Share

Di Bawah Bulan Purnama

Aster mengintip ke teras. Papanya duduk membaca buku. Dia menyelinap keluar, duduk di kursi sebelah Huda.

"Pa, masih marah?" tanya Aster lirih.

Huda menggeram saja. Masih fokus pada buku pertanian yang dibaca. Tidak menghiraukan Aster yang memijat pundaknya.

"Aster sudah bicara sama Panji. Tadi sudah cerita banyak."

"Apa yang banyak? Cuma satu cerita."

"Ya, gitu, Pa. Garis besarnya. Aster bayangin saja malu, Pa. Apa lagi papa waktu itu di sana langsung."

"Papa nggak malu. Papa di sana jemput adik kamu pulang. Ngapain malu di tempat hajatan orang."

"Terus kenapa papa masih marah sama Panji?"

"Ya, gimana nggak marah, As. Kalau ada apa apa sama Panji gimana coba? Misal dia dituduh bawa lari istri orang. Mau taruh di mana?"

"Muka papa?"

"Hush! Nggak sopan kamu. Gitu lah, As. Kamu paham lah. Masak kayak gitu kamu juga nggak tahu."

Aster mengangguk angguk. Dia melanjutkan memijat lengan papanya. Seraya memikirkan perkataan sang ayah.

"Pa, misal Panji sudah ketemu sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status