana memilih mengabaikan dan memberikan

batas untuk hubungan mereka.

         Qiana dan James menaiki mobil. Butuh tiga puluh menit hingga mereka sampai di

hotel yang dituju. Keduanya segera menuju ke restoran yang terletak di lantai satu.

         “Kamu tunggu di kursi lain saja, Qiana,” ucap James.

         Qiana lagi-lagi hanya menganggukkan kepala. Dia pun mencari kursi lain dan

memesan makanan, sesuai dengan perintah sang atasan. Manik matanya masih terus

mengawasi James yang tampak serius. Hal yang membuat Qiana tidak bosan sama sekali.

Pasalnya saat James tengah serius, pria tersebut tampak jauh lebih menggoda. Hingga Qiana

yang merasa tidak nyaman pun bangkit.

         Namun, saat akan mengayunkan kaki, Qiana berhenti. Tangannya memegang kepalanya yang mulai terasa berat. Pandangannya pun mulai mengabur, membuat tubuh lemahnya menjadi oleng dan …

         Bruuk.

         James yang saat itu tengah berbincang pun berhenti dan mengalihkan pandangan.

Kedua matanya langsung melebar saat melihat Qiana yang sudah tergeletak di lantai. Dengan

cepat, dia bangkit dan melangkah ke arah asistennya berada.

         “Qiana, bangun,” panggil James sembari menepuk pelan pipi Qiana.

***

         “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya James saat sang dokter selesai memeriksa

Qiana. Dia memang memutuskan untuk membawa Qiana dan menghentikan rapat yang sudah

berjalan setengah. Wajahnya benar-benar cemas saat melihat Qiana yang pingsan. Saat ini

pun, dia masih memasang raut wajah penuh kekhawatiran.

         Sang dokter yang baru saja selesai memeriksa pun duduk dan menatap ke arah James.

“Tidak perlu cemas, Tuan. Istri anda baik-baik saja. Dia hanya sedang hamil muda dan hal itu

biasa terjadi,” jelas sang dokter.

         “Hamil?” James langsung melebarkan kedua mata saat mendengar kabar tersebut.

Jantungnya seakan berhenti berdetak. Mulutnya pun setengah terbuka. Benar-benar seperti

orang bodoh.

         “Iya, usia kandungannya sekitar empat minggu,” kata sang dokter.

         Empat minggu? Aku dan Qiana berhubungan juga satu bulan yang lalu. Apa ini

artinya anak yang ada dalam kandungannya adalah anakku, batin James. Pikirannya masih

terus berputar, mencoba mencerna setiap rangkaian kejadian.

         “Aku dimana?”

         James yang melihat Qiana sudah sadar pun mengalihkan pandangan. Dengan cepat,

dia bangkit dan menuju ke arah Qiana berada. Wajahnya masih tampak tegang dengan kabar

yang diterimanya kali ini. Pasalnya dia tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya Qiana

akan hamil anaknya.

         “Pak, saya dimana?” tanya Qiana saat James berdiri di sebelahnya.

         “Kamu di rumah sakit, Qiana. Tadi kamu pingsan,” jawab James.

         “Ah iya, aku tadi pagi lupa sarapan. Jadi, kepalaku sedikit pusing. Sepertinya asam

lambungku juga naik,” kata Qiana, “Kalau begitu maaf sudah merepotkan Bapak,” imbuh

Qiana dan bangkit.

         Namun, James menghentikan gerakan Qiana, membuat Qiana menatap James heran.

         “Bapak kenapa?” tanya Qiana.

         “Mulai sekarang kamu harus hati-hati, Qiana,” ucap James, membuat Qiana

mengerutkan kening.

         “Ada anak kita di dalam kandunganmu. Usia kandungannya juga sudah empat minggu,” lanjut James.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status