Share

Bencana Cinta Sang Adik

Selesai prahara kecil di meja makan, Huda pergi bersama Laura. Tidak memberitahu anak anak mereka arah dan tujuan. Tidak berpesan apa pun.

Aster yang tidak mendapat jawaban atas keingintahuannya, masuk ke kamar. Ada baiknya dia membasuh diri. Agar segar dan bersih, sehingga bisa berpikir jernih.

Sedang asyik mengeringkan rambut, pintu kamarnya diketuk. Suara Panji memanggil dari luar. Aster mematikan hair dyer dan membukakan pintu.

"Mbak, kamu mau pulang jam berapa?" tanya Panji.

Pandangan Panji tidak terarah ke kakaknya. Berlari ke sana ke sini. Gelagatnya tidak mudah diperkirakan.

"Besok pagi pagi. Dari rumah langsung ke kantor. Ada apa?"

"Boleh bicara sebentar?"

"Kamu nggak siap siap buka warung?"

"Sudah sama anak anak. Sebentar saja, Mbak."

"Mau bicara soal apa?"

Panji tidak lantas menjawab. Dia mendorong kakaknya masuk ke dalam kamar. Menarik duduk di tepi tempat tidur.

Terasa jelas kegundahan yang dirasakan oleh sang adik. Duduknya merunduk. Punggung meleng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status