Langit seolah-olah runtuh menimpa kepala Zoya melihat perzinaan sang suami di rumah mereka. Kebahagiaannya baru melahirkan bayi cantik, berubah menjadi malapetaka. Septian, suaminya memilih meninggalkan wanita itu dengan setumpuk permasalahan keuangan. Tekanan hidup yang berat nyaris membuat Zoya gelap mata ingin membunuh bayi yang baru berusia hitungan hari. Beruntung di detik terakhir iman dan akal sehat mengambil alih kesadarannya. Namun, semakin hari beban hidup makin pelik membuat wanita itu membuat pilihan sulit, antara menggadaikan iman atau kelaparan bersama anaknya.
View More"Tenang aja, kamu bisa tinggal di sini sampai semua beres."
"Apa istrimu setuju?""Pastilah dia setuju. Mana berani dia membantahku."Tangan Zoya yang memegang nampan berisi dua cangkir teh hangat mengerat, ketika mendengar percakapan suaminya dengan seorang wanita di ruang tamu. Septian memperkenalkan si wanita sebagai rekan kerjanya. Dia pikir kedatangan wanita itu hanya untuk bertamu saja, siapa kira kalau lelaki tersebut mengajak wanita lain tinggal bersama mereka.Sejak kandungan Zoya memasuki usia tiga bulan, sikap Septian berubah. Lelaki itu selalu pulang larut malam. Pesan-pesannya juga diabaikan, kadang hanya dibaca setelah beberapa jam. Septian bukan suami romantis, tetapi dia tidak pernah bersikap dingin kepada sang istri. Apalagi saat mengetahui rumah tangga mereka segera diramaikan dengan tangis bayi setelah dua tahun menunggu.Pernah wanita berkulit sawo matang itu bertanya, justru bentakan yang dia terima. Septian mengamuk membuat nyali Zoya menciut. Malam itu sejak pernikahan mereka, untuk pertama kali lelaki tersebut menyemburkan kata-kata kasar yang terus mengendap di ceruk kepalanya."Harusnya kamu bersyukur aku kerja keras. Memangnya uang turun dari langit? Untuk makanmu, biaya melahirkan butuh uang banyak. Kamu tinggal ongkang-ongkang kaki aja banyak cincong!"Lalu pintu kamar diempas Septian sangat keras. Lelaki itu tidak pulang selama empat hari membuat Zoya panik, hingga mencari ke kantor si lelaki. Alih-alih luluh melihat sang istri datang dengan perut buncit dan wajah pucat, Septian malah menarik wanita itu pulang dan mengancam agar tidak datang lagi ke kantornya. Dia bilang, Zoya membuat malu dengan penampilan lusuhnya."Zoya!" Panggilan Septian mengembalikan kesadaran si wanita. Dia mengerjap untuk menghalau kabut di matanya."Maaf, nunggu lama." Zoya meletakkan cangkir berisi teh yang dia bawa ke atas meja, "silakan diminum, Mbak."Wanita itu tersenyum tipis, seraya memindai penampilan Zoya. "Enggak perlu repot-repot."Zoya menggeleng pelan. "Enggak apa-apa, cuma teh aja."Mata Zoya memperhatikan jemari lentik si wanita, yang kukunya dihiasi kutek berwarna merah bergerak meraih gagang cangkir. Tangannya semakin terlihat cantik karena dua cincin emas melingkar di jari manis dan tengah."Ini pakai gula, ya?" Si wanita langsung memuntahkan teh di mulutnya ke dalam cangkir, lalu meletakkan benda itu ke atas meja dengan kasar."Iya, Mbak, memangnya kenapa?" Dahi Zoya berkerut. Bukankah teh memang harus diberi gula?"Apa kamu enggak kasih tahu istrimu aku biasa pakai gula diet?" Wanita itu mengabaikan pertanyaan Zoya. Dia justru menatap Septian dengan raut cemberut."Oh, maaf, aku lupa. Besok aku stock buat kamu, ya." Septian tersenyum sambil mengusap punggung tangan si wanita. Seolah-olah tidak menghargai keberadaan Zoya di sampingnya."Mas ...."Septian menoleh. Dia melengos melihat tatapan protes dari sang istri."Ini Mira. Rumahnya sedang renovasi, jadi dia akan tinggal di rumah kita untuk sementara waktu."Zoya mengernyit. Bisa-bisanya Septian mengizinkan Mira tinggal di rumah mereka tanpa membicarakan dengannya terlebih dahulu."Kalau istri kamu keberatan, enggak usah aja," ujar Mira dengan nada ketus."Ah, enggak, dia setuju, kok." Septian menoleh sekilas ke arah Zoya dengan tatapan tajam, "ayo kutunjukkan kamarmu."Septian bangkit diikuti oleh Mira. Zoya melihat suaminya menunjukkan kamar tepat di sebelah kamar mereka untuk ditempati Mira. Dia ingin memprotes saat Septian ikut masuk ke dalam kamar, tetapi tubuhnya seakan terpancang di atas kursi. Zoya bergeming sembari meredam rasa cemburu yang seketika hadir ke hatinya.Ngilu merayap pelan ke dada Zoya ketika mendengar gelak tawa dari dalam kamar. Logikanya menegur, mengingatkannya kalau apa yang dilakukan suaminya dan Mira tidak pantas. Namun, dia terlalu takut pada amukan si lelaki. Tubuhnya masih gemetar mengingat amarah Septian beberapa bulan yang lalu. Zoya hanya bisa meremas dasternya kuat-kuat dengan tatapan nanar ke arah kamar.*"Mas, sarapan dulu." Zoya meletakkan kopi yang baru dia seduh ke atas meja.Alih-alih Septian menoleh ke arah pintu kamar yang ditempati Mira tepat ketika wanita itu juga keluar. Darah Zoya berdesir melihat keduanya saling melempar senyum. Firasatnya mengatakan ada sesuatu antara suaminya dengan Mira."Mir, sarapan dulu. Zoya udah masak buat kita."Mira menengok makanan di atas meja. Dia berdecih sambil melihat jam di pergelangan tangan. "Sarapan dekat kantor aja, biar enggak telat. Lagian aku lagi pengen sarapan bubur ayam.""Ya, udah. Kita berangkat." Septian mengiyakan permintaan Mira. Dia tidak hirau melihat raut kecewa di wajah Zoya."Mas, setidaknya minum kopi dulu." Zoya mengangsurkan gelas kepada Septian. Rasa kecewa cukup terobati karena lelaki itu meneguk kopi buatannya sampai tandas.Zoya menatap kepergian kedua orang itu dengan pikiran berkecamuk. Cara Septian memperlakukan Mira sangat lembut. Lelaki itu juga lebih mendengarkan perkataan si wanita daripada ucapannya. Namun, Zoya mengusir prasangka buruk yang menghasut hati. Tidak mungkin Septian mengkhianatinya. Dia berkali-kali menyakinkan diri sendiri kalau suaminya benar-benar bekerja demi keluarga kecil mereka."Mbak, Zoya, wanita yang pergi bareng sama Septian itu siapa?" tanya salah seorang tetangga ketika Zoya mendekat untuk berbelanja di tukang sayur keliling yang berhenti di depan rumah, tepat ketika mobil Septian keluar pekarangan."Teman kantor Mas Tian, Buk," jawab Zoya sambil memilih-milih sayuran yang akan dimasak untuk makan malam."Yakin teman kerja? Hati-hati lho, Mbak. Banyak sekarang yang ngaku teman, ternyata malah pelakor.""Saya percaya Mas Tian, kok, Buk. Selama ini dia enggak pernah aneh-aneh.""Mbak Zoya polos banget. Mana ada laki-laki membawa teman wanitanya tidur di rumah kalau memang menghormati istrinya." Salah seorang tetangga ikut nimbrung. "Pokoknya Mbak Zoya enggak boleh lengah. Biasanya, istri lagi hamil suaminya suka berulah."Zoya tertegun. Kata-kata tetangganya mau tidak mau menyusup ke dalam kepalanya. Akan tetapi, cepat dia halau prasangka tersebut. Dia percaya Septian tidak akan setega itu padanya.*Malam semakin larut, tetapi Septian belum juga pulang. Pesan dan telepon dari Zoya diabaikan begitu saja. Berkali-kali wanita itu mengintip ke luar jendela setiap mendengar suara kendaraan, berharap suaminya yang pulang. Namun, sampai pukul sebelas malam tak juga tampak batang hidung Septian.Zoya berjalan mondar-mandir sambil mengelus perutnya. Dia tahu sebentar lagi bayinya segera lahir. Sejak sore gelombang kontraksi terus-menerus menghantamnya. Namun, dia menahan dengan menggigit kain kuat-kuat setiap rasa sakit itu datang. Dia masih berharap Septian menemaninya menyambut kelahiran anak mereka.Namun, rasa sakit semakin sering menerjang. Setiap lima menit Zoya harus perpegangan pada kedua lutut untuk meredam nyeri di bagian bawah perut. Dia mencoba menelepon Septian lagi, tetapi nihil. Tidak ingin terjadi sesuatu pada calon bayinya, Zoya memutuskan memesan mobil dari aplikasi dengan tujuan rumah sakit. Air matanya berderai mengingat sang suami. Di mana lelaki itu sekarang? Lupakah dia waktu bersalinnya tinggal menunggu hari saja? Untuk kesekian kali Zoya merasa diabaikan.Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo
Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah
Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se
Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat
Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali
Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema
Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e
Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay
"Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments