Share

bab 5

Wanita lain dihati suami

"Sayang dan cintamu untuk siapa lagi selain aku ? Kau pembohong!. Tegas Yunita bersuara, penekanan demi penekanan yang keluar dari bibir tipisnya. "Sudah cukup aku dibohongin olehmu, mas." Telunjuk tangannya diarahkan pada wajah suami. Wajah tampan itu hanya diam, menerima segala bentuk perkataan yang keluar dari bibir wanita muda itu.

"Kamu salah paham, sayang. Tenangkan dirimu." Arya ketakutan, ia tak berani mendekat saat melihat amarah dalam diri sang istri.

Yunita berbalik menuju meja kerja suaminya, matanya melebar mencari ponsel milik Arya, yang ia yakini sebagai bukti untuk menjawab semua pertanyaan yang kini bersarang dalam otak. Ia lebih percaya pada ponsel yang akan berkata jujur dibanding mendengar penjelasan lelaki yang sudah berkata manis. Perkataan nya kini sudah tak bisa lagi dipercaya, setiap kata yang keluar dari bibir Arya tak lagi bermakna, hanya omong kosong yang membuat Yunita kini begitu membenci sosok pria yang selama ini menjalani rumah tangga bertahun-tahun dengannya.

Tangannya lincah mencari ponsel milik Arya, nafasnya terdengar memburu. Kedua mata milik Yunita seperti nampak ingin keluar dari tempatnya

"Kamu sedang apa, sayang ? Apa yang kamu mau dariku ?." Kepanikan terlihat dalam diri Arya, ia seakan ketakutan dengan Yunita yang tengah sibuk mencari ponsel miliknya.

"Hentikan, Yunita." Arya menarik lengan sang istri dengan paksa.

Biasanya Arya tak berani berlaku kasar, hanya sentuhan lembut yang sering ia lakukan pada, Yunita.

Yunita menatap tajam Arya. "Lepas, mas!."

Ia terus berontak, berusaha meloloskan diri dari cengkraman Arya. Semuanya bisa dikendalikan, Yunita yang tengah terbakar amarah mampu melepaskan cengkraman Arya. Tenaganya seperti terkumpul, sampai-sampai ia mampu lepas dari sang suami yang memiliki tubuh tegap dan kuat, dengan penuh rasa kecewa dan api cemburu, Yunita mendorong tubuh tegap suaminya sampai jatuh ke dasar lantai.

"Jangan begini sayangku, Yunita. Aku bisa jelaskan semuanya, kamu sudah termakan api amarah mu."

Meskipun sudah terjatuh Arya tetap mencoba mencegah tindakan sang istri, namun semuanya musnah saat melihat Yunita menemukan ponsel milik Arya. Wanita itu berhasil mencari apa yang ia yakini sebagai bukti. Ponsel itu bisa menjadi saksi kekecewaannya pada sang suami.

"Ponsel mu ada dua, mas ? Setahuku hanya ada satu yang berwarna putih, Lalu ini apa ? Milik siapa ? Cepat jawab semuanya!." Sorot matanya semakin menajam. Pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan.

Diangkatnya ponsel hitam itu kedepan wajah suami. Nampak kekhawatiran tergambar jelas dalam wajah Arya.

"Kamu pembohong! Sampai kapan kamu akan menghindar ? Sejak kapan kamu memiliki dua ponsel tanpa sepengetahuan ku ? Jawab Arya!."

"Semua keraguan ku selama ini ternyata benar, harta dan tahta sudah membuatkan mu, mas. Ingatlah perjuanganmu dulu, sebelum mendapatkan ini semua."

Tubuh Arya melemas, ia merasa dunia seakan runtuh. Dalam dirinya pasrah, ketakutan terbesar selama ini menjadi sebuah kenyataan. Apa yang dirahasiakan pelan-pelan terbongkar.

"Mau terus berbohong ? Sampai kapan ? Sampai aku benar-benar akan pergi dari hidupmu ? Hah ? Kau tidak lagi takut terhadap janji mu, aturan Tuhan pun dengan sengaja kau langgar. Bodohnya aku mempercayaimu sedalam ini, mas. Kau terlalu cerdik, menyimpan dua ponsel."

"Dengarkan mas, Yunita. Jangan seperti ini, aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Kita bicarakan semuanya dengan baik-baik. Kamu sudah termakan api cemburu yang belum pasti kebenarannya, ponsel yang datu itu aku pergunakan untuk bekerja, sayang." Arya memohon dengan wajah memelas.

"Sampai kapan kamu akan berbohong terus seperti ini, mas ? Kau pembohong besar!." Yunita mengutak-atik ponsel milik suaminya, ia menelan kecewa, ponselnya tak bisa dibuka, harus menggunakan sidik jari sang pemilik ponsel.

"Sudahlah, sayang." Arya merasa sedikit lega.

"Cepat buka ponselmu, mas.".

Arya diam, ia pura-pura tak mengerti.

"Mas, Arya!." Teriak Yunita dengan kesal.

"Kenapa, sayang ? Kamu enggak cape teriak-teriak seperti itu ? Duduklah dulu, tenangkan pikiranmu."

"Tidak. Tidak bisa! Aku bukan wanita bodoh yang bisa kamu bohongi terus menerus, bukalah ponsel milikmu, jika tidak ada rahasia apa pun, kamu tidak akan merasa ketakutan seperti sekarang. Berarti memang sudah jelas, semua kecurigaan ku selama ini benar, kamu berselingkuh!."

Ponsel milik Arya berdering, jelas tertera panggilan masuk bertuliskan My honey terpampang dilayar ponsel. Yunita terbelalak kaget, tubuhnya serasa lemas tak berdaya, gemuruh dalam dada kian terdengar jelas dan saling bertalu.

"Tenangkan dirimu, sayang. Mas akan ceritakan semuanya. Duduklah, sebentar saja."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status