Share

Pria yang Menahan Amarah

Aster tak dapat memejamkan mata. Dia hanya berbaring dalam gelap. Tak mengerti apa pun.

Sinar matahari pun mengetuk jendela kamar. Dia terduduk di atas tempat tidur. Kepalanya menoleh ke jam weker.

Pukul enam pagi.

Matanya perih. Terganjal. Hanya saja sulit menutup.

"Mbak, kamu nggak masuk?" tanya Dini lewat panggilan telepon.

Aster berdeham. "Aku terlambat," suara serak Aster keluar.

"Sakit, Mbak? Mau aku susul ke rumah?" sahut Dini cemas.

"Nggak usah. Aku nggak apa - apa. Tolong minta Fuad gantiin untuk meeting di luar," timpal Aster.

Dini menyetujui. Dia pun menyudahi telepon.

Aster menarik dirinya dari tempat tidur. Menuju kamar mandi, berdiri di bawah pancuran. Air dingin membangunkannya.

Semakin dingin terasa menerpa, Aster keluar. Berbalut handuk, dia duduk di meja rias. Menatap sendu bayangannya di cermin.

Baru juga kemarin dia berdandan cantik. Senyum merekah sepanjang hari. Lenyap dalam semalam.

Mereka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status