Wanita lain dihati suami
Pria bernama Arya Wijaya itu menoleh kebelakang, memastikan tak ada yang menguping obrolannya ditelpon. Berdiri di dekat meja kerja sambil berpikir, dia kebingungan harus membawa sesuatu yang bisa membuat nya kembali romantis dengan kekasih gelapnya. "Mas, sedang apa ?." Suara lembut menyambut Arya disambungan telpon. "Biasa, sayang. Rutinitas suami mu sangatlah padat, sekarang baru beres meeting. Dan semalaman nanti sudah dipastikan lembur." Hembusan nafas berat terdengar jelas ditelepon, nampaknya Yunita kembali kecewa saat mendengar suaminya akan kembali lembur. "Kamu yakin mau lembur lagi ? apa enggak bisa kah di-handle orang kepercayaan ?." "Enggak bisa, sayang. Aku harus bekerja keras, semua ini untukmu dan an...." Arya mengehentikan pembicaraan nya. "Maksud mas anak kita kan ?. Maafkan aku, belum bisa memberimu keturunan, sudah tujuh tahun lamanya pernikahan kita." Yunita kembali mengeluarkan Isak tangis nya, ia merasa menjadi wanita yang paling gagal dalam menjalani rumah tangga. "Bukan begitu, sayang. Aku bahagia bersamamu, tanpa adanya keturunan sekalipun. Jangan sedih, aku selalu menyayangimu, peluk jauh untuk istriku, sayang." "Mas, maafkan aku. Terimakasih selalu menyayangi aku, wanita yang cengeng dan manja. Love you, sampai bertemu lagi." Sambungan telpon terputus, perasaan bersalah dalam diri Arya kian bersemayam. Perjalanan rumah tangganya dengan Yunita kian dihadapkan dengan berbagai masalah, dulu saat awal pernikahan belum memiliki apa-apa. Sedari tadi Yunita sudah berdiri di depan pintu ruangan sang suami, ia mendengar semua percakapan Arya saat tengah menelpon kekasih gelapnya itu. Dress putih yang masih melekat indah, membalut kecantikan yang paripurna. Rambutnya yang menjuntai ia biarkan menghiasi wajah cantiknya. Tigapuluh menit sudah Yunita berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya, setelah mendengar percakapan tak biasa yang dilakukan Arya, Yunita memutuskan untuk masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Bahkan setelah dirinya menelpon dengan Arya, ia tak menyangka lelaki yang selama ini di anggap baik nyatanya berkhianat. Selang beberapa menit setelah telpon dimatikan sepihak oleh sang istri, pintu kantor dibuka lebar oleh Yunita, Arya yang masih fokus menatap layar ponsel tiba-tiba dikagetkan dengan kehadiran Yunita. Tak disangka, wanita cantik nan ayu itu kini tengah berdiri dibelakangnya, kehadiran yang tak pernah diharapkan sang suami. Sebuah kotak bekal makan siang berwarna hitam dijatuhkan ke dasar lantai murmer berwarna putih tulang, makanan yang ada didalamnya tumpah ruah menghiasi murmer putih. Arya tersentak kaget setelah mendengar suara kencang yang ada dibalik punggungnya. "Ss-ejjak kapan kamu berada di sini ?." Tanya Arya dengan gugup dan terbata-bata. Ada ketakutan saat melihat sang istri sudah berada didepan mata. Nyalinya mendadak ciut. "Tidak mungkin. Apa aku salah dengar ? aku mendengar semua percakapan mu dengan wanita yang ada di sambungan telpon. Siapa dia ? Dia selingkuhan mu ? Ayo jawab!." "Apa maksudmu, sayang ? aku tadi menelpon dengan mu." "Aku sudah berdiri di depan pintu ruangan kerja milikmu selama hampir 30 menit. Dan aku mendengar semua percakapan mu, siapa wanita itu ?." Garis wajah mengetat jelas terlihat, matanya menampakkan sorot kekecewaan. Yunita yang biasanya manja kini menjadi seorang yang pemberani, kilatan dimatanya terlihat sangat jelas. Air mata tak mampu keluar, namun kesedihan nampak hadir. Tak setitik pun cairan bening itu tumpah, hati dan perasaannya memang kalang kabut, tetapi dirinya masih bisa menahan setiap gejolak yang kian bersemayam, ia masih siap bertarung menuntut sebuah penjelasan pasti. "Sayang, kenapa tidak mengabari ku ? Aku bisa jemput kamu." Terlihat jelas kegugupan dan salah tingkah dalam wajah Arya. "Kamu masak apa, sayang ? Tidak perlulah jauh-jauh membawakan bekal makan untuk ku, tadi mas lupa tak membawa bekal makanan buatan mu, sayang." Langsung saja Arya berdiri, menghampiri Yunita yang masih mematung, ia tak menyangka kotak bekal berwarna hitam itu sudah jatuh, dan isinya berceceran menghiasi lantai. "Masak apa, sayang ? Kelihatannya masakan spesial untukku." Nyali Arya kian ciut. Arya membungkuk, ia mulai memunguti setiap makanan yang sudah jatuh berceceran menghiasi lantai putih. Setelah memunguti makanan yang jatuh, Arya berdiri mengelap tangannya dengan tissue, lalu menghampiri sang istri. Namun ta disangka, Yunita berjalan mundur, Arya kembali terkejut. Wanita bergaun putih itu kian menjauh dari dirinya.Wanita lain dihati suami "ss-yangg....kenapa menjauh dariku ? Mendekat lah, aku suamimu, sayang." "Tidak! Kau jahat. Kau penipu, Mas. Aku benci hidup bersamamu." Kedua sorot mata wanita muda itu seperti tengah menyelidik, tak mampu lagi menahan segala sesak di dada. "Jelaskan semuanya." "Apa yang harus dijelaskan, sayang ? Aku tak melakukan apapun, aku mencintaimu, Yunita." Arya mencoba untuk tetap tenang ditengah ketakutannya, ia menganggap Yunita tak mengetahui apa-apa. "Siapa dia ?." "Apa maksudmu, sayang ? Siapa yang kamu maksud ? Aku tak mengerti, kenapa kamu bersikap seperti ini, sayang ?." Arya menahan segala kecemasan dalam dirinya. Ombak datang tanpa disengaja, membuat dirinya tak memiliki persiapan apa pun. Kekhawatiran yang selama ini menyelimuti dirinya kini menjadi sebuah kenyataan, pahit memang. Rahasia besar sekalipun akan tetap terbongkar, kesalahan yang diperbuat
Wanita lain dihati suami"Sayang dan cintamu untuk siapa lagi selain aku ? Kau pembohong!. Tegas Yunita bersuara, penekanan demi penekanan yang keluar dari bibir tipisnya. "Sudah cukup aku dibohongin olehmu, mas." Telunjuk tangannya diarahkan pada wajah suami. Wajah tampan itu hanya diam, menerima segala bentuk perkataan yang keluar dari bibir wanita muda itu."Kamu salah paham, sayang. Tenangkan dirimu." Arya ketakutan, ia tak berani mendekat saat melihat amarah dalam diri sang istri.Yunita berbalik menuju meja kerja suaminya, matanya melebar mencari ponsel milik Arya, yang ia yakini sebagai bukti untuk menjawab semua pertanyaan yang kini bersarang dalam otak. Ia lebih percaya pada ponsel yang akan berkata jujur dibanding mendengar penjelasan lelaki yang sudah berkata manis. Perkataan nya kini sudah tak bisa lagi dipercaya, setiap kata yang keluar dari bibir Arya tak lagi bermakna, hanya omong kosong yang membuat Yunita kini begitu membenci sosok pria y
Wanita lain dihati suamiSebaris aksara terpampang jelas dengan nama My honey. Arya cemas, mencari cara yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Pikirannya dihiasi dengan ketakutan luar biasa, ia tak bisa lagi mengelak. Sudah terlihat semua kebusukan yang ia sembunyikan selama ini, rahasia itu kini menjadi konsumsi sang istri.Disamping itu sang istri menatapnya tajam, sepasang mata elang itu kian terlihat jelas bagaikan kilatan petir yang akan menyambar. Menatap tajam sang suami yang tengah berdiri tegang, Yunita bagaikan singa betina yang akan menerkam mangsanya. Ia geram, amarahnya tak bisa lagi ia sembunyikan, dihadapan pria yang selama ini ia percayai nyatanya menyimpan pengkhianatan yang tak pernah ia sangka sebelumnya."Hallo ? Kamu siapa ? Apa kamu sudah menjalin hubungan lebih dari teman dengan suamiku ? Sudah sejauh mana kalian berhubungan ? Apa pernah mas Arya melakukan hubungan layaknya suami dan istri denganmu, Nona ? Bagaimana cinta dan kasih y
Wanita lain di hati suami"Selama berumah tangga denganmu, apapun yang mas minta selalu aku turuti. Aku yang berusaha menjadi apa yang kamu mau, tak pernah berulah sekalipun. Aku yang tak pintar memasak, belajar sampai bisa memasak demi dirimu, mas. Menjadi ibu rumah tangga seperti yang kamu mau, ikut di rumah kontrakan kecil milikmu pun aku turuti, meninggalkan setiap kemewahan yang diberikan papah untukku. Bahkan kamu pun tahu, aku dari lahir tak pernah sekalipun menyentuh alat memasak, di rumah aku dilayani bak ratu kerajaan."Arya diam, ia hanya bisa menelan ludah. Mulutnya kelu tak bisa mengeluarkan suara."Kurang apa lagi aku selama ini ? Pengorbanan ku masih kurang ? Aku yang tak pernah ternilai dimatamu, dan kau lelaki pengkhianat yang tak takut dengan dosa!." Yunita berteriak, suaranya memenuhi isi ruangan.Lelaki yang memakai jas hitam itu hanya diam, terlihat kedua matanya mengembun. Kedua tangannya terlihat melabuhkan diatas lutut san
Wanita lain dihati suamiKali ini pria yang ada dihadapan Yunita hanya diam, ia layak nya musuh yang sudah kalah di peperangan. Ia bisa tegas dan berwibawa dihadapan ratusan karyawan, dan di depan istrinya Arya bagaikan tawanan yang kian pasrah dan menyerah. Hanya menunduk lesu, ia tak mampu berkutik banyak. Takut akan kehilangan dan perpisahan.Menundukkan kepala dengan sempurna, ia tak bisa lagi mengeluarkan kata-kata, lebih memilih diam daripada salah ucap karena semua akan berakibat fatal. Kehadiran wanita lain itu sudah mengganggu kehidupan rumah tangganya, namun tanpa ia sadari sikapnya yang salah tak membuat Arya cepat mengakui perbuatannya.Arya hanya diam dan menggeleng. Terlihat jelas sendu dimatanya nampak kian jelas, ia bersedih dengan perbuatannya, namun tak mau mengakui."Kalau mas hanya diam, aku semakin berpikir kemana-mana. Kalau mas mau semuanya jelas, buka ponsel itu dengan sidik jarimu, lalu jelaskan sejelas-jelasnya. Kalau kam
Wanita lain dihati suami"Aku yang selalu berusaha meyakinkan Papah dan Mamah untuk bisa menikah denganmu, tapi nyatanya yang selama ini aku perjuangkan malah sebaliknya. Aku benci dikhianati, aku benci dibohongi. Tak ada kata maaf untuk cinta yang dikhianati, sekalipun itu ikatan pernikahan, karena bagiku pernikahan bukanlah ajang untuk saling menyakiti pasangan.""Aku hanya khilaf, tak mungkin bisa aku hidup tanpamu, Yunita. Kau bisa robek hatiku, lihatlah didalamnya ada mamamu yang senantiasa aku jaga, harapan demi harapan yang kita lalui akhirnya bisa sampai dititik ini, sayang.""Lalu kenapa sekarang kamu berkhianat ? Setelah semua perjuangan yang aku lakukan untukmu, apa masih kurang, Mas ? Aku hanyalah manusia biasa, kekurangan ku banyak sekali, tapi untuk berkhianat rasanya tidak mungkin ku lakukan. Aku masih punya harga diri.""Apa kurangnya aku selama ini, Mas ? Apa karena aku wanita bodoh ? Karena aku tak sepadan dengan mu yang sekarang
Wanita lain dihati suamiSampai di rumah dengan nafas tersengal-sengal, Arya menghampiri asisten rumah tangga yang tengah menyapu lantai."Di mana, BuYunita ? .""Ibu pergi ke rumah papahnya, pak."Arya sedikit bernafas lega, Yunita pergi dengan tangisan yang masih menjalar dan setelah mengucapkan kata berpisah. Disaat situasi seperti ini, semua pembelaan diri tak lagi berguna, percuma menjelaskan panjang lebar pun tak kan pernah didengarnya. Dimata sang istri, Arya tetaplah bersalah, dan harus menerima hukuman sekejam-kejamnya."Syukurlah, kalau terjadi apa-apa pada ibu tolong kabari saya, mbak."Sejak pertengkaran itu Yunita tak bisa lagi diajak damai dan mengobrol bersama, ia nampak acuh. Terus menuduh Arya berselingkuh, dan suaminya tetap kokoh dengan pendiriannya bahwa itu hanya permainan semata. "Baik, Pak. Sepertinya Ibu tak kan lama pergi ke rumah papahnya, tadi bilang pada saya hanya sebentar.""Kalau
Wanita lain dihati suami"Hah ? Yang benar saja, nak ? Itu tidak mungkin. "Itu benar, mah." Yunita menunduk, ia sedikit menyembunyikan mata nya yang merah dan sembab karena seharian terus menangis. Dibelainya dengan lembut rambut sang menantu yang begitu ia cintai. "Jangan bahas perceraian, sayang. Semua ada jalan keluarnya.""Tenangkan dirimu, nak. Semua ada jalan keluarnya.""Aku terlanjur sakit, mah.""Coba bicarakan semuanya dengan baik, jangan menggunakan ego dan hawa nafsu.""Pundak mamah akan selalu ada untukmu, kalau mau menangis, menangis lah di sini, mamah akan senantiasa mendengarkan semua keluh kesah mu."Mertuanya begitu sangat feminim dan memiliki naluri keibuan yang cukup kuat, sedang menantunya yang baru berusia 27 tahun tak bisa lagi menahan tangisnya. Kasih sayang mertuanya begitu tulus seperti ibu kandung sendiri. Sentuhan mamah mertua yang lembut, dan bisa menerima segala kekurang