"Buk, tolong ... saya enggak tahu menahu tentang hutang Mas Tian. Saya juga udah datangi kantornya, tetapi dia udah resign."Zoya terus memohon kepada rentenir yang mencibir ke arahnya. Dia tak peduli meski harus merendahkan harga diri asal rumah tempat berteduh tidak disita."Kamu pikir saya dinas sosial? Kalau kamu bisa bayar uang tiga ratus juta, baru rumah ini saya kembalikan. Bisa enggak?!" balas si rentenir ketus. Tidak ada rasa iba di hatinya mendengar tangisan Azalea dalam gendongan Zoya."Saya memang enggak punya uang sebanyak itu, tapi janji nyicil." Zoya mengiba dengan suara parau.Wanita berdandan menor dan berpakaian super ketat malah tertawa nyaring. Dia mengempas tangan Zoya yang menggenggam tangannya."Nyicil? Bisa-bisa saya udah mati duluan, tapi hutang enggak lunas." Dia memberi isyarat kepada preman-preman yang dibawa segera masuk dan mengemasi pakaian Zoya.Melihat itu Zoya semakin panik. Dia berusaha menghalangi, tetapi kalah jumlah, tentu saja tubuh ringkihnya t
Zoya terus merintih ketika tubuhnya digilir keempat lelaki berandalan. Hatinya semakin perih mendengar tangisan Azalea yang diletakkan di atas rumput. Tatapan wanita itu nanar ke arah putrinya, seolah-olah mengatakan semua akan baik-baik saja. Namun, siapa yang coba dia dustai? Dia merasa Tuhan saja menutup mata atas perbuatan terkutuk yang dilakukan semua lelaki itu. Bagaimana semua akan baik-baik saja? Sementara dia tidak tahu apakah besok masih bernapas atau tidak."Ayo buruan, bentar lagi subuh!" Seorang lelaki yang selesai menggarap tubuh Zoya mengingatkan rekannya yang masih menikmati raga si wanita sembari menguras semua isi dompet Zoya.Setelah puas mereka pergi begitu saja meninggalkan Zoya yang lemah dengan pakaian berantakan. Tatapan wanita itu beralih ke langit yang masih terlihat gelap. Seakan menantang kekuasaan Tuhan. 'Lihat! Lihat apa yang dilakukan laki-laki keparat itu padaku? Katanya Engkau Mahapengasih dan Penyayang, tapi mengapa tak Engkau berikan pertolongan pad
"Ini kamu pakai buat ngerawat wajah kamu." Andrea menyodorkan paket perawatan lengkap dari merk Berl Cosmetics.Zoya mengamati semua benda yang ada di atas tempat tidurnya. Dia ingat Yani pernah memberikan produk dari merk yang sama. Sayangnya, belum sempat dipakai semua benda tersebut dan pakaiannya raib di malam terkutuk hari itu."Kok, bengong?" Andrea ikut duduk di atas tempat tidur. Dia melirik Lea yang menggeliat sembari tersenyum gemas. "Ish, pingin kucubit pipinya."Zoya ikut melirik ke arah putrinya. Dia ikut tersenyum melihat gaya tidur putrinya."Tadi aku udah ngomong sama Mas David."Raut Zoya seketika berubah tegang. "Trus gimana, Mbak?""Kalau kamu yakin mau kerjaan sama kayak aku, ya, enggak apa-apa."Seketika air muka Zoya berubah ceria. "Alhamdulillah, makasih, ya, Mbak. Duh, aku deg-degan."Andrea mengangguk. "Makanya aku suruh kamu pakai ini sebelum mulai bekerja. Pekerjaan kita membutuhkan wajah dan penampilan yang menarik. Mas David bilang kamu harus glow up dalam
Kaki Zoya terus mundur sembari mengeratkan jaket yang tersampir di bahunya. Mata wanita itu berkaca-kaca melihat lelaki tambun yang terus mendekat."Jangan, Pak ... saya enggak mau." Zoya menghiba dan menepis tangan si lelaki.Alih-alih kasihan mendengar permohonan Zoya, lelaki itu malah tertawa mengejek. Dia berhasil mencengkeram lengan si wanita, menarik paksa lalu mengempas ke atas tempat tidur."Dasar wanita murahan! Jangan sok jual mahal sama saya!"Tangis Zoya semakin keras. Dia mencoba mempertahankan harga dirinya. Bayang-bayang pemerkosaan itu semakin jelas melintas di tempurung kepalanya, tubuh wanita tersebut menggigil. Air terus saja menetes ke pipinya laksana aliran sungai di musim penghujan."Ayo, jangan buang-buang waktu atau kau ingin main kasar, hah!"Lelaki itu naik ke atas tempat tidur dan mendesak tubuh Zoya yang berada di ujung kepala ranjang. Dia terus mencoba menjamah tubuh si wanita, tetapi perlawanan yang diterima juga sangat keras. Di detik terakhir Zoya memil
"Kamu enggak apa-apa?" Andrea menelisik wajah Zoya. Sorot cemas tampak ketika melihat pipi sebelah kiri si wanita berwarna kehijauan.Zoya menggangguk, dia meringis ketika mencoba tersenyum. "Lea gimana, Mbak? Apa dia rewel?"Andrea menggeleng. "Kan, aku udah bilang dia anaknya anteng. Malah baby sitternya ikutan tidur."Zoya lega mendengar jawaban Andrea. Sejak tadi pikirannya gundah memikirkan Azalea. Ini pertama kalinya dia meninggalkan putrinya semalaman. "Maaf, aku ngerepotin Mbak.""Ck, enggak usah sungkan gitu. Kayak sama siapa aja, lagian bukan aku yang jaga, tapi suster."Andrea mencoba bercanda untuk mengurangi geletar ngilu di dada ketika menyadari tatapan David tidak lepas mengamati Zoya. Dia mencoba menghalau rasa cemburu yang mulai menyusup ke hatinya."Sekarang kamu rehat dulu. Lea udah aman sama Mbaknya." Lagi, Andrea memberi saran.Zoya menurut. Dia masuk ke dalam rumah, tetapi suara David menahan langkahnya."Ini obatnya diminum." Lelaki itu menghampiri Zoya, lalu
"Kasihan, ya, masih kecil udah ditinggal Ayahnya.""Sadis banget, masak suami lagi tidur ditusuk. Ih ... serem.""Sudah gila dia, kalau waras enggak mungkin ngebunuh suaminya sendiri.""Eh, dengar-dengar dia sering keluar malam. Sering juga liat laki-laki masuk ke rumah pas suaminya lagi pergi.""Jangan-jangan ...."Dugaan demi dugaan terus keluar dari mulut orang-orang saat melihat Ibu David digiring ke dalam mobil polisi. Wanita bertubuh kurus dan mengenakan daster lusuh yang sudah robek di bagian ketiak terus menunduk. Sebelum masuk ke dalam mobil polisi, dia menatap ke arah putranya yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum, seolah-olah mengatakan semua baik-baik saja.Hari demi hari selanjutnya dijalani David dalam asuhan kerabat ibunya. Alih-alih bahagia, bocah lelaki berusia sembilan tahun itu diperlakukan buruk. Dia tidak lagi disekolahkan dengan alasan keterbatasan biaya, lagipula siapa yang sudi menerima anak seorang pembunuh. Kejadian pagi buta dulu membuat ibunya digela
Dahi Zoya berkerut saat tidak menemukan putrinya di dalam kamar, padahal dia hanya ke dapur untuk membuat susu dan sudah memastikan Lea tidak ke mana-mana. Dia melihat ke sekeliling, tetapi tak tampak sosok anak berusia tujuh bulan itu. Dia mencoba mencari ke kolong tempat tidur, bukan apa-apa, Lea sedang aktif merangkak. Terakhir dia menemukan putrinya tidur tengkurap di bawah meja rias sambil memeluk ayam-ayaman, mungkin mainan Lea mengejar mainan itu hingga ke kolong meja.Panik mulai merasuki dada Zoya karena tidak menemukan putrinya di manapun. Nyaris dia berlari ke pos sekuriti yang menjaga gerbang rumah, untuk ikut mencari putrinya. Namun, langkah Zoya tertahan kala mendengar kekehan anak kecil di samping rumah, tepat di dekat kolam ikan. Lekas kakinya berlari ke arah sana, takut jika Lea merangkak terlalu jauh, lalu tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi, baru beberapa langkah dia tertegun melihat siapa yang bersama putrinya. Bibirnya ikut mengulas senyum melihat Azalea tertawa
Embun menyelimuti selaput mata Zoya melihat pemandangan di depannya, juga mengundang rasa haru bertandang ke dada. Untuk pertama kali setelah dilahirkan tujuh bulan yang lalu, Lea bisa merasakan kasih sayang seperti seorang ayah kepada putrinya. Tidak berlebihan rasanya jika wanita berambut panjang bergelombang itu menyimpulkan seperti itu. Bibir Lea tidak berhenti berceloteh bertanya ini dan itu kepada David. Meski terdengar seperti racauan, tetapi lelaki itu seolah-olah mengerti pertanyaan Lea.Selain sibuk berceloteh, Lea juga tidak mau tenang di gendongan David. Bukan tak ingin mengambil alih putrinya dari tangan lelaki tersebut, Lea yang tidak mau dan semakin merapatkan badannya ke dada si lelaki. Putrinya sibuk menunjuk ini dan itu, menggeliat ke kiri juga ke kanan bila ada sesuatu yang menarik perhatian Lea."Ntu ...?" Lea menunjuk unta yang sedang diberi makan oleh pengunjung. Yup, David mengajak Zoya dan Lea ke kebun binatang. "Itu namanya Unta. Lea mau naik unta?" tanya Dav
Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo
Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah
Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se
Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat
Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali
Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema
Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e
Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay
"Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa