Share

bab 3

Wanita lain dihati suami

Pria bernama Arya Wijaya itu menoleh kebelakang, memastikan tak ada yang menguping obrolannya ditelpon. Berdiri di dekat meja kerja sambil berpikir, dia kebingungan harus membawa sesuatu yang bisa membuat nya kembali romantis dengan kekasih gelapnya.

"Mas, sedang apa ?." Suara lembut menyambut Arya disambungan telpon.

"Biasa, sayang. Rutinitas suami mu sangatlah padat, sekarang baru beres meeting. Dan semalaman nanti sudah dipastikan lembur."

Hembusan nafas berat terdengar jelas ditelepon, nampaknya Yunita kembali kecewa saat mendengar suaminya akan kembali lembur. "Kamu yakin mau lembur lagi ? apa enggak bisa kah di-handle orang kepercayaan ?."

"Enggak bisa, sayang. Aku harus bekerja keras, semua ini untukmu dan an...." Arya mengehentikan pembicaraan nya.

"Maksud mas anak kita kan ?. Maafkan aku, belum bisa memberimu keturunan, sudah tujuh tahun lamanya pernikahan kita."

Yunita kembali mengeluarkan Isak tangis nya, ia merasa menjadi wanita yang paling gagal dalam menjalani rumah tangga.

"Bukan begitu, sayang. Aku bahagia bersamamu, tanpa adanya keturunan sekalipun. Jangan sedih, aku selalu menyayangimu, peluk jauh untuk istriku, sayang."

"Mas, maafkan aku. Terimakasih selalu menyayangi aku, wanita yang cengeng dan manja. Love you, sampai bertemu lagi."

Sambungan telpon terputus, perasaan bersalah dalam diri Arya kian bersemayam. Perjalanan rumah tangganya dengan Yunita kian dihadapkan dengan berbagai masalah, dulu saat awal pernikahan belum memiliki apa-apa.

Sedari tadi Yunita sudah berdiri di depan pintu ruangan sang suami, ia mendengar semua percakapan Arya saat tengah menelpon kekasih gelapnya itu.

Dress putih yang masih melekat indah, membalut kecantikan yang paripurna. Rambutnya yang menjuntai ia biarkan menghiasi wajah cantiknya.

Tigapuluh menit sudah Yunita berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya, setelah mendengar percakapan tak biasa yang dilakukan Arya, Yunita memutuskan untuk masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Bahkan setelah dirinya menelpon dengan Arya, ia tak menyangka lelaki yang selama ini di anggap baik nyatanya berkhianat.

Selang beberapa menit setelah telpon dimatikan sepihak oleh sang istri, pintu kantor dibuka lebar oleh Yunita, Arya yang masih fokus menatap layar ponsel tiba-tiba dikagetkan dengan kehadiran Yunita. Tak disangka, wanita cantik nan ayu itu kini tengah berdiri dibelakangnya, kehadiran yang tak pernah diharapkan sang suami.

Sebuah kotak bekal makan siang berwarna hitam dijatuhkan ke dasar lantai murmer berwarna putih tulang, makanan yang ada didalamnya tumpah ruah menghiasi murmer putih.

Arya tersentak kaget setelah mendengar suara kencang yang ada dibalik punggungnya.

"Ss-ejjak kapan kamu berada di sini ?." Tanya Arya dengan gugup dan terbata-bata.

Ada ketakutan saat melihat sang istri sudah berada didepan mata. Nyalinya mendadak ciut.

"Tidak mungkin. Apa aku salah dengar ? aku mendengar semua percakapan mu dengan wanita yang ada di sambungan telpon. Siapa dia ? Dia selingkuhan mu ? Ayo jawab!."

"Apa maksudmu, sayang ? aku tadi menelpon dengan mu."

"Aku sudah berdiri di depan pintu ruangan kerja milikmu selama hampir 30 menit. Dan aku mendengar semua percakapan mu, siapa wanita itu ?."

Garis wajah mengetat jelas terlihat, matanya menampakkan sorot kekecewaan. Yunita yang biasanya manja kini menjadi seorang yang pemberani, kilatan dimatanya terlihat sangat jelas. Air mata tak mampu keluar, namun kesedihan nampak hadir. Tak setitik pun cairan bening itu tumpah, hati dan perasaannya memang kalang kabut, tetapi dirinya masih bisa menahan setiap gejolak yang kian bersemayam, ia masih siap bertarung menuntut sebuah penjelasan pasti.

"Sayang, kenapa tidak mengabari ku ? Aku bisa jemput kamu." Terlihat jelas kegugupan dan salah tingkah dalam wajah Arya.

"Kamu masak apa, sayang ? Tidak perlulah jauh-jauh membawakan bekal makan untuk ku, tadi mas lupa tak membawa bekal makanan buatan mu, sayang."

Langsung saja Arya berdiri, menghampiri Yunita yang masih mematung, ia tak menyangka kotak bekal berwarna hitam itu sudah jatuh, dan isinya berceceran menghiasi lantai.

"Masak apa, sayang ? Kelihatannya masakan spesial untukku." Nyali Arya kian ciut.

Arya membungkuk, ia mulai memunguti setiap makanan yang sudah jatuh berceceran menghiasi lantai putih. Setelah memunguti makanan yang jatuh, Arya berdiri mengelap tangannya dengan tissue, lalu menghampiri sang istri. Namun ta disangka, Yunita berjalan mundur, Arya kembali terkejut. Wanita bergaun putih itu kian menjauh dari dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status