"Jika dia jodoh saya. Saya tidak akan menolak!!" jawab Ihsan pasti membuat semua orang yang ada disitu melongo, tak terkecuali Aynur dan Bobby.
Meskipun Ihsan mengatakan hal itu dengan lantang, faktanya di dalam hati kecilnya dia tak ingin mempunyai istri seperti Aynur.Ya Allah, jauhkan hamba dari wanita seperti ini... Batin Ihsan dalam hati."Sudahlah ibu-ibu... Lagian tak mungkin Allah memberi jodoh wanita seperti ini untuk ustaz Ihsan yang sempurna. Saya yakin ustaz bicara begitu karena beliau tak ingin menyakiti wanita bengal ini!!" ucap ibu berbaju pink sinis.Aynur kembali tertunduk, menahan air matanya yang kembali menetes. Seumur hidup tak pernah ia dipermalukan seperti ini. Seandainya orang-orang ini tahu dari keluarga mana dia sebenarnya, tak mungkin mereka berkata sehina itu. Selama ini Aynur tak pernah membanggakan diri meskipun lahir dari keluarga terpandang. Aynur bukan tipe wanita yang suka menghina orang lain kecuali orang tersebut benar-benar mengusik hidupnya.Dan Bobby, pria yang harapannya menjadi suami idaman Aynur itu ternyata sama sekali tak berkutik melihat calon istrinya dihina habis-habisan.Aynur melepas syal yang sebelumnya ia kerudungkan di kepalanya."Sudahlah pak ustaz, percuma memberi nasehat pada orang yang membenci kita. Saya menghargai niat baik pak ustaz untuk membantu saya meskipun saya yakin di hati kecil bapak gak mungkin menginginkan istri macam saya." kata Aynur. Ihsan menatap iba wanita di depannya." Nah gitu donk.. Tau diri!! Apa kamu gak punya orang tua yang ngajarin sopan santun!!" sindir bu Sofi."Mama!!" potong Bobby."Biarin!! Mama sebel, habis kamu kayak kena pelet, pacaran 3 tahun ga bisa pisah sama DIA!!""Astagfirullahalladzim... Bu Sofi.. istighfar bu " kata Ihsan."Saya sebel ustaz, emangnya ustaz yakin bisa mendidik wanita seperti dia? bukannya jadi keluarga sakinnah mawaddah warohmah malah jadi keluarga bubrah tazz..." tambah bu Sofi semakin membuat hati Aynur hancur."Jika dia mau saya nikahi dan hijrah bersama karena Allah, maka saya tidak takut melamar wanita yang ibu anggap hina ini. Saya dengan jantan akan melamarnya daripada harus berpacaran selama 3 tahun. Pacaran itu haram bu!" entah mengapa Ihsan terus membela Aynur yang sama sekali tidak dia kenal itu.Di hati kecilnya Ihsan yakin suatu saat hinaan untuk Aynur akan berubah menjadi suatu pujian, Ihsan yakin Aynur akan menemukan pria sholeh yang mampu membimbingnya ke jalan yang benar."Sudahlah mas Ihsan... tidak usah membela dia. Saya tahu ustaz juga ga mau dapet istri kaya dia. Bubar! bubar! ayo kita mulai pengajiannya." Ajak ibu berbaju ungu."Jika walinya ada disini maka saya akan meminta izin beliau untuk meminang mbak Rasheda ini!" kata Ihsan mantap. Semua orang menoleh padanya."Jangan aneh-aneh mas Ihsan. Takutnya ada malaikat yang mengamini!" sergah bu Sofi.Ihsan menyesalkan kata-katanya barusan. Ia berharap tidak ada malaikat yang mengamininya."Assalamualaikum...." sapa seorang pria bersuara serak."Walaikumsalam..." semuanya menoleh dan menjawab salam.Seorang pria paruh baya, mengenakan sorban putih mendekat ke kerumunan ibu-ibu yang menghakimi Aynur. Melihat pria tersebut, semua orang menunduk memberi hormat." Ada apa ini ibu-ibu ? apa pengajiannya sudah dimulai?" tanya pria itu."Maaf pak kyai, tadi ada sedikit salah paham antar ibu-ibu, saya hanya mencoba meluruskan saja. " sahut Ihsan. Pria paruh baya itu, kyai Mustafa menatap Aynur yang tertunduk."Nur??" tanya Kyai Mustafa. Semua orang menoleh kaget. Sementara Aynur memalingkan mukanya dari tatapan kyai Mustafa."Sudah berapa lama kamu tak pulang? Tak rindu sama bapak dan ibu?" tanya pak Kyai, mendekati Aynur. Aynur mendongak perlahan dan mencium tangan kyai di depannya, membuat heran semua orang yang melihatnya. Mereka tentu bertanya- tanya bagaimana mungkin seorang kyai terhormat mengenal wanita liar seperti Aynur.Kyai Mustafa memeluk Aynur, ingin rasanya Aynur menangis di pelukan ayahnya setelah cercaan dan hinaan yang dia dapatkan. Tapi Aynur menahannya, dia tak ingin orangtuanya tahu betapa buruknya dia di mata orang lain."Bagaimana kabar bapak dan ibu?" tanya Aynur parau."Alhamdulillah kami semua sehat. Pulanglah.... Ibu dan mbakyumu merindukanmu..." pak kyai mengusap rambut Aynur dengan lembut.Pemandangan ini membuat bu Sofi, Bobby, Ihsan dan ibu-ibu yang lain syok."Maaf.. memangnya pak kyai mengenal dia?" tanya bu Sofi mewakili rasa penasaran semua orang yang berdiri menyaksikan mereka.Pak kyai tersenyum ramah."Tentu saja, perkenalkan ini putri bungsu saya. Namanya Aynur." jawabnya singkat masih tersenyum ramah.Bagai mendengar petir di siang bolong, semua orang khususnya ibu-ibu yang sudah menghina Aynur seakan mendadak tak punya kekuatan untuk berdiri tegak saking kagetnya."Ay- Nur?? tapi.. namanya tadi Rashe... da.." kata Ihsan bingung."Namanya Rasheda Aynur Ahmadi, tapi panggilan kami untuknya Aynur..." jawab pak kyai masih tersenyum ramah."Oh... tapi pak kyai, kok putrinya.. maaf, begini?" tanya ibu berbaju pink masih tidak percaya dengan pernyataan pak kyai.Kyai Mustafa tersenyum."Mungkin ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua bu. Jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya saja. Selama ini jamaah pengajian mungkin menganggap saya seorang kyai yang mampu memberi contoh mulia untuk orang lain, padahal faktanya saya masih belum berhasil membimbing putri saya sendiri. Dan Nur yang anda lihat ini sebenarnya memiliki hati yang baik dan santun, Hanya saja banyak orang menilai salah hanya karena penampilan luarnya." jelas kyai Mustafa panjang lebar."Masyaallah.. betul kan ibu-ibu, kita tidak boleh menghakimi seseorang tanpa melihat sisi lain orang tersebut." tambah Ihsan. Aynur kini menatap Bobby."Sekarang kamu berani melamarku di depan bapakku ga Bob?? Aku mau kepastian!" tantang Aynur pada kekasihnya yang diam mematung."Oh, ini yang namanya nak Bobby." kata kyai Mustafa sambil menatap dalam-dalam Bobby."Apa kamu siap menjalani rumah tangga dengan Aynur? saya akan memberikan restu asalkan kamu bisa menjadi imam untuk putri saya dan mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik dan mulia." pesan pria paruh baya itu."Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby."Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby.Lidah Bobby kelu tak bisa menjawab pertanyaan kyai Mustafa. Aynur tersenyum kecut."Heh!! ternyata elo memang pengecut Bob!" kata Aynur."Pak kyai.. tolong beri saya waktu 2 tahun lagi. Saya akan melamar She setelah lulus S2." pinta Bobby pada kyai Mustafa. "Sayang... elo bisa kan nunggu gue 2 tahun lagi, kali ini gue bener-bener serius!!!" Bobby berganti memohon pada Aynur yang mengacuhkannya."Usia Aynur tahun ini sudah 27 tahun, mau sampai kapan dia nunggu kamu? Di luar sana banyak orang yang menikah tapi masih menempuh pendidikan. Asalkan kamu bertanggung jawab dan bisa membimbing istrimu ke jalan yang baik, maka menikah bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita." jelas kyai Mustafa. Bobby terdiam dan menatap ibunya seakan meminta persetujuan.Bu Sofi yang beberapa menit lalu tampak berapi- api kini seakan kehilangan kata-kata. Dirinyq
Kyai Mustafa duduk sambil menyeruput kopi hitam yang dibuatkan Somad. Di depannya duduk Ihsan yang tertunduk lesu."Saya tahu kamu masih memikirkan perkataanmu semalam kan? Tapi percayalah ustaz, Aynur tidak seperti yang kamu lihat dari penampilan luarnya." kata kyai Mustafa meyakinkan."Maaf pak kyai, izinkan saya bertanya, saya penasaran mengapa beliau berbeda dengan putri pak kyai yang lain?"Kyai Mustafa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, dia menatap lampu yang bersinar terang di atasnya."Dulu Aynur sama seperti putriku yang lain, lemah lembut, santun, sholehah. Lalu dia berubah seperti itu karena saya." Kyai Mustafa behenti sejenak untuk menyeruput kopinya lagi." Sepuluh tahun yang lalu saat ibunya meninggal, Nur sempat depresi berat. Dibanding mbakyu-mbakyunya, Nur memang yang paling dekat dengan almarhumah ibunya. Disaat rasa sakit kehilangan orang tercinta belum sembuh, saya memilih menikah lagi dengan hajah Fatimah, istri saya sekarang ini." jelas kyai Mustafa."
Aynur menuangkan air lemon ke dalam gelas cicktail. Dia menggoyangkan gelas tersebut dengan luwes ala bartender profesional."Nih..!" dia menyerahkan gelas cocktail tersebut pada Ziva, gadis cantik berkulit kuning langsat, tubuh semampai bak model dengan rambut berwarna coklat."So, elo beneran putus nih ama Bobby?" tanya Ziva setelah menyeruput air lemon yang diberikan Aynur."Yess!!! gue pengen ngasih pelajaran tuh cowok cemen!!" "Trus... cowo yang ngebelain elo gimana nasibnya?" tanya Ziva lagi."Pak ustaz???" Aynur balik bertanya sambil tertawa."Ya gak mungkin lah kita nikah. Semalem bokap gue udah klarifikasi masalah itu. Gue tau diri kali, lagian dia juga bukan tipe gue, Gila apa gue nikah sama ustaz!!" Aynur kembali tertawa."Gue bakal gamisan sebulan kalo lo bener-bener nikah sama tu cowok, hahaha. Terus sekarang bokap elo dah balik ke Jogja?" tanya Ziva."Belum. Katanya sampai akhir bulan ini masih ada urusan di Jakarta. Hmm... Bokap minta gue sering-sering ngunjungi pondok
Kyai Mustafa menatap wanita berhijab di depannya, hijabnya memang bukan hijab syar'i, namun dalam hati pria tua itu benar-benar bersyukur dengan apa yang ia lihat di hadapannya."Kamu kesini sendirian?" tanya kyai Mustafa pada putrinya."Iya pak. Nur mau mengatakan sesuatu." katanya.Kyai Mustafa menatap putrinya lekat-lekat. "Ada apa? katakanlah, bapak akan lakukan apapun untuk membantumu." Aynur menunduk, berfikir sejenak apakah dia benar-benar harus mengutarakan keinginannya."Nur mau nikah pak." katanya setelah beberapa detik terdiam. Mendengar itu kyai Mustafa tersenyum senang."Alhamdulillah.... " katanya. Sudah bertahun-tahun ia menginginkan kata kata itu keluar dari mulut putrinya."Jadi Bobby sudah yakin mau nglamar kamu? bapak tidak keberatan asal dia bisa berkomitmen untuk menjadi imam yang baik untuk kamu Nur. Meskipun bapak berharap kamu bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Bobby, tapi kalau kamu sudah mantap dengan pilihan kamu, maka bapak hanya bisa mendoak
Aynur tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya masih dipenuhi dengan perbincangan ayahnya dengan Ihsan siang tadi. Tawaran menjadi menantu? Apakah ini berarti sebelumnya ayahnya sudah mempunyai niatan untuk menjodohkan dirinya dengan Ihsan? Menikah dengan jalan ta'aruf bukanlah hal yang diinginkan Aynur, apalagi jika pria tersebut seorang ustaz seperti Ihsan. Menikah dengannya sama saja merelakan diri untuk seratus persen menjadi seorang ibu rumah tangga yang bisa diatur dan dikekang oleh suami. Membayangkan hal tersebut membuat Aynur bergidik ngeri. "Lalu bagaimana dengan rencanaku untuk membungkam mulut Bobby dan kelurganya? Aku tetap harus membuktikan bahwa ada seorang pria baik-baik yang mau menikahiku" gumamnya.Aynur mulai hampir saja memejamkan mata ketika ponselnya bergetar. Tertera nama Bapak pada layar ponselnya. "Assalamualaikum ... " sapa Aynur. "Waalaikumsalam, belum tidur Nur?" tanya ayahnya. "Belum pak. Ada apa?" Hati Aynur mulai penasaran menebak-n
"Maaf, berita negatif apa yang anda maksud?" tanya Aynur pada Ardi. Ardi menoleh pada Ihsan yang untuk pertama kalinya mendongak dan menatap Aynur sekilas."Perkataan saya beberapa waktu lalu direkam oleh seseorang dan tersebar di media sosial." Ihsan mengeluarkan ponsel dari saku koko yang ia pakai. Beberapa detik kemudian dia menaruh ponselnya di atas meja dan memutar sebuah video.Aynur meraih ponsel Ihsan dan menonton video berdurasi tiga menit tersebut. Video yang menampakkan potongan perkataan Ihsan ketika berada di rumah Bobby bersama dengan Aynur dan beberapa teman bu Sofi. Aynur tersenyum."Mana bagian negatifnya? bukankah ini video yang menarik? sayangnya direkam secara sembunyi-sembunyi. Seandainya aku tahu akan direkam, maka aku akan berakting dengan lebih baik." Aynur mengakhiri kalimatnya dengan tawa kecil.Dia kembali meletakkan ponsel Ihsan ke atas meja."Kamu sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut?" tanya Ihsan seolah tak percaya.Aynur menggeleng. "Memang
Aynur menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia menghembuskan asap rokok ke udara dan membuang puntung rokok yang beberapa menit lalu ia hisap ke dalam asbak di sebelahnya."Gila lo She ... Elo ga mikirin gimana perasaan tuh ustaz? Udah patah hati ga jadi merit, masih ditambah dikerjain cewek yang sama sekali ga dia kenal." ucap Ziva sambil mematikan puntung rokok Aynur di asbak."Gue ga egois kali, Va. Gue tahu dia juga butuh gue buat menyelesaikan masalah yang sedang menimpanya." "Tapi tetap saja dia ga tau tujuan utama elo apa. Ihsan taunya elo bener-bener pengen hijrah, kan?" Aynur menghela nafas kasar dan mulai memejamkan matanya, mengabaikan kata-kata Ziva."Seharusnya elo ngasih tahu ke dia She, gimana kalau nantinya dia merasa ditipu dan ga terima dengan perlakuan elo. Elo bisa dituntut di pengadilan dengan pasal penipuan" ancam Ziva. Aynur kembali membuka matanya."Kalau gue dituntut, gue bakal bayar kok, berapapun yang dia mau. Saat ini pokoknya gue harus tunjukin ke Bob
Fatimah segera berlari menggendong Fariz untuk turun dari ranjang Aynur, ia lantas membawa bocah itu keluar dari kamar. Aynur menutup pintu dengan kasar dan duduk di atas ranjangnya. Laras mendekati Aynur dan mengelus bahunya."Nur ... sampai kapan kamu akan membenci bu Fatimah?""Sampai mati!" sahut Aynur jengkel. Laras kembali beristighfar."Mbak Laras dan yang lain mungkin bisa legowo karena kalian berhati lembut. Tapi sampai kapanpun aku ga akan maafin dia. Nur yakin suatu saat mata kalian semua akan terbuka dan melihat sendiri seperti apa wanita itu sebenarnya!" Aynur menggertakkan giginya. Laras menghembuskan nafas berat."Ga ada gunanya terlalu membenci seseorang Nur. Mbak sampai sekarang juga belum bisa sepenuhnya menerima dia di keluarga kita. Tapi bapak juga membutuhkan seseorang yang bisa menemani beliau menghabiskan masa tua." Laras menatap wajah kaku adiknya."Nanti setelah kamu menikah dan mempunyai anak, kamu akan memahami arti seorang pasangan hidup bagi kita. Bahkan or