"Hallaah!!! Wanita model begituan siapa yang bakal mau jadi suaminya??"
"Iya!! Untung aku ga punya menantu modelan begitu!! bisa bisa mati muda aku nanti!! Sudahlah jeng!! Suruh putus!! Masa mas Bobby mau nikah sama yang kaya beginian!!"Kumpulan ibu-ibu berkerudung itu tak hentinya melontarkan kata-kata hina pada Aynur. Wanita lajang, mandiri dan tidak pernah mau mengusik kehidupan orang lain. Bagi Aynur, kehidupan yang ia jalani sudah cukup sempurna.Aynur memiliki paras cantik, di usianya yang memasuki 27 tahun, dia memiliki usaha yang cukup sukses di bidang kuliner. Seharusnya dia bisa menjadi menantu idaman dan isteri mandiri yang siap membantu perekonomian suami. Nyatanya hal itu tidak membuatnya dengan mudah diterima keluarga Bobby, pria yang sudah menjalin hubungan dengannya 3 tahun terakhir ini.Kesalahan Aynur hanya satu, penampilan dan tata krama. Aynur bukan wanita berhijab yang lemah lembut seperti harapan ibu-ibu yang menghinanya itu. Aynur memang apa adanya, blak blakan dan tidak suka bertele tele. Intinya dia bukan wanita lebay yang suka mendramatisir masalah seperti sinetron-sinetron favorit ibu-ibu di TV swasta."Bu... sebentar ya.. izinkan wanita model beginian ini bicara. Gini lho bu.. Sampeyan ini (*Anda ini) pengennya punya mantu yang sempurna akhlak dan budinya. Tapi mbok ya dilihat dulu anaknya seperti apa?" Aynur melirik Bobby."Lah anaknya model begini kok minta mantu sholehah. Seperti kata pak ustaz itu lho bu 'Jodohmu adalah cerminan dirimu'. Nah, mas Bobby yang ibu banggakan ini modelannya begini ya dapetnya kaya saya!" Lanjut Aynur dengan bangga sambil tersenyum mengejek. Bobby yang ada di sampingnya menepuk jidat."Sayang... jangan diladenin. Lagian kenapa dateng jam segini sih, kan gue bilang jam 9 setelah pengajian selesai!!" protes Bobby sedikit berbisik pada Aynur."Lah emang kenapa kalau gue dateng sekarang. Lo malu??""Gak gitu. Minimal ganti baju kek, pake gamis atau daster. Kan udah gue kasih tau, ibu-ibu komplek mulutnya suka asal kalau ngomong!" jelas Bobby."Bobby!! Suruh dia pulang. Mama pusiiing!!" teriak ibu Bobby."Iya mas Bobby. Mumpung tamu undangan belum pada dateng." tambah ibu berbaju pink fanta yang tadi menyarankan agar Aynur dan Bobby putus.Aynur menatap pakaian yang ia kenakan. Kaos hitam polos dipadukan dengan jaket jeans biru, celana jeans warna senada dengan kaosnya serta sepatu boots hitam edisi terbatas.Menurut Aynur penampilannya sudah lebih dari sopan. Biasanya ia mengenakan jeans sobek bagian lutut atau legging dipadukan mini skirt berenda khas anak rock. Rambutnya pun sudah dicat hitam lagi, lipstik yang ia gunakan juga berwarna merah, bukan hitam seperti warna favoritnya. Kini ia sadar kekurangannya. Hijab!!Aynur manggut-manggut lalu menarik syal dari dalam tas mininya. Syal itu kemudian ia kudungkan di kepalanya."Saya itu mau ikut ngaji bu. Masa ga boleh. Dosa lho.." kata Aynur sedikit lebih lembut."Ck ck ck.. ga tau malu banget ya jadi cewek!" teriak ibu berbaju ungu berwajah bulat sambil melotot.Rasanya kesabaran Aynur sudah hampir habis mendengar hinaan ibu-ibu di depannya. Dirinya sudah menarik nafas berat hendak membalas dengan umpatan yang lebih kasar ketika terdengar suara lembut seorang pria di antara mereka."Assalamualaikum....""Wa'allaikumsallam...." semua menjawab tak terkecuali Aynur. Mereka menoleh ke pemilik suara lembut tersebut."Eh.. Ustaz Ihsan, mari-mari mas..." Sapa ibu Bobby kepada pria berbaju koko, berpeci, kulit putih bersih dengan tinggi kira-kira 175cm. Ibu-ibu lain yang beberapa menit lalu menghina Aynur bak tokoh antagonis paling kejam seketika berubah melunak menjadi tokoh protagonis paling dipuji."Mohon maaf, pak Kyai agak terlambat. Jadi saya diminta untuk membuka acara Akikah malam ini." jelas si ustaz. "Tapi saya perhatikan dari tadi kok rame-rame nya disini bukan di dalam. Emang ada apa ya bu?" tanya ustaz Ihsan. Ibu Bobby tersenyum canggung."Gak ada apa-apa mas ustaz. Cuma bertegur sapa aja sama ibu-ibu arisan, hehe " katanya berbohong."Ga bener pak! eh mas ustaz.. Ini saya mau ikut ngaji masa ga boleh. Katanya malu-maluin." Kata Aynur jujur, dalam hati ia berkataMampus lu mak emak... enak aja ngatain orang sembarangan! biar sekalian dikasih siraman rohani sama ahlinya.Ibu Bobby dan teman-temannya seketika gugup dan salah tingkah."Astagfirullah.... Benar begitu bu?" tanya ustaz yang bernama Ihsan itu."Ya habisnya penampilannya begitu mas, auratnya diumbar kemane mane!!" sahut ibu berbaju pink kesal."Iya mas Ihsan!! akhwat tapi ngomongnya kasar!" tambah ibu berbaju ungu."Loh.. emangnya kapan buk saya ngomong kasar. Perasaan dari tadi ibuk sendiri yang ngata-ngatain saya!" Aynur coba membela diri."Tuh kan!! main nyolot aja ngomong sama orang tua!!" balas ibu berbaju ungu."Iya mas ustaz, kalau lama-lama disini malah bikin akhwat-akhwat disini terkontaminasi!!""Astagfirullah....Jangan gitu buk. Kita gak boleh begitu ke sesama ciptaan Allah. Mbak nya ini.. Maaf siapa namanya mbak ?" tanya Ihsan menatap sekilas pada Aynur."Rasheda. Panggil saja She taz..." jawab Aynur dengan suara dilembut-lembutkan."Mbak Rasheda ini mau ikut ngaji, jangan dilarang, siapa tahu dengan datang ke acara ini, beliau dapat hidayah dari Allah." lanjut Ihsan."Tuh! dengerin buk!!" tambah Aynur yakin. Ibu-ibu yang mengumpat Aynur tampaknya ingin protes tapi mengurungkan niatnya."Tapi mas ustaz... saya gak mau punya menantu macam dia. Sampai kapan pun mama ga ridho Bobby!!" kata bu Sofi jengkel seraya menatap tajam anaknya."Iya Ma... Bobby tetep akan nunggu restu dari mama." jawab Bobby menenangkan ibunya."Terus kalau mama elo ga kasih restu? Mau kawin lari sama gue??!!tantang Aynur membuat semua orang yang mendengarnya melongo.Bobby tampak salah tingkah mendengar kata-kata Aynur."Sayang... kita ngalah dulu, jangan bikin ribut plissss..." pinta Bobby lirih."Gak bisa!! Mumpung ada semua orang, gue sekalian aja pengen tau elo serius ga sama gue. Kita pacaran udah 3 tahun Bob!! sampe kapan gue mesti nunggu elo??!!" protes Aynur. Kini orang-orang yang melihat mereka terkejut dan berbisik bisik nampak risih."Yaudah putus aja!! lagian Bobby masih mau lanjutin S2 di luar negeri. Kamu cari cowok lain yang selevel sama kamu! jangan harap bisa jadi menantuku!!" kata-kata bu Sofi terasa panas di telinga Aynur, dirinya berusaha menghormati wanita itu tapi ternyata balasannya seperti ini."Bu Sofi.. Sabar bu!! Kita tidak tahu suatu saat mungkin mbak Rasheda ini mendapat hidayah dari Allah dan menjadi wanita sholehah seperti yang ibu harapkan." Ihsan mencoba menimpali, dia hanya tak ingin kedua wanita di depannya itu saling menyakiti."Gak mungkin mas Ihsan! dia ngejar-ngejar Bobby karena gak ada pria lain yang mau sama dia!!""Busyeet!! ibu kira anak ibu ini apa? malaikat?? ibu aja yang ga tau kelakuannya di luar. Masih mending saya blak-blakan gini dari pada anak ibuk yang baik di rumah tapi urakan diluar!!" balas Aynur, Bobby mencoba menenangkan kekasihnya tersebut."She!! stop!! jangan bertengkar sama mama atau kita bener-bener putus!!" ancam Bobby, Aynur tersenyum kecut mendengar perkataan Bobby."Ternyata bener tebakan gue selama ini, elo cuman manfaatin gue kan?! elo minta ini itu, slalu nangis-nangis ga mau putus sama gue. Sekarang di depan semua orang seakan elo membenarkan kata-kata mereka tentang gue Bob!! elo emang luar biasa!! luar biasa BRENGSEK!!!" teriak Aynur sambil mendorong Bobby menjauh darinya. Bobby hanya diam tak berkutik mendengar amarah kekasihnya itu."Eh jangan kurang ajar ya di rumah orang!! Saya sumpahin kamu jadi perawan tua!!!" teriak Bu Sofi di amini oleh ibu-ibu yang lain. Seketika air mata Aynur tak bisa dibendung lagi. Matanya terasa panas sejak tadi."Gak usah akting nangis!! wanita seperti kamu ga bakal dapet pria baik-baik. CATAT ITU!!" tambah Bu sofi sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Aynur."Astagfirullah.. Bu.. kita tidak boleh berkata buruk tentang sesuatu yang belum terjadi. Jodoh itu rahasia Allah. Kita tidak akan tahu jika mbak ini suatu saat mendapat hidayah dan hijrah ke jalan yang benar". Ihsan mencoba memberi nasehat kepada Sofi yang marah."Alah taz... pria baik mana yang mau sama wanita seperti dia???""Saya mau!!!" jawab Ihsan spontan membuat semua orang menoleh kecuali Aynur yang masih menunduk menahan air matanya."Mas Ihsan?? jangan ngaco, dia itu tidak bisa dibenahi, walaupun pria itu sekelas ustaz. Tetep aja setelan bengalnya ga bakal ilang!!" teriak ibu baju ungu."Saya akan buktikan kalau mbak ini bisa berubah atas kehendak Allah!!" kata Ihsan seakan menerima tantangan ibu-ibu di depannya."Maksudnya? mas ustaz mau menikahi wanita seperti dia????" tanya bu Sofi."Jika dia jodoh saya. Saya tidak akan menolak!!" jawab Ihsan pasti membuat semua orang yang ada disitu melongo, tak terkecuali Aynur dan Bobby.Bersambung 🥰"Jika dia jodoh saya. Saya tidak akan menolak!!" jawab Ihsan pasti membuat semua orang yang ada disitu melongo, tak terkecuali Aynur dan Bobby.Meskipun Ihsan mengatakan hal itu dengan lantang, faktanya di dalam hati kecilnya dia tak ingin mempunyai istri seperti Aynur. Ya Allah, jauhkan hamba dari wanita seperti ini... Batin Ihsan dalam hati."Sudahlah ibu-ibu... Lagian tak mungkin Allah memberi jodoh wanita seperti ini untuk ustaz Ihsan yang sempurna. Saya yakin ustaz bicara begitu karena beliau tak ingin menyakiti wanita bengal ini!!" ucap ibu berbaju pink sinis.Aynur kembali tertunduk, menahan air matanya yang kembali menetes. Seumur hidup tak pernah ia dipermalukan seperti ini. Seandainya orang-orang ini tahu dari keluarga mana dia sebenarnya, tak mungkin mereka berkata sehina itu. Selama ini Aynur tak pernah membanggakan diri meskipun lahir dari keluarga terpandang. Aynur bukan tipe wanita yang suka menghina orang lain kecuali orang tersebut benar-benar mengusik hidupnya.Dan
"Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby.Lidah Bobby kelu tak bisa menjawab pertanyaan kyai Mustafa. Aynur tersenyum kecut."Heh!! ternyata elo memang pengecut Bob!" kata Aynur."Pak kyai.. tolong beri saya waktu 2 tahun lagi. Saya akan melamar She setelah lulus S2." pinta Bobby pada kyai Mustafa. "Sayang... elo bisa kan nunggu gue 2 tahun lagi, kali ini gue bener-bener serius!!!" Bobby berganti memohon pada Aynur yang mengacuhkannya."Usia Aynur tahun ini sudah 27 tahun, mau sampai kapan dia nunggu kamu? Di luar sana banyak orang yang menikah tapi masih menempuh pendidikan. Asalkan kamu bertanggung jawab dan bisa membimbing istrimu ke jalan yang baik, maka menikah bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita." jelas kyai Mustafa. Bobby terdiam dan menatap ibunya seakan meminta persetujuan.Bu Sofi yang beberapa menit lalu tampak berapi- api kini seakan kehilangan kata-kata. Dirinyq
Kyai Mustafa duduk sambil menyeruput kopi hitam yang dibuatkan Somad. Di depannya duduk Ihsan yang tertunduk lesu."Saya tahu kamu masih memikirkan perkataanmu semalam kan? Tapi percayalah ustaz, Aynur tidak seperti yang kamu lihat dari penampilan luarnya." kata kyai Mustafa meyakinkan."Maaf pak kyai, izinkan saya bertanya, saya penasaran mengapa beliau berbeda dengan putri pak kyai yang lain?"Kyai Mustafa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, dia menatap lampu yang bersinar terang di atasnya."Dulu Aynur sama seperti putriku yang lain, lemah lembut, santun, sholehah. Lalu dia berubah seperti itu karena saya." Kyai Mustafa behenti sejenak untuk menyeruput kopinya lagi." Sepuluh tahun yang lalu saat ibunya meninggal, Nur sempat depresi berat. Dibanding mbakyu-mbakyunya, Nur memang yang paling dekat dengan almarhumah ibunya. Disaat rasa sakit kehilangan orang tercinta belum sembuh, saya memilih menikah lagi dengan hajah Fatimah, istri saya sekarang ini." jelas kyai Mustafa."
Aynur menuangkan air lemon ke dalam gelas cicktail. Dia menggoyangkan gelas tersebut dengan luwes ala bartender profesional."Nih..!" dia menyerahkan gelas cocktail tersebut pada Ziva, gadis cantik berkulit kuning langsat, tubuh semampai bak model dengan rambut berwarna coklat."So, elo beneran putus nih ama Bobby?" tanya Ziva setelah menyeruput air lemon yang diberikan Aynur."Yess!!! gue pengen ngasih pelajaran tuh cowok cemen!!" "Trus... cowo yang ngebelain elo gimana nasibnya?" tanya Ziva lagi."Pak ustaz???" Aynur balik bertanya sambil tertawa."Ya gak mungkin lah kita nikah. Semalem bokap gue udah klarifikasi masalah itu. Gue tau diri kali, lagian dia juga bukan tipe gue, Gila apa gue nikah sama ustaz!!" Aynur kembali tertawa."Gue bakal gamisan sebulan kalo lo bener-bener nikah sama tu cowok, hahaha. Terus sekarang bokap elo dah balik ke Jogja?" tanya Ziva."Belum. Katanya sampai akhir bulan ini masih ada urusan di Jakarta. Hmm... Bokap minta gue sering-sering ngunjungi pondok
Kyai Mustafa menatap wanita berhijab di depannya, hijabnya memang bukan hijab syar'i, namun dalam hati pria tua itu benar-benar bersyukur dengan apa yang ia lihat di hadapannya."Kamu kesini sendirian?" tanya kyai Mustafa pada putrinya."Iya pak. Nur mau mengatakan sesuatu." katanya.Kyai Mustafa menatap putrinya lekat-lekat. "Ada apa? katakanlah, bapak akan lakukan apapun untuk membantumu." Aynur menunduk, berfikir sejenak apakah dia benar-benar harus mengutarakan keinginannya."Nur mau nikah pak." katanya setelah beberapa detik terdiam. Mendengar itu kyai Mustafa tersenyum senang."Alhamdulillah.... " katanya. Sudah bertahun-tahun ia menginginkan kata kata itu keluar dari mulut putrinya."Jadi Bobby sudah yakin mau nglamar kamu? bapak tidak keberatan asal dia bisa berkomitmen untuk menjadi imam yang baik untuk kamu Nur. Meskipun bapak berharap kamu bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Bobby, tapi kalau kamu sudah mantap dengan pilihan kamu, maka bapak hanya bisa mendoak
Aynur tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya masih dipenuhi dengan perbincangan ayahnya dengan Ihsan siang tadi. Tawaran menjadi menantu? Apakah ini berarti sebelumnya ayahnya sudah mempunyai niatan untuk menjodohkan dirinya dengan Ihsan? Menikah dengan jalan ta'aruf bukanlah hal yang diinginkan Aynur, apalagi jika pria tersebut seorang ustaz seperti Ihsan. Menikah dengannya sama saja merelakan diri untuk seratus persen menjadi seorang ibu rumah tangga yang bisa diatur dan dikekang oleh suami. Membayangkan hal tersebut membuat Aynur bergidik ngeri. "Lalu bagaimana dengan rencanaku untuk membungkam mulut Bobby dan kelurganya? Aku tetap harus membuktikan bahwa ada seorang pria baik-baik yang mau menikahiku" gumamnya.Aynur mulai hampir saja memejamkan mata ketika ponselnya bergetar. Tertera nama Bapak pada layar ponselnya. "Assalamualaikum ... " sapa Aynur. "Waalaikumsalam, belum tidur Nur?" tanya ayahnya. "Belum pak. Ada apa?" Hati Aynur mulai penasaran menebak-n
"Maaf, berita negatif apa yang anda maksud?" tanya Aynur pada Ardi. Ardi menoleh pada Ihsan yang untuk pertama kalinya mendongak dan menatap Aynur sekilas."Perkataan saya beberapa waktu lalu direkam oleh seseorang dan tersebar di media sosial." Ihsan mengeluarkan ponsel dari saku koko yang ia pakai. Beberapa detik kemudian dia menaruh ponselnya di atas meja dan memutar sebuah video.Aynur meraih ponsel Ihsan dan menonton video berdurasi tiga menit tersebut. Video yang menampakkan potongan perkataan Ihsan ketika berada di rumah Bobby bersama dengan Aynur dan beberapa teman bu Sofi. Aynur tersenyum."Mana bagian negatifnya? bukankah ini video yang menarik? sayangnya direkam secara sembunyi-sembunyi. Seandainya aku tahu akan direkam, maka aku akan berakting dengan lebih baik." Aynur mengakhiri kalimatnya dengan tawa kecil.Dia kembali meletakkan ponsel Ihsan ke atas meja."Kamu sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut?" tanya Ihsan seolah tak percaya.Aynur menggeleng. "Memang
Aynur menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia menghembuskan asap rokok ke udara dan membuang puntung rokok yang beberapa menit lalu ia hisap ke dalam asbak di sebelahnya."Gila lo She ... Elo ga mikirin gimana perasaan tuh ustaz? Udah patah hati ga jadi merit, masih ditambah dikerjain cewek yang sama sekali ga dia kenal." ucap Ziva sambil mematikan puntung rokok Aynur di asbak."Gue ga egois kali, Va. Gue tahu dia juga butuh gue buat menyelesaikan masalah yang sedang menimpanya." "Tapi tetap saja dia ga tau tujuan utama elo apa. Ihsan taunya elo bener-bener pengen hijrah, kan?" Aynur menghela nafas kasar dan mulai memejamkan matanya, mengabaikan kata-kata Ziva."Seharusnya elo ngasih tahu ke dia She, gimana kalau nantinya dia merasa ditipu dan ga terima dengan perlakuan elo. Elo bisa dituntut di pengadilan dengan pasal penipuan" ancam Ziva. Aynur kembali membuka matanya."Kalau gue dituntut, gue bakal bayar kok, berapapun yang dia mau. Saat ini pokoknya gue harus tunjukin ke Bob
"Saya yakin pemiliknya adalah si gadis kota itu Boss!" ujar Santoso, pria bertubuh besar itu menyeringai sangat yakin dengan ucapannya.Rahmat manggut-manggut mendengar ucapan anak buahnya, asap cerutu kembali membumbung tinggi ke udara."Tapi untuk apa dia masuk terlalu jauh ke area kita? bagaimana kira-kira aku bisa membuktikan bahwa dia pemilik sandal itu." Rahmat mengerutkan dahi."Saya akan menyelidikinya boss, beri perintah pada kami!" Santoso tampak berapi-api. Rahmat menghela nafas."Untuk saat ini fokuslah pada tugas awal kalian. Cari informasi tentang pria di dalam foto itu! untuk masalah ini, biar aku selesaikan sendiri." Rahmat tersenyum getir menatap beberapa lembar foto, salah satunya memperlihatkan sepasang muda mudi sedang berpelukan mesra di sebuah bar."Siap Boss!!" Santoso berlalu dari ruang kerja tuannya, berganti Aisyah yang masuk menemui sang ayah."Abi memanggilku? ada apa?" tanya Aisyah lirih.Rahmat segera memasukkan foto-foto yang berjejer di meja ke dalam la
Aynur tersenyum menyadari dirinya yang kini berada di punggung Ihsan. Ia tak menolak perintah Ihsan karena kakinya memang terasa sakit setelah berlarian bertelanjang kaki menghindari kejaran bodyguard Rahmat. Aynur merasa lega melihat sikap Ihsan yang jauh berbeda tak seperti semalam, meskipun sejujurnya ada perasaan tak enak di hati Aynur karena sejak tadi pakaian kotor dan kakinya yang penuh tanah berkali kali mengenai bagian tubuh Ihsan.Beberapa saat kemudian terdengar suara dari perut Aynur. Ihsan tersenyum geli menyadari tangan Aynur yang mencoba menekan perutnya agar tidak berbunyi."Kita istirahat dulu setelah menyeberangi jembatan." ucapnya datar. Ternyata mereka telah tiba di jembatan bambu yang Aynur lewati sebelumnya."Mas, turunkan aku disini. Aku lebih nyaman berjalan sendiri..." pinta Aynur lirih.Ihsan menuruti permintaan Aynur, ia menurunkan Aynur lalu menggandeng tangannya melewati lantai bambu yang berderit setiap ada kaki yang menginjaknya'Gue suka sikap Lo yang s
Kriyet... Kriyet...Aynur akhirnya berhasil melewati jembatan bambu, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sehingga merasakan kelegaan luar biasa di dadanya. Ia menoleh ke belakang, Nissa sudah tak nampak lagi disana.Aynur mengeluarkan ponsel dari kantong rok yang ia kenakan, masih belum terlihat garis-garis sinyal disana. Ia lantas melihat jam di layar handphone yang sudah menunjukkan angka 10.50, ia segera bergegas menyusuri jalan setapak yang tampak sempit karena tertutup batang jagung setinggi 1 meter di kanan kirinya. Kini hanya terdengar suara-suara alam yang meneduhkan, kicauan burung dan hembusan angin membuat nyaman hati siapapun yang mendengarnya. Beberapa meter di depannya Aynur melihat beberapa orang tampak sedang memetik buah jagung. "Mbak, ngirim bekal buat bapaknya, ya?" sapa salah satu ibu-ibu dengan ramah. Aynur membalasnya dengan senyuman."Iya buk, panenannya bagus ya..."Aynur merasa tak ada salahnya sedikit berbasa basi dengan warga kampung, ia
Aynur terbangun oleh suara adzan yang terdengar begitu merdu, suara yang mendayu dan penuh penghayatan sehingga membuat teduh hati setiap orang yang mendengarnya.Subhanallah... sudah lama aku tak mendengar suara seindah ini..Aynur duduk dan melihat sofa dengan bantal dan selimut yang sudah terlipat rapi di atasnya. Ya, semalam setelah pertengkaran kecil terjadi, Ihsan lantas mengambil bantal dan selimut untuk dibawa tidur di sofa. Hati Aynur terasa perih mengingat ucapan Ihsan semalam. Ia meraih ponselnya, mencari cari jadwal keberangkatan pesawat paling pagi hari ini. Jika pemilik rumah sudah tidak menginginkannya, mana mungkin dia tetap bersikukuh berada di rumah itu, ia harus pulang kembali ke Jakarta pagi ini.Aynur memilih jam penerbangan pertama, pukul 7.30 pagi, toh tak ada yang perlu dikemasi, bahkan semua barang-barangnya belum keluar dari koper. Aynur mendengus menyesali kedatangannya ke rumah Ihsan.Tau begini mending gue nganterin Bobby!! gerutunya. Baru saja ia memili
Flashback On :Jakarta ( Beberapa jam sebelum Aynur menyusul Ihsan ke Solo)Aynur tidur telentang dengan satu lengan berada di atas kedua matanya yang tertutup, otaknya sedang bergelut memilih antara mengikuti Ihsan atau mengantar Bobby."She!! gimana? belum dapet solusi juga?" Aynur masuk membawa camilan dan dua gelas jus jeruk segar."Gue bingung Va, gue pengen nemenin Ihsan, tapi gue ga mungkin ga nganterin Bobby." Aynur menghela nafasnya sebelum akhirnya duduk sambil memakan camilan yang disiapkan Ziva."Menurut Lo gue harus gimana?"Ziva menaikkan bibir bawahnya dengan dahi berkerut seolah sedang berfikir keras."Gue juga bingung sih, tapi coba Lo pikir deh! misal lo nganterin Bobby, oke Bobby tentu seneng. Namun Lo harus siap dengan segala konsekuensinya. Pertama Lo pasti sulit dapet maaf dari Ihsan, kedua keluarga Ihsan bakalan kecewa sama Lo, ketiga rencana awal pernikahan Lo kemungkinan besar bakal gagal karena Ihsan ga mau nerusin kontrak." Ziva berhenti sejenak lalu kembal
Ihsan menatap Aynur yang duduk beberapa meter di depannya. Wajahnya terliha menegang. Nissa yang duduk di sampingnya menggenggam tangan Aynur seolah memberi semangat.Apa yang harus aku lakukan? pak Rahmat tak mungkin melepaskan Aynur begitu saja.Ihsan bangkit mendekat pada Rahmat."Maaf pak, istri saya sedang berhalangan saat ini. Tidak mungkin dia membuka kitab," ucapnya lirih.Rahmat menyeringai."Mengapa harus membuka kitab? bukankah dia seorang qiroah? tak sulit baginya memilih salah satu surat diantara 114 surat yang ada di dalam Al-Qur'an. Lagipula tadi sudah saya sampaikan, kalau surat lain terlalu berat baginya, Al Ikhlas pun tak masalah," jelas Rahmat dengan suara lantang. Ihsan menghela nafasnya, Rahmat memang sengaja mempermalukan istrinya. Bisa bisanya ayah Aisyah menyebut Aynur seorang qariah, padahal selama ini untuk menertibkannya membaca iqra' saja sulitnya bukan main. Ihsan kembali terduduk dengan lemas, ia tak tahu harus membantu dengan cara apa.Niat Ihsan memban
"Apakah mas Ihsan bahagia hidup bersamanya? jawab jujur mas?" Aisyah menatap dalam-dalam pada mata Ihsan. Ihsan terdiam untuk beberapa saat. Batinnya bergejolak, haruskah ia mengutarakan perasaannya saat ini? mungkinkah Aisyah akan menerimanya dan mau memulai semuanya dari awal lagi? Bukankah minggu depan ia akan mengakhiri kontrak pernikahannya bersama Aynur? "Aisyah, sebenarnya aku masih---""Ihsan!! istrimu datang!!" Sarmi tergopoh-gopoh menuntun seorang wanita dengan gamis dan bergo berwarna mocca. Tak ada make up tebal seperti biasanya. Aynur kali ini berbeda dari hari-hari sebelumnya.Ihsan terkesiap melihat kedatangan Aynur.Bukankah seharusnya dia bersama Bobby? bagaimana mungkin dia rela mengorbankan waktu berharganya untuk datang kesini?"Aynur, kamu datang kesini?" Ihsan bertanya lirih, seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat."Maaf, mas. Apa Kamu tidak senang aku berada disini?" suara Aynur bergetar, sejak tadi ia sudah ragu untuk masuk ke rumah mertuanya itu.Ia ter
"Alhamdulillah... Mana istrimu?" Ihsan melihat sorot mata bahagia dan penuh harap dari mata ibunya. Sungguh tak tega Ihsan mengatakan jika Aynur menolak untuk datang. Ia tak kuasa membayangkan betapa kecewanya sang ibu jika mengetahui menantunya tak hadir malam ini."Maaf buk, Aynur tidak bisa datang..."ucap Ihsan akhirnya. Ada gurat kekecewaan terbaca dari raut muka Sarmi, wanita tua yang telah melahirkannya."Lain kali Ihsan akan mengajaknya kesini buk.." Ihsan berkata bohong, ia tak mungkin mengatakan pada ibunya bahwa setelah ini dirinya akan berpisah dengan Aynur."Kalian baik-baik saja bukan? tidak terjadi masalah?" tanya Sarmi seakan bisa membaca pikiran putranya. Ihsan menunduk mengangkat kopernya."InsyaAllah semuanya baik-baik saja buk. Ihsan capek, Ihsan izin mandi dulu." Ihsan mengangguk dan segera berlalu, ia tak ingin semakin larut berbincang dengan ibunya. Semakin ia menjawab pertanyaan tentang Aynur, maka dia harus berbohong lebih jauh lagi.Ihsan berjalan menuju kam
Ihsan menyantap suapan terakhir dari nasi goreng buatan Aynur. Rasanya memang lezat. Tak heran Aynur sukses dalam usaha kulinernya. Seandainya perasaan Ihsan tidak sedang dongkol, ia tak akan segan memuji masakan istrinya itu."Gimana? enak?" tanya Aynur ragu. Tak pernah terpikirkan bahwa Ihsan masih mau menyantap makanan dingin itu." Lumayan. Akan lebih enak jika dimakan saat masih panas. Dan... lain kali tak perlu repot-repot menghiasinya dengan telur dan tomat berbentuk hati." canda Ihsan untuk menutupi kebohongannya. Seketika Aynur menunduk dan berpaling karena malu."Sini aku cuci piringnya." ucap Aynur kemudian.Tidak biasanya Aynur mencuci piring milik Ihsan, keduanya juga jarang makan bersama di rumah, tapi kali ini Aynur rela membersihkan alat-alat makan di atas meja. Aynur lantas tersenyum senang, sepertinya usahanya meluluhkan hati Ihsan berhasil. Pria itu tak menanyakan tentang kejadian semalam.Aynur mengelap tangannya yang basah lalu berjalan santai menuju kamarnya."Ma