Share

Bab 38. Pembelaan untuk Wuri

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 07:10:43

"Waktu kakek masih ada, aku masih cukup senang. Kakek sangat sayang aku. Dia melindungi aku setiap kali ibu marah padaku. Setelah kakek meninggal, ibu makin tak terkendali. Sepertinya dia ingin menyiksaku seumur hidup."

Felipe hanya mendengarkan tidak mau berkomentar apa-apa. Dia tunggu Wuri menyelesaikan semua kisahnya. Hatinya pedih mendapati kenyataan ada seorang anak harus mengalami kehidupan seburuk itu.

"Kakek yang memberiku nama. Pernah pamanku ingin mengajakku supaya aku tinggal dengannya. Tapi ibu mengancam akan membunuhku jika sampai aku dibawa. Sejak itu paman tidak pernah lagi memintaku tinggal dengan keluarganya. Hanya sesekali paman datang, memberiku uang. Karena kami hidup hanya dari pensiunan kakek. Ibu tidak pernah memberi aku uang lebih kecuali untuk belanja. Kalau ibu tahu paman memberiku uang, dia akan ambil uang itu dan ludes di meja judi."

"Fasta, mungkin setelah mendengar ini kamu jadi tidak suka lagi denganku. Lalu kamu memilih pergi, aku

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 39. Kelegaan Membalut Hati

    "Seharusnya aku tidak pergi. Seharusnya aku tetap di sisimu. Maafkan aku, karena tidak memahamimu," kata Reggy lembut. Ditatapnya Resita yang malah menunduk dalam-dalam."Sungguh, aku bukan pria yang-""Re ... aku bisa mengerti. Aku rela kamu pergi. Aku tidak apa-apa." Resita mengangkat wajahnya. Roman merah karena malu dan sedih yang tampak di sana."Tidak. Ini salah. Harusnya aku yang berkata begitu. Tidak apa-apa, Resita. Semua yang terjadi tidak akan mengubah hatiku padamu. Tidak akan merubah bahwa kamu gadis luar biasa yang aku cintai. Kamu pasti baik-baik saja. Kita lewati ini bersama," kata Reggy. Lembut tapi mantap.Resita menangis mendengar itu. Tanpa bersuara, air mata mengalir di pipinya."Sita ..." Reggy mengulurkan tangan pada Resita.Resita memandang Reggy. Tidak percaya rasanya mendengar semua yang Reggy telah ucapkan. Resita tidak menerima tangan Reggy. Dia menjatuhkan dirinya di dada Reggy. Tangisnya pecah. Sebisa mungkin dia tahan agar tidak menangis dengan keras. Tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 40. Rayuan Maureen

    Esoknya minggu siang, Gio pergi bertemu dengan Veronica. Jadwal gym mereka ganti hari Minggu, karen Sabtu Gio menikmati waktu dengan anak-anak dan teman-teman mereka.Di rumah, Maureen, Reggy, dan Felipe asyik berkebun di halaman samping. Mengurus taman sambil ngobrol selalu seru buat mereka."Reen, papa beneran pedekate sama cewek." Felipe bicara soal Gio. Felipe tahu langsung kalau papa bertelpon dengan seorang wanita."Duh, gimana, ya, caranya ngajak papa ke distro biar bisa ketemu Tante Vero. Padahal distronya dekat juga di situ," kata Maureen. Ternyata tidak mudah memulai rencananya."Itulah. Kamu minta antar aja beli apa kek, di sana." Reggy menyahut. Reggy juga sudah kenal Veronica. Mereka pernah bertiga ke distro bareng."Menurut Kakak, apa cewek yang papa suka baik kayak Tante Vero?" tanya Maureen. Gelisah kalau memikirkan papa sudah punya pacar, sementara Maureen betekad agar Veronica yang jadi istri papa nanti."Ga tahu juga, ya. Tapi papa bilang kalau cewek itu ga bisa ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 41. Membujuk Papa

    "Perjanjian?" Maureen menaikkan kedua alisnya heran dan tidak mengerti maksud Veronica. "Oke, aku mau kenalan sama papa kamu. Tapi ada syaratnya." Veronica menjawab lebih pelan dan lembut. "Apa itu, Tan?" Maureen penasaran. "Kenalan di distro ini. Ajak papamu belanja di sini. Aku ingin tahu sikap dia seperti apa. Setelah selesai belanja aku baru akan kenalan. Jika nanti aku tidak merasa ada hati, aku mundur. Atau jika papamu yang tidak bisa menerima aku, aku tidak akan lanjutkan. Deal?" Jelas, lugas, dan tegas yang Veronica katakan. Maureen memandang Veronica. "Nanti, aku akan menikah atau tidak dengan papa kamu, kamu akan tetap jadi putriku. Oke?" Veronica memeluk bahu Maureen. Maureen menarik nafas dalam. "Baiklah ..." ujar Maureen lirih. Tidak ingin setuju, tetapi permintaan Veronica sangat masuk akal. "Senyum dong, kalau gitu." Veronica memegang kedua pipi Maureen. Maureen melebarkan bibirnya. Veronica ikut tersenyum. "Lalu kapan kamu akan ajak papa kamu kemari?" tanya Ver

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 42. Papa dan Tante Vero

    "Iya, Pa. Ga tau tiba-tiba mules. Tapi udah ga apa-apa, kok," ujar Maureen.Gio beranjak keluar rumah menuju garasi. Dia mau mengeluarkan mobil."Pa, ga usah bawa mobil. Kita jalan aja ke sana," sergah Maureen."Ha? Jalan kaki?" Gio heran. Dia mengerutkan kening memandang si bungsu."Tempatnya dekat," kata Maureen menjelaskan."Mau beli gaun di mana di sekitar sini?" Gio bertanya heran."Ada, deh. Papa ikut aja pokoknya." Maureen mendahului berjalan meninggalkan rumah. Gio menutup pintu dan mengunci rumah lalu mengejar Maureen."Sekali-sekali, Pa, ga harus pakai kendaraan, hehe ... Anggap aja aku dan Papa jalan sehat bareng sekalian." Maureen tersenyum lebar.“Baiklah, ayo!” Gio manut saja manuya Maureen.Gio yang masih bingung mengikuti langkah Maureen. Sebenarnya mau dibawa ke mana ini? Dia memperhatikan wajah Maureen. Seperti sedikit ada raut tidak tenang di sana. Ada apa dengan anak bungsunya ini?Kepala dan hati Maureen memangh nervous menghadapi hari itu. Tapi dia Maureen berjal

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 43. Kejutan Datang Lagi

    "Bisakah kubilang hidup membuat permainan yang luar biasa buatku?" kata Veronica. "Aku bukan sekedar memulai hidup baru di sini. Aku disuguhi sebuah keluarga yang begitu istimewa di depanku?""Jadi ..." Gio makin menghujam pandangan ada Veronica dengan debar-debar di hati terus menderu.“Papa!”Panggilan Maureen membuyarkan momen serius dan mendalam di antara Gio dan Veronica."Ih, papa senyum-senyum. Tante Vero juga. Apa mereka udah kenalan?" batin Maureen."Pa, aku mau bayar." Maureen mendekat."Oke. Ayo," ajak papanya. Ah, seharusnya Gio mendapatkan jawaban dari Veronica. Maureen muncul di waktu yang tidak tepat."Punya papa mana?" tanya Maureen. "Jangan bilang cuma ngobrol, ga jadi milih baju.""Papa sudah lihat, belum memutuskan saja. Hhmm ... nih, dua kaos yang ini. Biru dan coklat … Ini lumayan bagus." Gio mengambil dua kaos dari gantungan."Ih ... Papa? Yakin mau pilih yang ini tulisannya." Maureen melihat tulisan di kaos itu. ‘Keep loving me’ dan yang satu ‘Say one more ... y

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 44. Menunggu Jawaban

    Veronica menarik nafas dalam. Lady menunggu Veronica memberi jawaban atas kecurigaannya bahwa Veronica punya sesuatu dengan CEO dingin yang di awal pertemuannya karena bisbis, benar-benar membuat Veronica kesal.Veronica menggeleng. “Aku … sebenarnya, Pak Gio memang mendekatiku. Kami mulai dekat, meskipun belum sangat jauh hubungan kami.”“Dia bilang cinta sama kamu?” Lady merasa ada debaran di hatinya. Seolah-olah dia yang sedang kejatuhan cinta.Veronica kembali menggeleng. Tidak, Lady. Tetapi jelas dia mengatakan mau membuka diri dan memberi kesempatan untuk memulai hubungan baru. Dia melihat aku akan bisa melengkapi dirinya.”“Ah, itu Bahasa halus saja. Dia pasti ingin menjadikanmu istrinya, Vero.” Cepat Lady merespon. “Lalu, hatimu gimana sama dia?”Sekali lagi Veronica menarik nafas dalam. “Ternyata dia tidak dingin dan galak. Pak Gio baik sekali. Dia sangat sayang anak-anaknya. Kebahagiaannya adalah melihat mereka hidup baik-baik saja dan mendapatkan yang terbaik.”“Jadi dia be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 45. Aku Jadi Sayang Kamu

    "Maaf, aku ingat nama kakakmu Fasta. Belum biasa memanggil Felipe," ujar Wuri malu-malu."Ga apa-apa, sih. Keren juga dipanggil Fasta." Maureen tersenyum. "Silakan, ya ... aku masuk dulu.""Terima kasih, Maureen," ujar Wuri ikut tersenyum."Oke.” Maureen meninggalkan Felipe dan Wuri."Minumlah," kata Felipe."Terima kasih." Wuri minum beberapa teguk. Felipe memandangi Wuri terus. Wuri jadi salah tingkah."Kenapa melihat aku begitu? Ada yang salah?" Wuri tidak nyaman dipandangi terus, malah jadi kikuk."Tidak. Dengan wajah ceria begini kamu makin cantik." Felipe terus menatap Maureen."Kamu bisa saja." Wajah Wuri bersemu merah."Aku ga bohong,” tandas Felipe."Aku boleh tanya? Kenapa kamu mau menolongku? Kenapa kamu mau berteman denganku?" tanya Wuri. "Melihat rumahmu ini, aku tahu kita sangat berbeda. Kamu anak orang ...""Kaya?" sahut Felipe karena Wuri tidak melanjutkan perkataannya.Wuri mengangguk."Kaya itu relatif, Wuri. Banyak orang yang masih jauh lebih kaya. Semua ini juga pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 46. Rencana yang Tertunda

    "Tenang saja adikku yang cantik dan baik hati. Nanti kita pasti akan dikenalkan sama teman ceweknya papa. Kata papa masih pedekate ini. Kalau udah jelas, udah serius, papa akan bawa ketemu kita," ujar Felipe. Dia rangkul bahu Maureen.“Bisa ga sih, sebelum itu papa sama tante Vero udah kontakan lagi, bisa ketemu lagi? Biarpun masih pedekate, kalau sama Tante Vero ga sering komunikasi, apa ya bisa dapat chemistry? Gimana mau saling kenal lalu jadi merasa cocok?” Maureen mulai resah.Kedua kakaknya saling memandang. Felipe memberi kode dengan kepala bira Reggy bicara sesuatu, menenangkan adik mereka. Reggy menggeleng kecil, bingung juga mau bicara apa. Dengan isyarat raut mukanya, Felipe lagi-lagi meminta Reggy berbuat sesuatu.“Ehm … kamu bisa ga membuat rencana lagi kita jalan sama papa, tapi kita juga ajak Tante Vero?” Reggy asal membuka suara saja. Heran juga dia bisa mengucapkann itu.Felipe seketika melotot mendengar ide Reggy. Maureen justru melebarkan mata memandang Reggy, lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22

Bab terbaru

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 111. Tidak Akan Berubah

    Veronica mendorong Gio agar menjauh. Dengan cepat Veronica bangun dan turun dari ranjang besar itu. Veronica merapikan rambut dan baju yang dia kenakan. “Papa!!” Terdengar lagi teriakan Maureen. “Ah, aku salah strategi. Kenapa aku suruh mereka nyusul ke sini sekarang?” Kesal, Gio berkata. Veronica tersenyum mendengar kalimat itu. Dia mendekati Gio, mengecup pipinya, lalu cepat bergerak menuju ke pintu dan membukanya. Di depan pintu, Maureen berdiri memandang dengan cemas. Di belakangnya Felipe dan Reggy berdiri sama cemasnya, menatap Veronica. “Mama. Mama ga apa-apa?” Maureen mencermati Veronica dengan mata bergerak cepat melihat dari atas ke bawah. “Nggak apa-apa,” kata Veronica. “Papa mana?” tanya Felipe. “Ada di dalam. Masuklah,” jawab Veronica sambil membuka lebih lebar pintu kamar itu. Ketiga anak itu semakin bingung. Veronica terlihat baik-baik saja. Dia tampak tenang dan tidak ada lagi marah meluap seperti yang dia tunjukkan saat masih di rumah. Veronica mendah

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 110. Di-prank?

    Gio mengepalkan tangannya menatap dengan marah pada Veronica. “Oh, kamu mencurigaiku?! Oke! Sekarang, kamu ikut aku. Biar kamu tahu sekalian apa yang aku lakukan tadi malam. Biar kamu puas!” Gio berkata lebih keras dengan wajah juga memerah. “Buat apa? Kamu mau kenalkan aku sama wanita itu? Buat apa!?” sentak Veronica. Geram makin melambung di dadanya yang terasa panas membara. Gio menarik lengan Veronica, tidak memberi kesempatan istrinya menolak. Sekalipun Veronica mencoba melepaskan tangan, Gio tidak melonggarkan pegangan tangannya. “Papa!” Maureen memanggil Gio dengan hati porak poranda. Dia marah, sangat marah papanya bertindak kasar pada Veronica yang tidk lain dan tidak bukan adalah istrinya. Reggy dan Felipe pun bergerak maju dua langkah karena sangat terkejut mendapati orang tuanya sampai ribut di depan mereka. “Kalian juga mau tahu!? Silakan menyusul. Aku akan share lokasinya. Jelas?” Gio melihat pada ketiga anaknya yang melotot dengan pandangan bingung bercampur

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 109. Gio Makin Menakutkan

    “Hmm …” Veronica tersenyum tipis. Ya, kejutan luar biasa! Gio ada main hati dengan wanita lain di belakang Veronica. “Mungkin. Mama belum tahu.”Veronica berusaha tersenyum dengan tatapan tenang, meskipun hatinya terasa pilu.“Tepat banget lagi, Mama ultah di hari Sabtu. Semua ada di rumah,” kata Maureen dengan senyum lebar. “Ah, aku mau masak yang spesial buat Mama, deh, buat sarapan.”“Wah, terima kasih banyak. Tapi Mama mau pergi belanja. Di kulkas tinggal sedikit bahan makanan,” ujar Veronica. Rencananya ingin menenangkan diri harus dia lakukan.“Oke. Pas Mama balik, sarapan sudah siap.” Maureen berucap dengan dua jempol terangkat.Veronica melempar senyum kecil, lalu meninggalkan rumah. Veronica sengaja berjalan saja menuju ke swalayan yang ada di dekat distro. Dia akan ambil waktu di sana menenangkan diri sebelum nanti kembali ke rumah.Lantao 3 di distro memang jadi tempat para karyawan Veronica tinggal sejak Veronica menikah dan tinggal dengan Gio serta anak-anaknya. Ruangan m

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 108. Dikhianati

    Veronica menoleh ke jam dinding di kamar, hampir setengah sepuluh malam. Gio belum juga pulang. Ke mana sebenarnya pria itu? Biasanya, dia akan memberitahu dengan jelas ke mana pergi, ada urusan apa, dan dengan siapa. Tapi kali itu, dia bukan hanya bersikap dingin, tetapi juga tidak mau bicara apapun pada Veronica. Bagi Veronica, sikap Gio itu kembali menjadi CEO tampan sedingin kulkas.Sekali lagi Veronica mengirimkan pesan pada Gio. Tentu saja berharap Gio akan membalasnya.- Kak, belum bisa pulang? Aku tunggu atau aku tidur lebiih dulu?Gio akhirnya membalas pesan itu, setelah hampir sepuluh menit berlalu.- terserahJawaban itu membuat Veronica kesal. Sedang sibuk apa, sih, sampai membalas pesan saja tidak bisa dengan kata-kata yang melegakan? Tidak sabar, Veronica menelpon suaminya. Beberapa kali mencoba, Gio pun menerima panggilan itu.“Kenapa?” tanya Gio datar.“Kakak ada apa? Beritahu aku yang jelas. Aku bingung dengan sikap Kak Gio,” kata Veronica tanpa basa-basi.“Jangan leb

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 107. Apa Salahku?

    Hari hampir malam saat Gio tiba di rumah. Empat hari di luar kota, sangat melelahkan. Dia ingin sekali segera istirahat, bertemu keluarga, dan menikmati waktu untuk menyegarkan penat dirinya. Maureen menyambut Gio di depan pintu. Dengan senyum lebar dia memeluk kuat Gio. Meskipun sudah menjadi gadis dewasa, Maureen tetap saja manja. “Senang Papa pulang. Kak Reggy juga sudah di rumah. Lengkap keluarga kita,” kata Maureen masih bergelayut manja pada ayahnya. “Gimana Reggy? Dia baik?” tanya Gio sambil berjalan menuju ke kamarnya. “Baik. Lagi keluar sama Kak Sita. Biasalah, kangen-kangenan, hee … abis LDR,” jawab Maureen. “Reen masak apa buat makan malam? Papa lapar.” Gio meletakkan koper di dekat lemari pakaiannya. “Ada, udah siap. Tapi mama belum pulang,” kata Maureen. “Ga apa-apa. Ga usah tunggu, keburu sakit perut,” ujar Gio. “Oya, Pa, tiga hari lagi mama ultah. Mau bikin acara, ga?” tanya Maureen. “Oya?” Gio menatap Maureen. Bagaimana bisa dia tidak ingat? “Yaa … Papa sama

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 106. Memandangmu, Memelukmu

    Pasak melangkah menjauh, Randy dan Maureen menuju motor. Tak lama mereka sudah di jalanan yang cukup ramai. Randy mengantar Maureen pulang. Di jalan dia cerita tentang Pasak. Dia pembalap yang sangat lihai dan tajam menyerang lawan. Kayak pasak menghujam tanah dengan dalam. Karena itu dia dipanggil Pasak. Satu lagi Maureen bertemu teman lama Randy. Dan dia mengatakan sesuatu yang memang Randy akui pada Maureen. Randy dulu suka balapan liar tapi dia sudah berhenti. Maureen tersenyum. Dia makin yakin, Randy sungguh-sungguh mau mengubah hidupnya. "Senangnya Kakak di rumah lagi. Kangen banget aku." Maureen memeluk Reggy yang baru masuk rumah. "Aku juga lega akhirnya kembali ke rumah. Kangen masakan kamu sama mama," ucap Reggy dengan senyum. khasnya. "Udah, Reggy istirahat dulu, nanti aja ceritanya," kata Veronica. "Bawa oleh-oleh ga, Kak?" tanya Maureen mengikuti Reggy ke kamarnya. "Ada. Pasti aku bawa buat adikku yang cantik ini." Reggy mengusap kepala Maureen. "Biar aku belum pern

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 105. Kesempatan Berdua Lagi

    Mobil merah keren itu masuk halaman rumah keluarga Hendrick. Randy memarkir mobil dan turun dari mobil. Maureen juga keluar dari mobil itu. Lalu mengeluarkan beberapa belanjaannya dari bagasi. Randy membantu membawakan juga. Mereka masuk dalam ruang tamu, menaruh tas belanjaan di sana. "Terima kasih buat hari ini," kata Randy. Dia tersenyum, hatinya sangat lega. "Aku minta maaf." Maureen melihat Randy. "Untuk apa? Aku seharusnya yang minta maaf karena kejadian tadi." Randy memandang heran pada Maureen. "Aku sengaja minta yang aneh-aneh sama kamu." Maureen melihat tas-tas belanjaan yang tergelak di sofa. "Aku hanya ingin melihat bagaimana sikapmu kalau menghadapi perempuan bawel dan banyak maunya." "Jadi ..." Randy mengerutkan keningnya. Maureen tersenyum lebih lebar. "Aku bukan tipe perempuan yang suka shopping banget. Apalagi yang ga dibutuhkan. Tapi, aku akan jaga baik-baik barang-barang ini. Janji." "Aku lulus tes?" tanya Randy. Maureen lagi melebarkan bibirnya. Dia menga

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 104. Hati Terdalam Randy

    Randy memandang Maureen. Rasanya Randy seperti sedang dikuliti. "Ga ada," jawab Randy. "Setelah papa mama cerai, lalu papa menikah dengan wanita itu, aku mulai malas dengan perempuan. Maksudku, aku menilai perempuan lebih negatif. Hanya memanfaatkan pria untuk kesenangannya. Tentu kecuali mamaku. Makanya aku ga dekat sama siapapun, hampir setahun ini." "Kebiasaan yang lain?" Maureen ingin semua dia tahu, tanpa ada yang Randy sembunyikan. "Tinggal merokok. Meski makin jarang. Sejak kecelakaan, mama tegas bilang ga mau aku celaka. Dan balapan sangat beresiko. Aku ga melakukannya lagi. Minum, sudah lama aku ga lakukan. Pernah Sandy tahu dan dia sangat marah. Dia ga suka kakaknya jadi kayak orang gila. Karena aku sampai mabuk waktu itu." Randy menjawab panjang lebar. Mulai nyaman mengatakan semuanya, walaupun Maureen sangat mungkin akan memilih mundur setelah itu. "Apa yang kamu pikirkan ketika ingin mendekati aku? Jalan dengan cara seperti dengan semua mantan kamu itu?" Tajam dan sin

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 103. Masa Lalu yang Mengikuti

    "Omongan Nesti ga usah didengarin, Reen. Cewek tomboy ini rada sableng emang." Randy melotot karena jengkel."Hati-hati, Reen! Dia suka makan cewek, hehe ..." Nesti makin jadi."Sudah sana jauh-jauh, hari sial aku ketemu kamu." Randy mendorong Nesti agar pergi dari situ."Bye, Maureen! Bye, ex babe, hee ... hee ..." Masih sempat juga Nesti berceloteh.Maureen makin masam mukanya. Hatinya tidak karuan melihat pemandangan tak terduga di depannya."Reen ..." panggil Randy. Randy bisa membaca tatapan Maupun yang berubah tidak secerah tadi."Oo ... iya. Kita masuk?" kata Maureen. Dia langsung melangkah duluan ke gedung bioskop mencari tempat duduknya.Randy mengikuti dan duduk di sisi Maureen. Dia menaruh popcorn di antara mereka. Dia beli satu tapi yang jumbo.Maureen tidak lagi konsentrasi dengan situasi. Tidak juga bisa memperhatikan film yang mulai ditayangkan. Dia memikirkan Nesti dan kata-katanya. Yang Maureen tangkap, Randy biasa bebas dengan cewek. Entah kenapa perasaannya jadi kur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status