Share

[2] Pertemuan Tidak Diharapkan

Qiana menggeliat pelan ketika cahaya matahari mulia mengusik tidur nyenyaknya.

Dia pun mendesis pelan saat merasakan semua otot dalam tubuhnya sakit. Tidak hanya itu,

kepalanya juga berdenyut nyeri, membuatnya terpaksa harus memijat pelipisnya sebelum

matanya terbuka. Hingga dia membuka mata dan menatap ke arah langit kamar yang terasa asing.

         “Aku dimana?” gumam Qiana panik. Perlahan, dia bangkit dan sehingga selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya turun. Sontak, kedua matanya melebar saat mendapati tidak ada selembar pakaian pun di tubuhnya. Dengan cepat, dia menarik selimut dan kembali menutupi tubuhnya.

Qiana pun akhirnya tersadar bahwa ada seorang punggung pria tertidur nyenyak di sebelahnya.

         Qiana membuka mulut dan siap berteriak, tetapi sebuah ingatan melintas dalam

benaknya.

         “Kamu mau tidur denganku?” Qiana yang masih setengah sadar pun menatap ke

arah pria kekar di depannya. “Namaku Qiana dan aku masih perawan,” lanjutnya sembari

mengulurkan tangan.

         Qiana yang mengingat hal itu langsung memukul kepalanya pelan. “Astaga, apa yang

sudah aku lakukan? Bisa-bisanya aku menyerahkan diri dengan pria asing,” gerutu Qiana

dengan wajah memerah. Dia pun menutup wajah dengan selimut, merasa malu dengan

tindakannya.

         “Ahh, terus, James. Kamu benar-benar nikmat.”

         Qiana yang terus meningat adegan panas itu kembali, langsung menggelengkan kepala, mencoba

mengusir pikirannya yang tidak karuan. Rasanya benar-benar memalukan jika mengingat apa

yang sudah dia lakukan semalam. Dia yang menggoda dan begitu liar, membuat Qiana

sendiri tidak percaya dengan hal tersebut.

         Qiana kembali menatap ke arah pria di sebelahnya. Tampan dan mempesona. Qiana

mengakui hal tersebut, tetapi sesaat kemudian dia mengalihkan pandangan.

         “Jangan gila, Qiana! Bisa-bisanya kamu memuji pria bayaran seperti dia,” gumam

Qiana sembari menggelengkan kepala. “Lebih baik sekarang aku pergi saja.”

         Qiana segera meraih pakaian yang berserakan di lantai. Sesekali, dia melihat ke arah

pria di sebelahnya. Dia ingin memastikan jika setiap tindakannya tidak mengganggu tidur

pria itu. Pasalnya Qiana merasa malu karena tingkahnya yang persis seperti wanita murahan.

Hingga ketika sudah kembali rapi, dirinya melangkahkan kaki dan meninggalkan sejumlah uang,

tepat di sebelah pria tersebut.

         Sepeninggalan Qiana, James membuka mata secara perlahan. Dia mengalihkan

pandangan, menatap ke ranjang di sebelahnya. Namun, keningnya berkerut saat melihat tidak ada

siapa pun di sana. Dengan tenang, James bangkit dan siap turun. Tepat saat itu, dia melihat

sejumlah uang di nakas, membuatnya menatap heran.

         “Maksudnya ini untuk bayaranku?” tanya James dengan diri sendiri. Sebelah bibirnya

terangkat dan menggeleng secara perlahan.

         “Wanita yang cukup unik,” gumam James.

***

         “Apa hari ini ada rapat?” tanya James ketika mobil yang dinaikinya berhenti di depan

sebuah gedung berlantai dua puluh.

         “Tidak ada, Tuan,” jawab seorang wanita di sebelahnya.

         James yang mendengar hal itu pun hanya diam. Pintu di sebelahnya terbuka, membuat

James segera keluar. Dia mengancingkan jas dan mulai melangkah ke arah pintu di depannya.

Hari ini dia baru kembali ke perusahaan setelah beberapa bulan tinggal di luar negeri untuk

Mengurus anak perusahaan yang lain. Itu sebabnya, ada beberapa karyawan yang menyambutnya,

termasuk sang sahabat yang tampak begitu antusias.

         “Selamat datang, James,” ucap Cemal dengan senyum lebar.

         Namun, James yang baru menghentikan langkah hanya memasang raut wajah datar.

Dia malah bertanya, “Bagaimana kondisi perusahaan?”

         Cemal berdecih kecil dan memutar bola mata pelan. “Kamu baru datang dan aku

menyambutmu, James. Jadi, bisa hargai aku sedikit?”

         “Aku tidak memiliki waktu untuk itu, Cemal,” celetuk James dan kembali

melanjutkan langkah.

         Mau tidak mau, Cemal pun melangkahkan kaki dan menyamai langkah dengan James.

“Kamu tenang saja, perusahaan dalam kondisi baik, James. Selain itu, aku juga sudah

menyiapkan asisten pribadi untukmu karena asisten yang sebelumnya sudah kamu pecat,”

jelas Cemal. Terdapat nada menyindir saat mengakhiri kalimat.

         Namun, James tidak peduli dengan hal itu. Dia atasan di tempat tersebut dan memiliki

kriteria untuk setiap asistennya. Jangankan asisten, pekerja biasa di perusahaannya pun harus

melewati tes yang cukup ketat. Tidak semua orang juga bisa masuk. Itu sebabnya, hanya

lulusan terbaik yang bisa bekerja di perusahaan.

         “Oh iya, aku akan kenalkan asisten pribadi kamu,” ucap Cemal tiba-tiba dan

melangkah ke arah lain.

         Tepat saat itu, pandangan James menangkap seseorang yang cukup menarik perhatiannya sehingga dia menghentikan langkahnya.

Dia menatap ke arah gadis yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Kedua matanya menyipit, memastikan jika pandangannya tidaklah salah.

‘Benar, dia gadis yang semalam tidur denganku’ batin James saat sudah melihatnya secara jelas. Dia pun hanya diam saat Cemal membawa Qiana mendekat ke arahnya. Sebelah bibirnya terangkat, tidak menyangka jika takdir begitu berpihak dengannya. Padahal, dia baru menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Qiana dan sekarang gadis tersebut sudah berdiri di hadapannya.

         “Ini asisten barumu, James. Namanya Qiana Anulika,” ucap Cemal.

         Qiana yang mendengar hal itu pun terdiam dengan raut wajah cemas. Sedangkan

James tersenyum dan menyunggingkan sebelah bibir. Tangannya terulur, menatap ke arah

Qiana lekat.

         “Kita bertemu lagi, Qiana,” sapa James.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status