Share

luluh Lantak

Author: Maheera
last update Last Updated: 2023-11-28 07:38:40

"Sekarang bagaimana? Kami tidak ingin ada pasangan zina di komplek kami." Suara ketua RT terdengar menengahi para warga yang sudah berkumpul di dalam rumah Zoya. Suasana malam yang biasa tenang kini ramai oleh cacian orang-orang kepada Septian. Bukan hanya di dalam, tetapi di luar rumah.

"Usir saja, Pak! Kami tidak mau ikut menanggung dosa mereka." Seorang wanita bertubuh subur menuding ke arah Septian dan Mira yang diamini oleh semua yang hadir.

"Nikahkan saja, Pak. Daripada zina terus." Seorang lagi bersuara.

"Gila, kamu! Trus Zoya mau di kemanain? Mana ada wanita mau dimadu." Pendapat tadi ditimpali oleh orang lain hingga suara kembali menjadi ramai.

"Sudah! Sudah!" Kita dengar jawaban Pak Septian." Sang ketua RT kembali bersuara.

Septian yang didudukkan bersebelahan dengan Mira mengangkat kepalanya. Dia menatap sekilas Zoya yang terduduk lemah di samping istri ketua RT. Wajah wanita itu pucat pasi, pandangannya pun terlihat kosong.

"Sa-saya akan menikahi Mira, Pak," jawab Septian pelan.

Mendengar jawaban Septian, semua mata menatap ke arah Zoya yang masih memangku bayinya. Mereka menyorot iba kepada wanita yang baru melahirkan itu. Bisa terlihat jika si wanita terguncang melihat sendiri perbuatan bejat suaminya. Setelah ditenangkan warga, Zoya tidak lagi menjerit. Dia diam seribu bahasa. Lidahnya tak mampu berkata-kata. Pengkhianatan Septian menikam dada wanita berambut ikal bergelombang itu terlalu dalam, hingga air matanya kering seketika.

"Mbak Zoya ...." Pak RT memanggil wanita malang itu pelan. Alih-alih mendengar, Zoya seperti tertarik ke dunia lain. Dia tidak merespon panggilan lelaki paruh baya yang dituakan di komplek perumahan mereka.

"Zoya, kamu yang sabar, ya." Istri ketua RT mengusap punggung Zoya. Usapan itu berhasil mengembalikan kesadaran wanita tersebut.

"Saya mau istirahat." Zoya berdiri, lalu melangkah ke kamar yang awalnya ditempati Mira, mengabaikan tatapan orang-orang. Dia tidak sudi masuk ke kamar yang menjadi saksi persetubuhan Septian dengan wanita lain. Tidak berapa lama, wanita itu keluar kembali sembari membawa barang-barang Mira. Dia melemparkan semua pakaian ke muka wanita tersebut, juga membanting koper ke lantai.

"Tolong selesaikan permasalahan ini di tempat lain saja, Pak. Saya jijik melihat mereka berdua. Lagipula, bayi saya butuh istirahat. Suara kalian semua mengganggu."

Raut Zoya sangat datar, nada suaranya pun terdengar dingin. Dia kembali ke kamar lalu menutup pintu dengan keras. Ketua RT paham suasana hati wanita tersebut. Tidak mudah menerima kenyataan di saat kondisi tubuh sedang lemah.  Oleh karena itu, dia meminta warga membawa Septian dan Mira ke pos ronda. Kedua orang itu digelandang tanpa menggunakan alas kaki. Beruntung ketua RT tanggap, jika tidak Septian dan Mira sudah bonyok dihajar massa yang geram dengan perbuatan asusila mereka.

*

Zoya menatap putrinya yang tertidur lelap. Teriakan histerisnya tadi hanya membuat bayinya terkejut, kemudian menggeliat. Bayi itu tentu tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia kembali tidur dengan nyenyak. Andai diberi pilihan, Zoya memilih untuk tidak pernah dilahirkan daripada terus-menerus mencecap rasa getir di sepanjang hidupnya.

Zoya tidak tahu bagaimana bentuk hatinya saat ini. Ingin memberi kejutan, justru pemandangan menyakitkan yang dia lihat. Pengkhianatan Septian meluluh lantak kekuatannya. Andai Tuhan mencabut nyawa detik itu juga, dia lebih rela ketimbang tersiksa setiap kilasan itu bertandang ke tempurung kepalanya. Sampai hati lelaki itu meniduri wanita lain ketika sakit karena melahirkan belum hilang dari tubuhnya. Dan yang lebih parah, suaminya tega mengotori ranjang yang harusnya menjadi tempat ibadah untuk mereka berdua.

Perlahan panas merambat ke kelopak mata Zoya saat adegan perzinaan itu kembali berputar di pelupuknya. Dia menggigit bibir agar tangisnya tidak pecah. Namun, sia-sia saja. Kejadian itu telanjur lekat di ingatan membuat seluruh tubuhnya gemetar menahan ngilu. Zoya merimtih! Cairan bening berlomba-lomba luruh ke wajahnya. Dia bahkan memukul-mukul dada, berharap sesuatu yang tak kasat mata berhenti memilin-milin jantungnya. Alih-alih tenang, Zoya menggerung untuk mengeluarkan sesak yang mengimpit dadanya. Dia bahkan tidak peduli bayinya terjaga dan ikut menangis. Bayi merah itu seolah-olah mulai mengerti kepedihan yang bersarang di hati ibunya.

*

Sinar mentari membuat Zoya mengernyit. Dia meletakkan tangan di depan mata untuk menghalangi cahaya yang langsung menimpa wajahnya. Dia perlahan duduk dengan rasa pengar sembari menekan kepala bagian bagian atas. Satu per satu kejadian tadi malam kembali diingat benaknya. Zoya bergeming, rasa sakit di dada masih kentara. Semalaman dia habiskan dengan menangis. Dia bahkan tidak menyentuh bayinya. Entah bagaimana bayi itu tertidur karena dia sibuk mengobati luka hatinya.

Zoya menoleh ketika mendengar suara pintu yang dibuka dari luar. Kemarahannya kembali tersulut melihat sosok Septian masuk sambil membawa mangkuk kaca dan segelas air.

"Aku beli bubur ayam untukmu. Sarapan dulu, ya, biar ASI-nya banyak." Lelaki itu meletakkan bawaannya ke atas meja rias. "Aku suapin, ya?" imbuhnya tanpa rasa bersalah, seolah-olah kebejatan semalam tidak pernah terjadi.

Zoya menepis kasar sendok yang diangsurkan Septian ke mulutnya. Tatapan wanita itu mengandung laksana magma yang meletup-letup hendak mencari jalan untuk erupsi.

"Keluar! Aku jijik melihatmu!" seru Zoya keras, membuat bayinya terbangun.

Septian menoleh ke arah putrinya. Dia bermaksud menggendong bayi yang belum sempat diberi nama itu. Namun, Zoya kembali menepis tangannya dengan keras.

"Jangan sentuh anakku dengan tangan kotormu!" desis Zoya dengan tatapan seperti ingin menguliti tubuh Septian.

"Dia juga anakku."

"Anakmu?!" Zoya terkekeh, seakan kata-kata Septian terdengar lucu baginya. "Dia anakku. Aku yang kepayahan mengandungnya, sementara kamu sibuk bekerja sampai larut malam. Aku yang sekarat melahirkannya, sedangkan kamu enggak peduli. Aku yang kepayahan terjaga mengganti popok dan menyusui di rumah sakit, sementara kamu asyik-masyuk berzina di rumah ini. Di kamar kita!"

Suara Zoya sangat keras, bahkan mungkin melengking keluar rumah karena kamarnya berada tepat di pinggir jalan komplek. Wanita itu tidak peduli lagi jika semua tetangga mendengar amukannya.

"Iya! Aku berhubungan dengan Mira, tetapi itu karna dirimu," balas Septian lebih keras. Tadinya dia bermaksud meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Namun, reaksi Zoya yang meledak-ledak membuatnya terpancing.

"Karna aku ...?" Zoya menunjuk dadanya sambil tertawa sumbang, "kamu berzina dengan wanita lain dan menyalahkan aku?"

"Iya! Kamu sadar enggak kalau sejak hamil udah enggak menarik lagi? Penampilanmu selalu kusut dan lihat!" Septian mengambil kaca kecil di atas meja rias, "wajahmu kusam dan dekil," imbuhnya.

Zoya merampas cermin di tangan Septian, lalu membanting ke lantai hingga pecah. "Bajingan! Aku hamil anak kamu. Harusnya kamu lebih memperhatikanku, bukan sibuk di luar. Sejak aku hamil pernah kamu nanya aku pengen makan apa? Pernah kamu ajak aku jalan-jalan meski keliling komplek? Kamu ingin aku cantik saat hamil, tapi pernah ngasih duit lebih buat bayar perawatan? Yang ada aku pontang-panting bikin kue untuk mencukupi kebutuhan di rumah. Pernah aku ngeluh? Enggak!"

Wanita itu semakin meledak mendengar alasan Septian. Dia tidak habis pikir, seperti inikah tabiat asli lelaki yang dia cintai? Perkenalan mereka memang tidak lama karena permintaan lelaki itu yang ingin serius berumah tangga dengannya. Melihat sikap dan pembawaan Septian yang sopan, Zoya memantapkan hati menikah meski baru mengenal si lelaki selama dua bulan. Siapa kira di balik sikap menawannya, tersimpan kebusukan yang kini menghancurkan hidupnya.

"Kamu aja yang memang enggak bisa melayani suami. Nyesal aku nikah sama kamu!" umpat Septian membalas racauan Zoya.

Geram mendengar kalimat kejam dari bibir suaminya, Zoya meraih mangkuk bubur, lalu melemparkan ke arah Septian. Tidak hanya itu si wanita juga melemparkan gelas dan semua yang bisa dia raih. Melihat situasi yang tidak terkendali, Septian memilih keluar dari kamar meninggalkan Zoya yang menjerit dan mengamuk membabi-buta.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juli Ani
memang dasar suami gak tau diri harus nya klok mau istri menarik tuh ya pinomat di modali bukan di selingkuhi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Aku Benci Anak Itu

    "DIAM!" Zoya menutup telinga dengan bantal berharap tangisan bayinya tidak lagi terdengar. Namun, suara bayi yang baru berumur empat hari itu semakin melengking."DIAM. DIAM! Bisa diam enggak?!" Wanita itu mulai kehilangan akal sehatnya. Sejak pertengkaran hebat dengan Septian, emosinya semakin labil. Dia selalu menangis tanpa sebab dan mengabaikan putri kecilnya. Baru setelah tenang Zoya kembali memeluk bayi tidak berdosa itu. Sembari menyusui, air matanya terus menetes. Dia bersenandung untuk menghibur diri sendiri. Alih-alih merasa lega, jusru tangisannya semakin keras. Sementara Septian menghilang entah ke mana. Bibir Zoya tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah. Bahkan, dia mendoakan sesuatu yang mengerikan menimpa lelaki tersebut.Tak kunjung diam, Zoya turun dari tempat tidur. Dia meraih selimut yang awalnya menutupi tubuhnya, bermaksud membekap bayinya. Akal sehat dan nurani wanita itu telah mati. Pikirannya dipenuhi kebencian dan amarah."Ya, Allah ... Zoya!" Seorang wani

    Last Updated : 2023-11-28
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Laki-Laki Laknat

    "Keluar dari rumahku!" Septian mengusir Yani yang menatapnya dan Zoya bergantian."Kamu kok, kasar gitu, sih?" tanya Yani. Dia berdiri menantang Septian yang sama sekali tidak ramah. Bukannya tidak menghormati sang empunya rumah, tetapi sikap lelaki itu sangat tidak sopan. Apalagi Zoya semakin mempererat pegangan di tangannya. "Suka-suka aku! Ini rumahku dan dia istriku," balas Septian lebih keras, membuat Yani beristigfar dalam hati. Dia memang tidak mengenal dekat si lelaki, bertemu pun baru tiga kali dengan hari ini. Pertemuan pertama dan kedua saat lamaran dan pesta pernikahan keduanya. Dia pikir sifat Septian sama kalem dengan wajahnya, ternyata pepatah, 'don't jugde a book bu it's cover' memang pantas disematkan untuk lelaki itu."Istrimu? Memangnya kamu tahu apa yang terjadi sama dia barusan?" Mau tidak mau Yani ikut naik pitam melihat cara Septian memperlakukan Zoya. Lelaki itu menarik tangan si wanita yang memegang tangannya dengan kasar."Yan, kamu pulang dulu, ya. Makasih

    Last Updated : 2023-11-28
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Zoya yang Malang

    Kaki Yani seakan tidak mengenal kata lelah. Sejak tadi dia berjalan mondar-mandir di depan ruang unit gawat darurat. Tangannya memegang ponsel di telinga sambil sesekali melihat ke arah pintu, berjaga-jaga jika dokter yang menangani Zoya keluar."Mas, aku nemenin Zoya dulu, ya. Nanti kalau udah dapat kabarnya aku telepon lagi." Yani menghubungi suaminya. Bagaimana pun dia tidak ingin membuat lelaki yang menikahinya setahun yang lalu cemas karena pergi terlalu lama. "Iya, nanti kalau mau pulang kabarin, biar Mas jemput."Yani tersenyum, meski dia tahu sang suami tidak bisa melihat. "Iya. Maaf, ya, aku bikin Mas nunggu."Jawaban suaminya selanjutnya membuat lengkung bibir Yani semakin lebar. Keduanya berbicara sebentar sebelum mengakhiri pembicaraan, tepat saat dokter keluar dari ruangan instalasi gawat darurat."Dok, gimana keadaan Zoya?" Raut Yani terlihat cemas."Anda keluarganya?"Yani mengangguk."Sebaiknya kita bicara di ruangan saya." Yani mengikuti dokter tadi ke dalam ruanga

    Last Updated : 2023-12-27
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Kesepakatan

    "Apa?" Yani panik mengetahui Bayi Zoya dibawa pergi Septian, "kok, bisa, Buk?"Wanita yang merupakan tetangga Zoya tempat Yani menitipkan Bayi Zoya menggeleng lemah dengan raut menyesal. "Saya tidak bisa melarang, Mbak. Septian Ayah bayi itu. Dia mengancam akan melaporkan saya ke polisi kalau menghalangi membawa anaknya sendiri."Yani menatap tidak percaya mendengar penjelasan si wanita. Namun, dia tidak bisa menyalahkan wanita tersebut. Sebagai ayah, Septian memang berhak mengambil putrinya, tetapi tidak dengan cara seperti itu."Kenapa waktu itu Mbak tidak menelepon saya?" "Tidak sempat, Mbak. Septian marah-marah sambil teriak di depan rumah. Saya tidak mau anak-anak saya celaka, lagipula orang tua saya udah tua. Saya takut mereka kenapa-kenapa."Helaan napas Yani terdengar berat. Dia memilih kembali ke rumah sakit setelah membawa beberapa pakaian ganti untuk Zoya. Sepanjang perjalanan dia bingung bagaimana menyampaikan pada wanita tersebut. Jalan satu-satunya menyampaikan pelan-pe

    Last Updated : 2023-12-27
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Kau Menang .....

    Andai membunuh tidak berdosa, Zoya akan menerkam dan menghabisi Septian detik ini juga. Habis sudah cinta untuk lelaki itu. Dia tidak mengerti, apakah matanya yang salah menilai atau memang sejak awal Septian sangat mahir berpura-pura. Satu tahun pernikahan semua masih terasa manis, meski soal keuangan lelaki itu memberi nafkah pas-pasan. Septian mengatakan hanya memberi sang istri seperlunya saja karena takut wanita itu boros. Padahal, Zoya bukanlah tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan uang. Bekerja selama lima tahun, dia mampu membeli sepeda motor dan mempunyai tabungan yang tidak sedikit. Akan tetapi, semua tabungan itu habis digunakan untuk resepsi pernikahan yang dilaksanakan di gedung. Saat itu dia tidak memiliki kecurigaan apa pun kepada Septian. Meski tanpa restu dari mamanya, Zoya tetap bahagia. Dia berpikir lambat-laun sang mama akan menerima suaminya. Zoya yakin jika Septian lelaki baik dan sangat bertanggung jawab. Ditambah status si lelaki sebagai karyawan di sebu

    Last Updated : 2023-12-27
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Ditipu

    "Aku kenalin sama suamiku," ajak Yani begitu mendapat kabar suaminya sudah menunggu di depan rumah Zoya. Zoya menggeleng, "Lain kali aja, masih banyak waktu.""Ya, sudah, aku balik dulu, ya. Hari ini aku langsung pulang. Kamu baik-baik si sini, kalau ada apa-apa segera kasih tahu aku."Yani memeluk Zoya erat-erat. Wanita itu sudah seperti saudaranya sendiri. Sayang sekali Zoya tidak datang saat pernikahannya dulu karena dilangsungkan di kota asal sang suami, lagipula Septian tidak mengizinkan istrinya ke mana-mana saat itu, hingga sang sahabat tidak sempat berkenalan dengan suaminya. Senyum Zoya menghilang setelah mobil yang ditumpangi Yani menghilang dari pandangan. Dia menganjur napas dalam dan panjang, lalu memandang sekeliling. Dua orang tetangga melambai padanya, dia membalas dengan senyum tipis."Mbak Zoya, gimana kabarnya? Jarang keliatan sekarang," sapa salah satu tetangga yang melambai padanya."Baik, Mbak Ita."Kedua orang itu gegas mendekat ke pagar, berdiri tepat di depa

    Last Updated : 2023-12-27
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Bodoh atau Polos

    "Apa?" Zoya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mendengar recepsionis mengatakan kalau Septian tidak lagi bekerja di sana."Iya, Buk. Pak Septian mengajukan resign sekitar satu bulan yang lalu." Sang resepsionis menjelaskan kembali."Mbak tahu di mana dia bekerja sekarang?" Gadis muda yang mengenakan setelan blazer berwarna cokelat itu menggeleng. "Ibuk siapa, ya?"Zoya memegang tangan gadis yang dia taksir berumur dua puluh tahunan itu. "Mbak, tolong kasih tahu di mana Septian sekarang. Dia nipu saya. Saya mantan istrinya."Gadis yang rambutnya dicepol itu menatap iba melihat kondisi Zoya. Wajah wanita tersebut tampak pucat dan penampilannya kusut masai. Dia menoleh ke kiri dan kanan sebelum mendekatkan wajahnya ke arah Zoya."Sebenarnya Pak Septian dipecat dengan tidak hormat, Buk," bisiknya sangat pelan Mata Zoya melebar. "Pak Septian ketahuan menggelapkan uang perusahaan sebesar 300 juta, tapi berhubung beliau sudah lama bekerja di sini, maka pimpinan berbaik hati

    Last Updated : 2023-12-27
  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Terusir

    "Buk, tolong ... saya enggak tahu menahu tentang hutang Mas Tian. Saya juga udah datangi kantornya, tetapi dia udah resign."Zoya terus memohon kepada rentenir yang mencibir ke arahnya. Dia tak peduli meski harus merendahkan harga diri asal rumah tempat berteduh tidak disita."Kamu pikir saya dinas sosial? Kalau kamu bisa bayar uang tiga ratus juta, baru rumah ini saya kembalikan. Bisa enggak?!" balas si rentenir ketus. Tidak ada rasa iba di hatinya mendengar tangisan Azalea dalam gendongan Zoya."Saya memang enggak punya uang sebanyak itu, tapi janji nyicil." Zoya mengiba dengan suara parau.Wanita berdandan menor dan berpakaian super ketat malah tertawa nyaring. Dia mengempas tangan Zoya yang menggenggam tangannya."Nyicil? Bisa-bisa saya udah mati duluan, tapi hutang enggak lunas." Dia memberi isyarat kepada preman-preman yang dibawa segera masuk dan mengemasi pakaian Zoya.Melihat itu Zoya semakin panik. Dia berusaha menghalangi, tetapi kalah jumlah, tentu saja tubuh ringkihnya t

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Senyum yang Tak Pernah Lekang

    Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Indah Pada Saatnya

    Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Menumbuhkan Cinta Lagi

    Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Melipat Jarak

    Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Memoar yang Bertamu

    Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Game Over, Septian

    Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Maaf, Aku Tak Bisa

    Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Kebaikan yang Ditagih

    Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay

  • Wanita Berhati Baja (Zoya)   Rapuh tapi Kuat

    "Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa

DMCA.com Protection Status