"Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby.
Lidah Bobby kelu tak bisa menjawab pertanyaan kyai Mustafa. Aynur tersenyum kecut."Heh!! ternyata elo memang pengecut Bob!" kata Aynur."Pak kyai.. tolong beri saya waktu 2 tahun lagi. Saya akan melamar She setelah lulus S2." pinta Bobby pada kyai Mustafa. "Sayang... elo bisa kan nunggu gue 2 tahun lagi, kali ini gue bener-bener serius!!!" Bobby berganti memohon pada Aynur yang mengacuhkannya."Usia Aynur tahun ini sudah 27 tahun, mau sampai kapan dia nunggu kamu? Di luar sana banyak orang yang menikah tapi masih menempuh pendidikan. Asalkan kamu bertanggung jawab dan bisa membimbing istrimu ke jalan yang baik, maka menikah bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita." jelas kyai Mustafa. Bobby terdiam dan menatap ibunya seakan meminta persetujuan.Bu Sofi yang beberapa menit lalu tampak berapi- api kini seakan kehilangan kata-kata. Dirinyq terlalu syok mengetahui fakta bahwa wanita yang dia hina tadi adalah putri dari ustaz kondang.Pak Kyai menghela nafas lalu merangkul putrinya."Tadi bapak dengar ada pria baik yang siap melamarmu dari pada berpacaran bertahun-tahun tanpa kepastian. Sekarang bapak tanya, kalau bapak menerima lamaran pria itu, apa kamu siap menjadi istrinya?" tanya kyai Mustafa sambil menatap dalam-dalam putrinya."Nur wanita hina pak, mana ada pria baik yang mau menerima Nur." jawab Nur lirih seraya melirik bu Sofi serta ibu-ibu yang menghinanya tadi."Tidak ada wanita hina di dunia ini Nur. Allah menciptakan manusia itu lebih mulia dari pada makhluk lain. Tidak perlu menunjukkan pada manusia bagian sisi baikmu, tugasmu hanya menunjukkan pada Allah bahwa kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan jika dia jodohmu maka bapak akan mendoakan semoga dia bisa membimbingmu ke jalan yang benar." jelas pak Kyai. "Ustaz Ihsan? apakah benar yang saya dengar tadi? kamu siap membantu membimbing Aynur untuk hijrah?" lanjut pak kyai sambil menatap Ihsan.Kini semua mata tertuju pada Ihsan yang kaget karena namanya disebut."Eh!! say-ya kyai?" tanyanya terbata."Iya. Tadi saya dengar kamu siap melamar Aynur di depan walinya. Sekarang walinya ada disini. Apakah yang kamu katakan tadi serius? atau hanya sekedar---""Bapak. Pak ustaz ini hanya kasihan sama saya karena tadi saya dihina, tidak mungkin pak ustaz mau dengan wanita seperti Nur. Bapak jangan bercanda, kasihan pak ustaz." Aynur memotong kata-kata ayahnya, dia merasa malu karena ayahnya menganggap serius perkataan Ihsan."Ow. Yasudah kalau cuma bercanda. Bapak kira apa yang dikatakan seseorang seperti ustaz Ihsan itu keseriusan. " Kyai Mustafa tersenyum sambil berlalu."Saya siap menjadi imam untuk putri pak kyai!!" kata Ihsan tiba-tiba, membuat semua orang menoleh padanya. Kyai Mustafa menatap Ihsan."Benar ustaz?" tanya pak kyai. Ihsan mengangguk pasti."Nur?? kamu mau menjadi istri ustaz Ihsan?" pak kyai berganti menanyai putrinya.Aynur merasakan gelap di atas matanya. Mendadak seperti melayang di udara.'Si ustaz ini maunya apa sih??!' batinnya.Sementara itu, otak Ihsan sendiri sedang berseteru dengan pikirannya.'Astagfirullah... apa yang kamu pikirkan San??!!kamu sudah punya calon istri sempurna di desa. Semoga wanita ini menolak!!' batin Ihsan."Kalau kamu menerima, maka bapak akan bersyukur dan dengan senang hati menyetujuinya. Tapi kalau kamu menolak itu berarti dia bukan jodoh kamu. Bapak tidak akan memaksa, bapak hanya bisa mendoakan yang terbaik karena kamu yang akan menjalaninya. Pikirkan baik-baik Nur!" pesan kyai Mustafa.Aynur masih kaget dengan ucapan Ihsan. Kini dia memandang Bobby yang menatapnya sendu. Lalu Aynur menatap bu Sofi, dia teringat kata-kata pedas bu Sofi yang menganggapnya mengejar- ngejar Bobby karena tak ada pria lain yang mau terhadapnya. Mengingat hal itu membuat mata Nur memanas lagi siap untuk menumpahkan air mata.'Tolak!! Tolak!! Tolak.... !!' Ihsan terus berdzikir di dalam hati, namun dzikirnya bukan memuji nama Allah, melainkan mengucapkan kata 'tolak' agar Aynur tidak menerima lamaran konyolnya."Aynur mau pak!" jawab Aynur pasti."Alhamdulillah..." ucap kyai Mustafa."Sayaaang???!!" protes Bobby."Innalillahi.... " ucap Ihsan lirih, dia hampir roboh tak kuat menyangga tubuhnya sendiri.Sementara ibu-ibu yang mendengarnya kini menatap tak percaya."Yasudah.. kita bicarakan hal ini di pondok. Kamu pulang dulu Nur, biar diantar Somad. Nanti setelah pengajian bapak pulang bareng ustaz Ihsan." Kyai Mustafa berjalan ke arah ibu-ibu yang masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar."Alhamdulillah kesalahpahaman sudah teratasi. Mari kita mulai pengajiannya bu, biar tidak terlalu kemaleman selesainya. Ayo ustaz Ihsan..!" Ajak kyai Mustafa sambil berjalan masuk ke kediaman bu Sofi.Bu Sofi dan yang lainnya mengikuti kyai Mustafa dari belakang, sementara Ihsan berjalan lemah di belakang ibu-ibu. Berkali-kali dia beristighfar menyesalkan apa yang sudah dia ucapkan."Sayang... elo serius mau nikah sama pria itu?!! gue tau elo nggak bener-bener menyetujuinya!! dia bukan tipe elo!!" Ihsan berhenti mendengar kata-kata Bobby yang mengejar Aynur."Terus kalau gue ga menyetujui, elo siap nglamar gue sekarang juga??!" tantang Aynur."Sayang... merit itu ga gampang. Kita harus mapan dulu. Setelah gue lulus S2, gue bakal langsung lamar elo. Plisss... gue cinta sama elo She..." rengek Bobby sambil menahan lengan Aynur agar berhenti."Cihhh!!! sekarang alesan mau kuliah, nanti 2 tahun lagi alesan cari kerja. Gue udah mapan Bob!! gue udah bilang berkali-kali, kita kembangin usaha gue bersama. Itu udah cukup!! alesan elo gak masuk akal!!" teriak Aynur."Dia emang bukan tipe gue. Tapi gue bakal buktiin kalau gue bukan cewek hina seperti yang mama lo dan temen temennya bilang!! dan yang bikin gue tambah kecewa adalah fakta bahwa elo cuma bisa diem mendengar gue di hina. Sementara pria itu?? dia ga kenal gue tapi malah sampe segitunya ngebelain gue!! elo emang bener-bener PENGECUT BOB!!" Aynur melepas lengannya dari cengkeraman Bobby, kemudian ia masuk ke mobil dan menyuruh Somad menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Bobby.Ihsan yang mentap Bobby dan Aynur dari kejauhan hanya mampu menelan ludah."Ya Allah.. Seperti itukah jodohku?? jika memang benar, maka berilah hamba kekuatan untuk menghadapi ini semua..." pintanya lirih.Kyai Mustafa duduk sambil menyeruput kopi hitam yang dibuatkan Somad. Di depannya duduk Ihsan yang tertunduk lesu."Saya tahu kamu masih memikirkan perkataanmu semalam kan? Tapi percayalah ustaz, Aynur tidak seperti yang kamu lihat dari penampilan luarnya." kata kyai Mustafa meyakinkan."Maaf pak kyai, izinkan saya bertanya, saya penasaran mengapa beliau berbeda dengan putri pak kyai yang lain?"Kyai Mustafa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, dia menatap lampu yang bersinar terang di atasnya."Dulu Aynur sama seperti putriku yang lain, lemah lembut, santun, sholehah. Lalu dia berubah seperti itu karena saya." Kyai Mustafa behenti sejenak untuk menyeruput kopinya lagi." Sepuluh tahun yang lalu saat ibunya meninggal, Nur sempat depresi berat. Dibanding mbakyu-mbakyunya, Nur memang yang paling dekat dengan almarhumah ibunya. Disaat rasa sakit kehilangan orang tercinta belum sembuh, saya memilih menikah lagi dengan hajah Fatimah, istri saya sekarang ini." jelas kyai Mustafa."
Aynur menuangkan air lemon ke dalam gelas cicktail. Dia menggoyangkan gelas tersebut dengan luwes ala bartender profesional."Nih..!" dia menyerahkan gelas cocktail tersebut pada Ziva, gadis cantik berkulit kuning langsat, tubuh semampai bak model dengan rambut berwarna coklat."So, elo beneran putus nih ama Bobby?" tanya Ziva setelah menyeruput air lemon yang diberikan Aynur."Yess!!! gue pengen ngasih pelajaran tuh cowok cemen!!" "Trus... cowo yang ngebelain elo gimana nasibnya?" tanya Ziva lagi."Pak ustaz???" Aynur balik bertanya sambil tertawa."Ya gak mungkin lah kita nikah. Semalem bokap gue udah klarifikasi masalah itu. Gue tau diri kali, lagian dia juga bukan tipe gue, Gila apa gue nikah sama ustaz!!" Aynur kembali tertawa."Gue bakal gamisan sebulan kalo lo bener-bener nikah sama tu cowok, hahaha. Terus sekarang bokap elo dah balik ke Jogja?" tanya Ziva."Belum. Katanya sampai akhir bulan ini masih ada urusan di Jakarta. Hmm... Bokap minta gue sering-sering ngunjungi pondok
Kyai Mustafa menatap wanita berhijab di depannya, hijabnya memang bukan hijab syar'i, namun dalam hati pria tua itu benar-benar bersyukur dengan apa yang ia lihat di hadapannya."Kamu kesini sendirian?" tanya kyai Mustafa pada putrinya."Iya pak. Nur mau mengatakan sesuatu." katanya.Kyai Mustafa menatap putrinya lekat-lekat. "Ada apa? katakanlah, bapak akan lakukan apapun untuk membantumu." Aynur menunduk, berfikir sejenak apakah dia benar-benar harus mengutarakan keinginannya."Nur mau nikah pak." katanya setelah beberapa detik terdiam. Mendengar itu kyai Mustafa tersenyum senang."Alhamdulillah.... " katanya. Sudah bertahun-tahun ia menginginkan kata kata itu keluar dari mulut putrinya."Jadi Bobby sudah yakin mau nglamar kamu? bapak tidak keberatan asal dia bisa berkomitmen untuk menjadi imam yang baik untuk kamu Nur. Meskipun bapak berharap kamu bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Bobby, tapi kalau kamu sudah mantap dengan pilihan kamu, maka bapak hanya bisa mendoak
Aynur tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya masih dipenuhi dengan perbincangan ayahnya dengan Ihsan siang tadi. Tawaran menjadi menantu? Apakah ini berarti sebelumnya ayahnya sudah mempunyai niatan untuk menjodohkan dirinya dengan Ihsan? Menikah dengan jalan ta'aruf bukanlah hal yang diinginkan Aynur, apalagi jika pria tersebut seorang ustaz seperti Ihsan. Menikah dengannya sama saja merelakan diri untuk seratus persen menjadi seorang ibu rumah tangga yang bisa diatur dan dikekang oleh suami. Membayangkan hal tersebut membuat Aynur bergidik ngeri. "Lalu bagaimana dengan rencanaku untuk membungkam mulut Bobby dan kelurganya? Aku tetap harus membuktikan bahwa ada seorang pria baik-baik yang mau menikahiku" gumamnya.Aynur mulai hampir saja memejamkan mata ketika ponselnya bergetar. Tertera nama Bapak pada layar ponselnya. "Assalamualaikum ... " sapa Aynur. "Waalaikumsalam, belum tidur Nur?" tanya ayahnya. "Belum pak. Ada apa?" Hati Aynur mulai penasaran menebak-n
"Maaf, berita negatif apa yang anda maksud?" tanya Aynur pada Ardi. Ardi menoleh pada Ihsan yang untuk pertama kalinya mendongak dan menatap Aynur sekilas."Perkataan saya beberapa waktu lalu direkam oleh seseorang dan tersebar di media sosial." Ihsan mengeluarkan ponsel dari saku koko yang ia pakai. Beberapa detik kemudian dia menaruh ponselnya di atas meja dan memutar sebuah video.Aynur meraih ponsel Ihsan dan menonton video berdurasi tiga menit tersebut. Video yang menampakkan potongan perkataan Ihsan ketika berada di rumah Bobby bersama dengan Aynur dan beberapa teman bu Sofi. Aynur tersenyum."Mana bagian negatifnya? bukankah ini video yang menarik? sayangnya direkam secara sembunyi-sembunyi. Seandainya aku tahu akan direkam, maka aku akan berakting dengan lebih baik." Aynur mengakhiri kalimatnya dengan tawa kecil.Dia kembali meletakkan ponsel Ihsan ke atas meja."Kamu sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut?" tanya Ihsan seolah tak percaya.Aynur menggeleng. "Memang
Aynur menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia menghembuskan asap rokok ke udara dan membuang puntung rokok yang beberapa menit lalu ia hisap ke dalam asbak di sebelahnya."Gila lo She ... Elo ga mikirin gimana perasaan tuh ustaz? Udah patah hati ga jadi merit, masih ditambah dikerjain cewek yang sama sekali ga dia kenal." ucap Ziva sambil mematikan puntung rokok Aynur di asbak."Gue ga egois kali, Va. Gue tahu dia juga butuh gue buat menyelesaikan masalah yang sedang menimpanya." "Tapi tetap saja dia ga tau tujuan utama elo apa. Ihsan taunya elo bener-bener pengen hijrah, kan?" Aynur menghela nafas kasar dan mulai memejamkan matanya, mengabaikan kata-kata Ziva."Seharusnya elo ngasih tahu ke dia She, gimana kalau nantinya dia merasa ditipu dan ga terima dengan perlakuan elo. Elo bisa dituntut di pengadilan dengan pasal penipuan" ancam Ziva. Aynur kembali membuka matanya."Kalau gue dituntut, gue bakal bayar kok, berapapun yang dia mau. Saat ini pokoknya gue harus tunjukin ke Bob
Fatimah segera berlari menggendong Fariz untuk turun dari ranjang Aynur, ia lantas membawa bocah itu keluar dari kamar. Aynur menutup pintu dengan kasar dan duduk di atas ranjangnya. Laras mendekati Aynur dan mengelus bahunya."Nur ... sampai kapan kamu akan membenci bu Fatimah?""Sampai mati!" sahut Aynur jengkel. Laras kembali beristighfar."Mbak Laras dan yang lain mungkin bisa legowo karena kalian berhati lembut. Tapi sampai kapanpun aku ga akan maafin dia. Nur yakin suatu saat mata kalian semua akan terbuka dan melihat sendiri seperti apa wanita itu sebenarnya!" Aynur menggertakkan giginya. Laras menghembuskan nafas berat."Ga ada gunanya terlalu membenci seseorang Nur. Mbak sampai sekarang juga belum bisa sepenuhnya menerima dia di keluarga kita. Tapi bapak juga membutuhkan seseorang yang bisa menemani beliau menghabiskan masa tua." Laras menatap wajah kaku adiknya."Nanti setelah kamu menikah dan mempunyai anak, kamu akan memahami arti seorang pasangan hidup bagi kita. Bahkan or
"Silahkan dilihat dulu mas Ihsan. Apa benar wanita cantik ini yang ingin Anda nikahi?" ucap penghulu.Ihsan melirik ke arah Aynur."Bagaimana? Apa dia benar wanita yang akan kamu nikahi?" tanya pak penghulu.Ihsan terdiam, lidahnya kelu, nafasnya tercekat di tenggorokan. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya."Ustaz Ihsan?" tanya kyai Mustafa.'Mengapa Ihsan diam saja? jangan-jangan dia berubah pikiran??! atau dia kaget karena mbak Laras udah bikin wajah gue jadi aneh!!' batin Aynur was-was.Aynur yang sejak tadi menunduk memberanikan diri untuk mendongak menatap calon suaminya. Untuk pertama kalinya mereka berdua berhadapan dengan jarak dekat. Aynur terkesiap menatap wajah bersih Ihsan yang tampan tanpa koko dan sarung yang biasa ia kenakan.Untuk pertama kalinya kedua mata Ihsan dan Aynur bertemu dalam beberapa detik. Ihsan merasakan getaran yang tak mampu ia jelaskan."Iya benar, dia calon istri saya." jawab Ihsan lirih.Penghulu membuka acara dengan membaca Al-Fatihah, istigh