Share

bab 2

Wanita Lain Dihati Suami

Aku yang tak pernah menuntut apapun pada suami, membuat lelaki yang membersamaiku seringkali berucap bosan. Entah wanita seperti apa yang ia inginkan.

Malam hari dihiasi taburan bintang yang menawan, Arya yang tengah asyik memainkan ponsel miliknya, tanpa disengaja Yunita melihat percakapan pesan singkat yang menghiasi ponsel milik suaminya.

Ia tak segan-segan untuk membuka ponsel itu saat sang suami pergi ke kamar mandi, dengan perasaan tak karuan, Yunita membuka dengan cepat ponsel yang tergeletak diatas nakas dekat tempat tidur.

Nomor ponsel dengan nama si pengguna yang mencurigakan bernama Samid, foto profil seorang wanita dengan dandanan yang terlihat menor dan lebih tua. Yunita terbelalak kaget dengan setiap isi chat sang suami dengan nomor yang bernama Samid, rupanya Arya bermain api dibelakang Yunita.

*****

Satu minggu sudah Yunita mengetahui pengkhianat yang dilakukan Arya, ia masih terus mengumpulkan banyak fakta, namun kerapkali Yunita termakan janji manis yang dilontarkan Arya, ia kembali percaya pada suaminya.

Yunita yang sangat mencintai Arya dijadikan tameng oleh suaminya sendiri, ia merayu sang istri dengan berbagai macam cara agar tetap percaya padanya.

"Aku cape dan bosan, hidup seperti ini terus. Tak ada perubahan." Ucap Arya dengan wajah kusut.

"Maksud mas Arya apa ? perubahan seperti apa yang mas harapkan ?."

"Aku membayangkan setiap pulang kerja disambut senyuman hangat oleh anak, tapi ternyata semua hanya khayalan semata. Aku enggak bisa mewujudkan itu, entah sampai kapan Tuhan memberikan cobaan seperti ini, cape."

Yunita menarik nafas panjang. "Bukan mas aja yang bosan menjalani hidup seperti sekarang, aku juga merasakan kesepian luar biasa. Bahkan kadang siang hari aku menangisi nasib buruk ini, maafkan aku yang belum bisa memberimu keturunan."

"Sudahlah, sayang. Semuanya kehendak Tuhan, yang penting kita sudah berusaha. Pasrahkan saja semuanya, mas juga cape sebenarnya, tapi mau gimana lagi."

"Peluk aku mas, kehangatan saat di dekatmu membuat ku merasa tenang." Arya memeluk Yunita, keduanya larut dalam kesedihan.

*****

Pagi hari tiba, meja makan sudah dihiasi sarapan. Dress berwarna putih dengan rambut sepinggang membuat kecantikan Yunita kian bertambah, kulit putih nan mulus membuat nya terlihat cantik sempurna.

"Sarapan dulu, mas."

"Iya, sayang. Mas akan menyusul."

Yunita berjalan menuju pintu kamar, rambutnya menjuntai nampak indah saat berjalan menyusuri setiap anak tangga. Ada keanehan di pagi hari, biasanya sang suami akan pergi sarapan berbarengan, bahkan berjalan beriringan untuk menuju ruang makan, namun kali ini Arya justru tengah sibuk memainkan benda pipih dikamar seorang diri.

Sepuluh menit sudah Yunita menunggu kehadiran Arya dimeja makan, ia berdecak kesal, mulutnya yang tipis terlihat sebal. Sarapan yang biasanya ditemani sang suami, kali ini hanya seorang diri. Entah kemana Arya, ia tak kunjung turun dari kamar. Yunita memutuskan untuk sarapan lebih dulu, ada hal lain yang harus ia kerjakan di butik miliknya.

Dua puluh menit sudah dilaluinya, sarapan seorang diri, suami yang tak kunjung keluar kamar. Selesai sarapan, Arya nampak menuruni anak tangga dengan mengenakan jas berwarna hitam. Ia terlihat jalan terburu-buru, berdiri dengan meneguk susu yang sudah disiapkan asisten rumah tangga.

"Rotinya makan dulu, mas."

"Enggak bisa, sayang. Mas buru-buru mau pergi ke kantor, maafkan mas. Enggak bisa sarapan sama kamu."

"Oh, ya sudah. Hati-hati di jalan." Yunita mencium punggung tangan Arya.

Arya nampak terburu-buru dan langsung bergegas pergi meninggalkan rumah, seperti biasa sopir pribadinya yang sudah mengerti dengan segala kesibukan sang majikan.

Di kantor tempat ia bekerja, sudah menjadi rumah keduanya. Ia seringkali menghabiskan waktu, sampai lupa kehadiran istri tercinta di rumah yang selalu menantikan kepulangan dirinya.

"Iya, halo by ? kamu kemana aja ?." Suara wanita yang ada disambungan telpon begitu mendayu-dayu.

"Maafkan aku, tadi di rumah enggak sempat menghubungi kamu, by."

"Kamu takut sama istri mu ?."

"Enggak juga. Jangan bahas Yunita, aku enggak suka."

"Nanti malam aku ingin bertemu!, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Kalau sampai kamu tidak datang, aku enggak segan-segan bakalan datang ke rumah mu!."

Sambungan telpon terputus, suara wanita yang ada dalam panggilan itu membuat hati dan perasaan Arya semakin menggila. Pikirannya kerapkali kacau saat kekasih gelapnya itu memarahi dan tak mau menghubungi nya lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status