Wanita lain dihati suami
"Sayang dan cintamu untuk siapa lagi selain aku ? Kau pembohong!. Tegas Yunita bersuara, penekanan demi penekanan yang keluar dari bibir tipisnya. "Sudah cukup aku dibohongin olehmu, mas." Telunjuk tangannya diarahkan pada wajah suami. Wajah tampan itu hanya diam, menerima segala bentuk perkataan yang keluar dari bibir wanita muda itu. "Kamu salah paham, sayang. Tenangkan dirimu." Arya ketakutan, ia tak berani mendekat saat melihat amarah dalam diri sang istri. Yunita berbalik menuju meja kerja suaminya, matanya melebar mencari ponsel milik Arya, yang ia yakini sebagai bukti untuk menjawab semua pertanyaan yang kini bersarang dalam otak. Ia lebih percaya pada ponsel yang akan berkata jujur dibanding mendengar penjelasan lelaki yang sudah berkata manis. Perkataan nya kini sudah tak bisa lagi dipercaya, setiap kata yang keluar dari bibir Arya tak lagi bermakna, hanya omong kosong yang membuat Yunita kini begitu membenci sosok pria yang selama ini menjalani rumah tangga bertahun-tahun dengannya. Tangannya lincah mencari ponsel milik Arya, nafasnya terdengar memburu. Kedua mata milik Yunita seperti nampak ingin keluar dari tempatnya "Kamu sedang apa, sayang ? Apa yang kamu mau dariku ?." Kepanikan terlihat dalam diri Arya, ia seakan ketakutan dengan Yunita yang tengah sibuk mencari ponsel miliknya. "Hentikan, Yunita." Arya menarik lengan sang istri dengan paksa. Biasanya Arya tak berani berlaku kasar, hanya sentuhan lembut yang sering ia lakukan pada, Yunita. Yunita menatap tajam Arya. "Lepas, mas!." Ia terus berontak, berusaha meloloskan diri dari cengkraman Arya. Semuanya bisa dikendalikan, Yunita yang tengah terbakar amarah mampu melepaskan cengkraman Arya. Tenaganya seperti terkumpul, sampai-sampai ia mampu lepas dari sang suami yang memiliki tubuh tegap dan kuat, dengan penuh rasa kecewa dan api cemburu, Yunita mendorong tubuh tegap suaminya sampai jatuh ke dasar lantai. "Jangan begini sayangku, Yunita. Aku bisa jelaskan semuanya, kamu sudah termakan api amarah mu." Meskipun sudah terjatuh Arya tetap mencoba mencegah tindakan sang istri, namun semuanya musnah saat melihat Yunita menemukan ponsel milik Arya. Wanita itu berhasil mencari apa yang ia yakini sebagai bukti. Ponsel itu bisa menjadi saksi kekecewaannya pada sang suami. "Ponsel mu ada dua, mas ? Setahuku hanya ada satu yang berwarna putih, Lalu ini apa ? Milik siapa ? Cepat jawab semuanya!." Sorot matanya semakin menajam. Pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan. Diangkatnya ponsel hitam itu kedepan wajah suami. Nampak kekhawatiran tergambar jelas dalam wajah Arya. "Kamu pembohong! Sampai kapan kamu akan menghindar ? Sejak kapan kamu memiliki dua ponsel tanpa sepengetahuan ku ? Jawab Arya!." "Semua keraguan ku selama ini ternyata benar, harta dan tahta sudah membuatkan mu, mas. Ingatlah perjuanganmu dulu, sebelum mendapatkan ini semua." Tubuh Arya melemas, ia merasa dunia seakan runtuh. Dalam dirinya pasrah, ketakutan terbesar selama ini menjadi sebuah kenyataan. Apa yang dirahasiakan pelan-pelan terbongkar. "Mau terus berbohong ? Sampai kapan ? Sampai aku benar-benar akan pergi dari hidupmu ? Hah ? Kau tidak lagi takut terhadap janji mu, aturan Tuhan pun dengan sengaja kau langgar. Bodohnya aku mempercayaimu sedalam ini, mas. Kau terlalu cerdik, menyimpan dua ponsel." "Dengarkan mas, Yunita. Jangan seperti ini, aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Kita bicarakan semuanya dengan baik-baik. Kamu sudah termakan api cemburu yang belum pasti kebenarannya, ponsel yang datu itu aku pergunakan untuk bekerja, sayang." Arya memohon dengan wajah memelas. "Sampai kapan kamu akan berbohong terus seperti ini, mas ? Kau pembohong besar!." Yunita mengutak-atik ponsel milik suaminya, ia menelan kecewa, ponselnya tak bisa dibuka, harus menggunakan sidik jari sang pemilik ponsel. "Sudahlah, sayang." Arya merasa sedikit lega. "Cepat buka ponselmu, mas.". Arya diam, ia pura-pura tak mengerti. "Mas, Arya!." Teriak Yunita dengan kesal. "Kenapa, sayang ? Kamu enggak cape teriak-teriak seperti itu ? Duduklah dulu, tenangkan pikiranmu." "Tidak. Tidak bisa! Aku bukan wanita bodoh yang bisa kamu bohongi terus menerus, bukalah ponsel milikmu, jika tidak ada rahasia apa pun, kamu tidak akan merasa ketakutan seperti sekarang. Berarti memang sudah jelas, semua kecurigaan ku selama ini benar, kamu berselingkuh!." Ponsel milik Arya berdering, jelas tertera panggilan masuk bertuliskan My honey terpampang dilayar ponsel. Yunita terbelalak kaget, tubuhnya serasa lemas tak berdaya, gemuruh dalam dada kian terdengar jelas dan saling bertalu. "Tenangkan dirimu, sayang. Mas akan ceritakan semuanya. Duduklah, sebentar saja."Wanita lain dihati suamiSebaris aksara terpampang jelas dengan nama My honey. Arya cemas, mencari cara yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Pikirannya dihiasi dengan ketakutan luar biasa, ia tak bisa lagi mengelak. Sudah terlihat semua kebusukan yang ia sembunyikan selama ini, rahasia itu kini menjadi konsumsi sang istri.Disamping itu sang istri menatapnya tajam, sepasang mata elang itu kian terlihat jelas bagaikan kilatan petir yang akan menyambar. Menatap tajam sang suami yang tengah berdiri tegang, Yunita bagaikan singa betina yang akan menerkam mangsanya. Ia geram, amarahnya tak bisa lagi ia sembunyikan, dihadapan pria yang selama ini ia percayai nyatanya menyimpan pengkhianatan yang tak pernah ia sangka sebelumnya."Hallo ? Kamu siapa ? Apa kamu sudah menjalin hubungan lebih dari teman dengan suamiku ? Sudah sejauh mana kalian berhubungan ? Apa pernah mas Arya melakukan hubungan layaknya suami dan istri denganmu, Nona ? Bagaimana cinta dan kasih y
Wanita lain di hati suami"Selama berumah tangga denganmu, apapun yang mas minta selalu aku turuti. Aku yang berusaha menjadi apa yang kamu mau, tak pernah berulah sekalipun. Aku yang tak pintar memasak, belajar sampai bisa memasak demi dirimu, mas. Menjadi ibu rumah tangga seperti yang kamu mau, ikut di rumah kontrakan kecil milikmu pun aku turuti, meninggalkan setiap kemewahan yang diberikan papah untukku. Bahkan kamu pun tahu, aku dari lahir tak pernah sekalipun menyentuh alat memasak, di rumah aku dilayani bak ratu kerajaan."Arya diam, ia hanya bisa menelan ludah. Mulutnya kelu tak bisa mengeluarkan suara."Kurang apa lagi aku selama ini ? Pengorbanan ku masih kurang ? Aku yang tak pernah ternilai dimatamu, dan kau lelaki pengkhianat yang tak takut dengan dosa!." Yunita berteriak, suaranya memenuhi isi ruangan.Lelaki yang memakai jas hitam itu hanya diam, terlihat kedua matanya mengembun. Kedua tangannya terlihat melabuhkan diatas lutut san
Wanita lain dihati suamiKali ini pria yang ada dihadapan Yunita hanya diam, ia layak nya musuh yang sudah kalah di peperangan. Ia bisa tegas dan berwibawa dihadapan ratusan karyawan, dan di depan istrinya Arya bagaikan tawanan yang kian pasrah dan menyerah. Hanya menunduk lesu, ia tak mampu berkutik banyak. Takut akan kehilangan dan perpisahan.Menundukkan kepala dengan sempurna, ia tak bisa lagi mengeluarkan kata-kata, lebih memilih diam daripada salah ucap karena semua akan berakibat fatal. Kehadiran wanita lain itu sudah mengganggu kehidupan rumah tangganya, namun tanpa ia sadari sikapnya yang salah tak membuat Arya cepat mengakui perbuatannya.Arya hanya diam dan menggeleng. Terlihat jelas sendu dimatanya nampak kian jelas, ia bersedih dengan perbuatannya, namun tak mau mengakui."Kalau mas hanya diam, aku semakin berpikir kemana-mana. Kalau mas mau semuanya jelas, buka ponsel itu dengan sidik jarimu, lalu jelaskan sejelas-jelasnya. Kalau kam
Wanita lain dihati suami"Aku yang selalu berusaha meyakinkan Papah dan Mamah untuk bisa menikah denganmu, tapi nyatanya yang selama ini aku perjuangkan malah sebaliknya. Aku benci dikhianati, aku benci dibohongi. Tak ada kata maaf untuk cinta yang dikhianati, sekalipun itu ikatan pernikahan, karena bagiku pernikahan bukanlah ajang untuk saling menyakiti pasangan.""Aku hanya khilaf, tak mungkin bisa aku hidup tanpamu, Yunita. Kau bisa robek hatiku, lihatlah didalamnya ada mamamu yang senantiasa aku jaga, harapan demi harapan yang kita lalui akhirnya bisa sampai dititik ini, sayang.""Lalu kenapa sekarang kamu berkhianat ? Setelah semua perjuangan yang aku lakukan untukmu, apa masih kurang, Mas ? Aku hanyalah manusia biasa, kekurangan ku banyak sekali, tapi untuk berkhianat rasanya tidak mungkin ku lakukan. Aku masih punya harga diri.""Apa kurangnya aku selama ini, Mas ? Apa karena aku wanita bodoh ? Karena aku tak sepadan dengan mu yang sekarang
Wanita lain dihati suamiSampai di rumah dengan nafas tersengal-sengal, Arya menghampiri asisten rumah tangga yang tengah menyapu lantai."Di mana, BuYunita ? .""Ibu pergi ke rumah papahnya, pak."Arya sedikit bernafas lega, Yunita pergi dengan tangisan yang masih menjalar dan setelah mengucapkan kata berpisah. Disaat situasi seperti ini, semua pembelaan diri tak lagi berguna, percuma menjelaskan panjang lebar pun tak kan pernah didengarnya. Dimata sang istri, Arya tetaplah bersalah, dan harus menerima hukuman sekejam-kejamnya."Syukurlah, kalau terjadi apa-apa pada ibu tolong kabari saya, mbak."Sejak pertengkaran itu Yunita tak bisa lagi diajak damai dan mengobrol bersama, ia nampak acuh. Terus menuduh Arya berselingkuh, dan suaminya tetap kokoh dengan pendiriannya bahwa itu hanya permainan semata. "Baik, Pak. Sepertinya Ibu tak kan lama pergi ke rumah papahnya, tadi bilang pada saya hanya sebentar.""Kalau
Wanita lain dihati suami"Hah ? Yang benar saja, nak ? Itu tidak mungkin. "Itu benar, mah." Yunita menunduk, ia sedikit menyembunyikan mata nya yang merah dan sembab karena seharian terus menangis. Dibelainya dengan lembut rambut sang menantu yang begitu ia cintai. "Jangan bahas perceraian, sayang. Semua ada jalan keluarnya.""Tenangkan dirimu, nak. Semua ada jalan keluarnya.""Aku terlanjur sakit, mah.""Coba bicarakan semuanya dengan baik, jangan menggunakan ego dan hawa nafsu.""Pundak mamah akan selalu ada untukmu, kalau mau menangis, menangis lah di sini, mamah akan senantiasa mendengarkan semua keluh kesah mu."Mertuanya begitu sangat feminim dan memiliki naluri keibuan yang cukup kuat, sedang menantunya yang baru berusia 27 tahun tak bisa lagi menahan tangisnya. Kasih sayang mertuanya begitu tulus seperti ibu kandung sendiri. Sentuhan mamah mertua yang lembut, dan bisa menerima segala kekurang
Wanita lain dihati suami"Akhirnya....Sudah dulu ya, sayang.Takut ketahuan, nanti tambah pusing." Panggilan telepon dimatikan, Mamah Lita kembali berjalan menuju menantunya yang masih bersedih."Sudah, sayang. Jangan bahas perceraian, semua rumah tangga ada ujiannya."Mamah Lita memeluk menantunya, jari jemarinya sibuk membereskan rambut Yunita yang sedikit berantakan menutupi wajah. Ia mengelap airmata yang masih bercucuran, perlakuan dan kasih sayangnya tak perlu diragukan lagi. Ia sudah menganggapnya sebagai anak kandung sendiri."Rumah tnaggyitu tidak mudah, sayang. Akan selalu ada cobaan, kamu harus kuat menghadapinya. Dan perlu diingat, Arya juga perlu hal lain, ia tka bisa terus dikekang agar selalu ada untukmu, suami mu juga butuh kebebasan, sayang. Namanya juga menyatukan dua kepala berbeda dari keluarga yang beda, sudah pasti akan ada guncangan-guncangan kecil."Mamah Lita bersikap baik dan manis pada Yunita, ia member
Wanita lain dihati suami"Mah, tolong jangan terus mendesakku seperti ini, aku cape, pusing."Mamah Lita melotot tanda tak menyukai apa yang diucapkan Arya. "Kamu kalau dikasih tahu orangtua tuh ngeyelnya minta ampun. Ini kesempatan bagus, Arya. Lepaskan Yunita secepatnya, kekasihmu saat ini lebih baik. Kamu harus bertanggungjawab, kamu memacari anak orang dan keluarganya sudah tahu tentang hubungan kalian berdua, tak sepantasnya kamu lari dari kenyataan dan tanggungjawab. Mereka sudah berharap lebih padamu, Arya. Ingatlah semua dengan janji mu."Arya terdiam, ia nampak bingung."Lusi itu tentunya lebih baik dari Yunita, dia cantik, berwawasan luas, tidak manja dan bodoh seperti istrimu sekarang. Lagian Mamah masih ingat dengan janjimu yang akan menikahi Lusi. Kamu harus ingat itu. Cepat ceraikan, Yunita. Jangan kelamaan mikir, yang ada nanti kamu lepas begitu saja dari, Lusi. Keluarga nya orang-orang hebat, Mamah suka dengan kepribadian nya."
Wanita Lain Dihati Suami "Heh! Kamu ngomong sembarangan. Aku bukan wanita badut, aku csntik dan sexy! Bicaralah yang sopan padaku." Lusi semakin mendekat pada Yunita, ia sudah tak tahan ingin menampar istri pertama Arya.Yunita tertawa dengan sangat keras, suaranya terdengar menggema memenuhi ruangan, sorot matanya terlihat kentara wajahnya yang ia buat menguat."Hahaha, ngaca dulu kalau ngomong. Wajah mirip badut aja bangga! Silahkan saja ambil Mas Arya sesuka mu, aku tidak membutuhkan lelaki pengecut sepertinya." Telunjuk tangan Yunita terarah tepat didada bidang milik sang suami, ia menekan nya sembari melangkah pergi."Heh dasar wanita mandul." Umpat Lusi dengan nafas tersengal-sengal, wajahnya merah padam dengan rambut yang terlihat tak beraturan.Yunita berbalik badan saat tengah berjalan menyusuri tangga. "Bukan aku yang mandul, tapi Tuhan yang tak mempercayai Mas Arya untuk memiliki keturunan!." Lusi yang hendak menyusul Yunita di lantai dua, namun dengan cepatnya Arya menar
Wanita Lain Dihati Suami "Berani kamu mengusik rumah tanggaku, maka kamu harus menanggung akibatnya. Perbuatan yang selama ini kamu perbuat harus mendapatkan ganjaran yang setimpal." Lengannya ia kepal dengan kuat, wajahnya terlihat mengeras, emosi dalam dada semakin meletup-letup.Di lantai satu terlihat Lusi yang menatap tajam ke arah Yunita, wanita itu nampak menaruh kebencian yang teramat dalam, ia kini resmi menjadi madu yang akan tinggal satu atap dengan istri tua."Mas, aku cape, ambilkan minum untukku." Perintah Lusi pada Arya sembari menarik lengan sang suami dengan manja."Duduk lah dulu, aku akan ambilkan minum untukmu." Yunita pergi ke kamar setelah melihat madunya yang terlihat manja dihadapan dirinya, Lusi seperti tengah memamerkan kelihaiannya dalam merayu Arya.Pintu kamar ditutup dengan cepat, tak lupa ia kunci. "Lihat saja jamu Lusi, kamu sudah merebut apa yang selama ini aku pertahankan. Dan kamu Mas Arya, tega-teganya mendua dengan alasan tak pasti." *****Malam
Keesokan harinya Yunita melaksanakan rutinitas pagi, ia pergi sarapan seorang diri, di meja makan sudah tersaji roti dengan topping telor ceplok, tak lupa segelas susu hangat yang tak pernah ia lewatkan.Terdengar deru kendaraan mobil yang terparkir di halaman, Yuni tetap fokus memakan sarapan yang sudah disiapkan asisten rumah tangganya. Mulutnya terus mengunyah, ia tak mempedulikan siapa yang sudah datang.Pintu utama terbuka lebar, dua sosok yang tak asing datang ke rumah Yunita dan Arya. Tamu yang tak pernah diharapkan itu datang dengan hati yang berbunga-bunga, Yuni yang tak menyadari kedatangan Arya dan Lusi tetap fokus sarapan."Yunita." Ucap Arya diseberang sana."Sepertinya istri kamu pura-pura tak mendengar kedatangan kita, Mas." "Dia lagi sarapan, bisa saja tak mendengar nya."Arya menghampiri Yunita, ia menepuk pundaknya. "Sayang, aku datang."Yunita tersentak kaget, roti yang ia genggam jatuh ke meja makan. "Kamu mengagetkan ku saja." Ucapan nya terdengar ketus."Aku kes
Wanita Lain Dihati Suami "Mas, kamu di mana ? Aku kangen kamu. Bisa antar aku belanja tidak hari ini ? Hanya sebentar saja." Terdengar suara Lusi diseberang telpon, wanita itu terlihat aktif dan tak bisa bersikap elegan seperti yang dilakukan Yunita."Nanti aku pulang, hari ini aku ingin menghabiskan waktu ku sebentar saja dengan Yuni. Sore atau setelah dzuhur aku akan menemanimu." Telpon dimatikan sepihak oleh Arya, ia tak memberi aba-aba.Yunita yang kini tengah duduk diatas ranjang dengan memegangi ponsel, wajahnya terlihat tak mempedulikan kehadiran Arya. "Yuni, aku ingin mengajakmu pergi jalan-jalan. Sudah lama sekali kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama, aku merindukanmu." Ajak Arya dengan tatapan sendunya."Aku ingin menghabiskan waktu ku di rumah, pergilah, ajak istri kedua mu pergi belanja. Aku hanya butuh istirahat.""Hanya sebentar saja, aku mampu berlaku adil padamu dan juga Lusi." Arya terlihat memohon."Kalau aku bilang tidak, berarti memang aku tidak ingin per
Wanita Lain Dihati Suami Satu minggu sudah pernikahan Arya dan Lusi, tidak ada tanda-tanda Lusi untuk pindah rumah, wanita itu masih terus mencoba dengan sangat keras, membujuk sang suami untuk cepat bisa memboyong nya ke rumah utama yang ada di Jakarta."Mas, aku ingin pindah dari sini. Ini rumahnya kurang besar, tidak seperti rumahmu yang ada di Jakarta."Arya menghembuskan nafas kasar, ia yang tengah menyisir rambutnya di depan cermin rias. "Lusi, tunggu waktu yang tepat untuk aku berbicara empat mata dengan Yunita.""Kapan ? Kamu takut padanya ? Sampai-sampai harus menunggu persetujuan dia, bukankah semuanya milikmu, Mas ?.""Rumah itu aku buat khusus untuk Yunita, ia yang merancang semuanya. Aku harus meminta izin terlebih dahulu untuk membawamu tinggal di sana, aku harus berlaku adil."Terlihat jelas raut wajah istri kedua itu menandakan ketidak sukaan nya pada Yunita, alis hitamnya terlihat kentara dengan lipstik merah yang begitu menyala."Aku harus sabar seperti apa lagi, Ma
Wanita Lain Dihati SuamiKamar yang sudah dihiasi dengan bunga, ranjang besi yang ditaburi bunga mawar merah, membuat kesan syahdu dan malam pertama semakin lekat."Mas, aku bahagia banget bisa nikah secara resmi denganmu, dan sekarang, aku resmi menjadi nyonya Arya." "Iya, sayang." Keduanya saling berhadapan di atas tempat tidur yang sudah dihias. Hembusan nafasnya kian terasa hangat memenuhi wajah Lusi, Angga tanpa henti menatap kedua sorot mata sang istri, begitu lekat, lengangnya dengan sigap menyentuh wajah yang sudah dipoles make-up."Apakah aku cantik ?.""Cantik." "Lebih cantik aku dibanding Yunita ?.""Iya, sayang." Seolah terhipnotis dengan suguhan yang ada dihadapannya kini, Angga menuruti semua yang dikatakan sang istri."Kalau gitu, ajak aku tinggal di rumah utama mu, sayang." Lengan lentik itu menyentuh bibir tipis milik sang suami."Iya, tenang saja, sayang. Malam ini aku hanya ingin melakukan hubungan denganmu, jangan membahas hal lain."Seolah sudah mengerti dengan
Wanita Lain Dihati SuamiAkad nikah dilaksanakan selepas dzuhur, langsung setelah akad digelarnya resepsi yang terbilang sederhana, namun tetap saja tamu undangan yang datang cukup banyak. Membuat Arya kelelahan untuk terus tersenyum manis.Waktu terasa lambat, Arya terlihat kelelahan menyambut tamu yang silih bergantian, Lusi nampak sengaja mengundang banyak teman dekatnya dan keluarga, ia sengaja ingin memamerkan pernikahannya dengan Arya, secara pria yang bersamanya kini seorang pengusaha ternama dengan asetnya di mana-mana."Sabar ya, sayang. Sebentar lagi tamu undangan bakalan pergi kok, nanti malam aku akan memberikan service terbaik, ayolah tersenyum ramah dihadapan tamu undangan, wajahnya jangan ditekuk seperti itu." Lusi membelai lembut wajah sang suami.Banyak tamu berdatangan saling bergantian, termasuk keluarga Lusi, mereka terlihat asyik menikmati pesta sederhana yang dibalut dengan kemeriahan musik. "Aku cape, tamu undangan mu terlalu banyak." Ucap Arya dengan wajah kes
Wanita Lain Dihati SuamiYunita pergi berolahraga di halaman rumah, ia senang menikmati udara pagi yang masih terasa segar, dihirupnya dengan tenang satu persatu udara yang membuat otak menjadi jernih untuk berpikir.Terlihat dari jauh, seorang pria tampan mengenakan pakaian olahraga berjalan menuju Yunita, Arya dengan langkah kakinya yang panjang menuju sang istri."Kenapa enggak ngajak aku olahraga bareng kamu ?."Yunita terdiam. Tak ada respon apapun, hanya matanya yang menatap nyalang ke arah sang suami."Jawab aku, Yunita." "Pergilah. Jangan mengikuti ku.""Kenapa kamu tetap seperti ini, sayang ?." Arya menarik lengan sang istri, dicekal nya dengan cepat agar tak berontak.Kali ini Yunita tak mampu menahan tenaga lelaki yang ada dihadapannya kini, tubuh mungilnya dipeluk dengan erat, Yunita jatuh dalam pelukan yang tak ingin ia harapkan.Arya memeluknya dengan erat, sampai wanita itu sulit untuk bernapas."Lepaskan aku, lepaskan, Arya." Yunita sedikit berteriak dengan lengan yan
Wanita Lain Dihati Suami"Kamu lagi ngapain, sayang ? Tolong buka pintunya. Ini aku, Arya. Ingin bertemu dan mengobrol denganmu." Suara Arya terdengar ditelinga Yunita, sepagi ini ia sudah datang ke rumah yang ada di Jakarta, rumah utama yang selama ini sudah ia tempati."Sayang, cepatlah buka pintunya. Aku membawakan sarapan kesukaan mu, ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan padamu, sayang.""Untuk apa dia memanggilku dengan kata sayang ? Setelah pengkhianatan itu dengan entengnya ia memanggilku dengan kata-kata manisnya, aku bukan wanita rendahan yang bisa kamu taklukkan begitu saja." Yunita bergeming sembari menatap ke arah pintu kamar."Sayang, cepatlah buka pintunya. Aku ingin sarapan denganmu, kali ini saja."Arya terus mengetuk pintu kamar, bahkan ia setengah menggedor agar dibuka cepat oleh sang istri.Yunita melepaskan mukenanya terlebih dulu, ia membukakan pintu kamar yang sedari tadi sudah diketuk terus menerus."Kenapa tidak cepat-cepat dibuka pintunya, sayang ?.""Sholat.