Share

BAB 52

Getar di dadanya terasa jelas, Aksa menahan letupan yang semakin lama justru semakin bertambah hebat. "Apa—, apa Papa akan meninggalkan Mama?"

"Tidak, jika bukan mamamu sendiri yang meminta."

Rentetan perjalanan panjang bisa merubah sudut mana yang ingin dilihat. Kotak, tak lagi sebuah persegi yang sama sisi. Lingkaran, bukan lagi garis melingkar yang saling bertemu. Salah dan benar bukan lagi hal yang pasti. Aksa melapangkan dada, menerima hal-hal yang memang tidak tertulis atas namanya.

"Terima kasih, lain kali kamu bisa mampir ke sini lagi."

Tawaran papanya tak mungkin semudah itu untuk disetujui, meskipun entah bagaimana perasaan mamanya saat ini, bagaimanapun Aksa tetap harus menjaga hati itu. "Terima kasih. Aksa pulang dulu."

Berpamitan secukupnya, Aksa membawa mobilnya membelah jalanan kota Jakarta. Setelah memberanikan diri menginjakan kakinya ke rumah itu, menciptakan sesuatu yang baru pada diri Aksa. Dia masih sakit, iya. Aksa bahkan sesekali masih harus mengusir n
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status