Share

WAI Part 05

Author: Firdawati
last update Last Updated: 2022-12-11 06:20:00

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah kami baik, hanya ibu saja yang kurang sehat, mag-Nya  kambuh karena telat makan.”

“Maaf Mas, aku ralat, Ibu sakit bukan karena telat makan ya, tapi ibu sedang kehilangan nafsu makan.” jelas Nuri tak terima aku bilang ibu telat makan.

Aku spontan melongo mendengar ucapan Nuri. Berani juga dia menyanggah perkataanku. Padahal sebenarnya aku tahu banget sepak terjangnya. Sekarang berlagak tidak mau disalahkan karena gagal melayani semua kebutuhan ibu. Aku hanya bisa menggelengkan pasrah.

“Tergantung, kalau lauknya menggiurkan, pasti ibu nafsu makan.” balasku lagi.

“Maksud Mas, masakanku tidak menerbitkan selera ibu gitu,” sanggah Nuri sedikit kesal.

“Bukannya berterima kasih telah dimasakin, sekarang bisanya menghina.” Lanjut Nuri menambahkan dengan raut cemberut.

Aku tersentak mendengar jawaban Nuri, sejak kapan dia mulai berani menjawab dan menentang perkataanku. Jadi semua ini bukan karena pengaruh hasutan seseorang. Ini murni Nuri telah banyak berubah. Apakah ini bagian dari rencana jahatnya.

“Kamu jangan salah paham begitu Nuri, Mas tidak bermaksud mengecilkan usaha dan kelelahanmu merawat dan melayani semua kebutuhan ibu. Masalah selera, sebenarnya bisa saja dipancing. Apalagi buat ibu yang menderita mag akut. Tidak seharusnya membiarkan ibu telat makan.”

“Harusnya kamu bujuk rayu ibu, supaya mau makan. Bukan hanya diam saja seakan tidak peduli dengan penyakit ibu.”

“Cukup Mas, jangan salahkan aku terus. Kamu kenapa sih Mas, apa ada sesuatu hal yang kamu ketahui, tapi tidak bisa mengatakannya.”

"Kenapa aku yang disalahkan, ibu sakit karena sedang tidak nafsu makan. Bukan karena telat makan. Ingat Mas, aku sudah berupaya untuk merawat dan menjaga ibu, jangan lupakan jerih payahku," lirihnya dengan wajah keruh dan tak enak dilihat.

"Tidak! Jangan salah paham."

"Terus kenapa mas mudah marah dan tersinggung?"

“Sudah! Sudah! Kenapa kalian jadi perang mulut. Terpenting sekarang ibu tidak apa-apa, jadi jangan berantem lagi. Malu tau,” ucap bang Hamdi melerai perdebatan antara aku dan Nuri.

“Maaf Bang,” ucapku menyesal.

Sejak aku melihat perlakuan Nuri pada ibu, emosiku suka kepancing sendiri. Bila tak ingat dia adalah tanggung jawabku, dan sungguh akupun sangat mencintainya, rasanya sulit bagiku untuk melepaskannya.

“Arfan, ibu mau istirahat. Tolong antar ibu ke kamar.”

“Silakan masuk Bang, maaf saya antar ibu istirahat kekamar.”

“Silakan.”

Aku segera menuntun ibu ke kamar, pisiknya belumlah stabil dan tenaganya masih lemah. Apalagi tadi sempat berdiri lama, salahku juga justru berdebat dengan Nuri. Bukannya mengantar ibu ke kamar untuk istirahat. Jadi ibu tidak perlu ikut melayani tamu yang datang. Cukup Nuri atau Bia saja yang menemani.

Mumpung di kamar berdua ibu saja, mending aku korek info lebih banyak lagi. Siapa tahu ibu mau cerita. Setelah menatap wajah perempuan itu lekat-lekat, aku  mulai menghirup napas perlahan-lahan sebelum mulai bertanya.

“Kenapa kamu menatap ibu seperti itu, seakan-akan kamu hendak menguliti ibu hidup-hidup.”

“Hhmm, begini Bu, aku masih penasaran, kenapa ibu bisa masuk rumah sakit. Aku curiga ibu telah berbohong, apa ada yang ibu tutupi dari aku. Biasanya ibu akan memakan apa pun itu demi kesehatan ibu. Tapi kenapa karena kurang berselera saja, ibu tidak memaksakan makan seperti biasanya. Padahal ibu tahu betul, jika telat makan mah ibu pasti kambuh. Ini terasa ada yang mengganjal, ibu berbohongkan padaku, dengan mengatakan “lagi tidak berselera makan.”

“Benarkan dugaanku Bu, bicaralah terus terang, tidak ada siapa-siapa di sini."

“Benar Nak, ibu tidak bohong.”

“Mau sampai kapan ibu menutupi ini dari aku. Asal ibu tahu, kemaren aku melihat dengan mata kepala sendiri, apa yang dilakukan Nuri pada ibu.”

Kulihat rona terkejut di wajah ibu. Tak lama kemudian,wajahnya tenang dan biasa seperti semula.

“Kamu tidak perlu cemas Arfan. Apa yang kamu lihat dan apayang kamu dengar tidak semuanya benar. Kemaren memang salah ibu yang tidakbersih mencuci baju Nuri. Tadinya Nuri mau cuci sendiri, tapi melihat diamemijit kepalanya, ibu menawarkan diri untuk membantunya. Hanya itu saja kok, percayasama ibu.”

Aku hanya bisa mematung mendengar pembelaan ibu pada Nuri, padahal Nuri telah memperlakukannya sangat kejam. Tapi ibu tetap saja membelanya. Itulah ibuku, orang yang tidak pernah mau menyimpan dendam. Jika dikelahiran berikutnya, aku tetap ingin dilahirkan dari rahim wanita seperti ibu. Rela mati-matian dan bekerja keras untuk membiayai semua keperluan kamu anak-anaknya. Hidup damai dan bahagia dengan ayah. 

Kebahagiaan yang mereka tunjukkan, adalah mimpi yang sangat ingin kuraih bersama Nuri. Tapi setelah melihat kenyataan di depan mata, apa masih mungkin aku bisa meraih mimpi hidup bahagia dengan istriku. Sekarang saja, aku sudah mulai merasa pernikahan kami sedang di ujung tanduk.

“Baiklah! Aku percaya sama ibu. Ingat ya Bu, jika Nurimemperlakukan ibu semena-mena, jangan diam saja. Ibu harus bilang padaku. Akutidak mau ibu menderita sedikit pun.”

“Bagiku, kebahagiaan ibu adalah kebahagiaanku.”

“Baiklah Nak, kamu tidak perlu khawatir. Ibu pasti akancerita dan bilang terus terang, bila ibu diperlakukan tidak sepantasnya olehNuri.”

Tengah asyik bicara dengan ibu, Bia muncul dengan wajahditekuk.

“Loh! Itu kenapa wajahmu tak enak dilihat begitu, adamasalah?”

Bia memberengut dan mendengkus kasar.

“Tau tuh bang Handi, masak salaman pegangan tanganku lamabanget, kok perasaanku tidak enak ya Bang.”

“Jangan berpikiran buruk dulu, belum tentu benar. Tidak baikberburuk sangka, dosa besar.”

“Habisnya bikin kesal, cengar-cengir gak jelas.” Tukas Biacemberut tak suka.

“Ayo Mas anter ambil pakaianmu. Mulai sekarang kamu tinggaldi rumah ini, biar ada yang mengawasi ibu.”

“Mas tidak khawatir meninggalkan ibu bersama Mbak Nuri dan BangHandi. Bisa jadi Mbak Nuri meminta Bang Handi datang untuk mencelakakan ibu.”

“Oh iya, kamu ada benarnya juga, baiklah kamu saja yang mengambilsendiri. Sementara Mas akan tetap tinggal.”

“Yuk keluar, biarkan ibu istirahat.” Kugandeng tangan Biapelan. Tapi sayang, Bisa menahannya.

“Kenapa?” tanyaku heran.

“Malas ah ketemu cowok aneh itu, aku di sini saja. Lagianngapain dia ke sini. Kurang kerjaan saja.” ucap bisa menggerutu.

Aku terkekeh ringan melihat gerutuan Via, hingga mulutnyamenyong sana menyong sini.

“Gak boleh begitu, tamu itu harus dihormati.”

Aku dan Bia keluar beriringan melangkah ke ruang tamu, takbaik saat ada tamu, tuan rumah malah sembunyi di kamar.”

Baru saja kaki ini menginjak satu undakan menuju ruang tamu,telingaku menangkap suara bisik-bisik pelan antara Nuri dan abangnya. Urungkakiku melangkah lebih jauh, tanganku serta Merta menyeret tangan Bia untukikut mundur ke belakang.

“Hampir saja rencana kita ketahuan Bang, untungnya mas Arfanorangnya lambat berpikir dan terlalu percaya padaku.”

“Kamu ini sudah tau mertuamu itu mengidap penyakit mag,kenapa kamu larang makan.”

Sontak Bia mencengkeram tanganku dengan kuat. “Kamu dengarsendiri-kan Dek, mereka itu tengah merencanakan sesuatu yang jahat,” ucapkuberbisik.

“Iya Mas.”

“Sstt... Kita dengarkan dulu pembicaraan mereka.”

“Aku juga tidak menyangka Bang, bakal kejadian begini.Selama ini aku pikir ibu menderita mag biasa, tidak berbahaya seperti kemaren.”

“Untungnya lagi cepat kamu bawa dia ke rumah sakit.”

“Eh sebentar, harusnya kamu biarkan saja dia menderita, bilaperlu mati sekalian. Biar dendam lama kita terbayarkan.”

“Yah! Gak bisa gitu Bang, nanti aku yang disalahkan. Pastibakal ketahuan ibu meninggal karena penyakit mag-Nya kambuh.”

 Aku dan Bia salingmelirik dan bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya ada dendam apa yang inginmereka lampiaskan pada ibu. Apa kesalahan ibu sebenarnya pada mereka.

“Mas! Apa maksud perkataan mereka, ada dendam apa merekapada ibu, kasihan ibu Mas, menjadi sasaran balas dendam mereka.” Bisik Bia ketelingaku.

Bersambung ..

Terima kasih teman sahabat yang telah berkenan mampir, mohon dukungannya untuk subscribe,like dan komen ya, biar aothor semakin semangat menulisnya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kamti Fis
bagus, intai terus kelakuan dua kakak beradik jahat itu, cari bukti utk menjarakan mereka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wajah Asli Istriku   Part 06

    Bismillahirrahmanirrahim.“Dendam lama.” Bia mencengkeram lenganku kuat sekali. Hampir saja aku teriak kesakitan, untungnya aku masih sadar tengah menguping. Jika tidak! Pastilah Nuri dan Bang Handi mengetahui aksi kami. Aku dan Bia saling melirik dan bertanya-tanya dalam hati.Pikiranku berkelana mencocokkan fuzle yang terserak dengan perilaku dan sikap buruk Nuri yang baru saja aku ketahui. Secercah keterangan mulai terlihat.Ternyata ada dendam yang tersembunyi. Pantas saja ia berbuat senekad itu. Benar-benar berniat menyakiti hati dan perasaan ibu.“Kamu dengar-kan Dek, perkataan mereka. Mas tidak salah dengar bukan?”“Iya Mas! Ternyata semua itu karena dendam lama. Aku takut Mas, takut ibu kenapa-napa, takut kita dibunuh tengah malam buta. Kita tidak akan bisa tidur dengan nyaman. Kita pasti dihantui ketakutan."Aku menyugar rambut kasar, tak menyangka wanita yang aku nikahi berhati iblis. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan, hamba terlanjur mencintainya.Hening kembali, hanya

    Last Updated : 2023-01-19
  • Wajah Asli Istriku   Part 07

    Bismillahirrahmanirrahim.Ibu tampak mengangguk, lalu masuk ke kamar. “Jangan lupa kunci pintu,” pesanku cepat sebelum melangkah pergi. Keselamatan ibu lebih penting dari apapun.Lega terpancar dari raut wajahku, ibu dalam keadaan baik-baik saja.Aku bergegas pergi ke kamar Bia. Sama halnya yang kulakukan di depan pintu kamar ibu, aku ketuk pintu itu pelan dan memanggil nama Bia. Namun sayang, beberapa kali ketukan, tidak ada sahutan dari dalam. Apa Bia sudah tidur? terus tadi itu suara teriakan siapa? Apa mungkin itu hanya halusinasiku saja. Aku bermonolog sendiri. Belakangan ini, karena saking khawatir dengan keselamatan ibu dan Bia, aku sering berpikir yang aneh-aneh. Bahkan kadang muncul bayangan, seolah ibu dan Bia tengah dianiaya.Terkadang sampai terbawa ke alam mimpi. Aneh bukan!!“Gimana Mas? Apa Bia yang teriak? “ tanya Nuri menyusulku keluar kamar tak lama kemudian.“Tidak tahu, soalnya Bia tidak menjawab, mungkin sudah tidur.”“Nah! Apa kubilang, itu bukan teriakan dari ru

    Last Updated : 2023-01-19
  • Wajah Asli Istriku   Part 08

    Bismillahirrahmanirrahim.POV BiaSemenjak ayah meninggal, Mas Arfan mengajakku dan ibu tinggal di rumahnya. Tadinya kami sempat menolak, tapi mas Arfan bersikeras, akhirnya dengan berat hati ibu mengabulkan permintaan anak lelakinya. Pun denganku, terpaksa menurut saja. Mana bisa aku jauh dari ibu. Sore itu aku mendapat wejangan dari mbak Nuri. Katanya, kenapa aku tidak ngekos aja di kosan dekat kampus, biar lebih dekat dan tidak capek mesti bolak balik dari rumah ke kampus. Apa yang dikatakan Mbak Nuri ada benarnya.Tapi aku tidak bisa memutuskan sendiri, tanpa bertanya dulu pada Mas Arfan. Belum tentu kakak lelakiku itu menyetujui saran istrinya.Sepulangnya mas Arfan dari kantor, aku mengungkapkan keinginan untuk tinggal dekat kampus dengan alasan yang tepat tentunya. Meskipun berat berpisah dengan ibu. Saran Mbak Nuri itu seolah menegaskan dia tidak mau aku ikut tinggal dengannya. Itu yang terpikirkan saat itu. Selain itu aku juga tidak mau berprasangka buruk. Belum tentu juga

    Last Updated : 2023-01-19
  • Wajah Asli Istriku   Part 09

    Bismillahirrahmanirrahim.POV BiaAku mulai tak nyaman dengan posisiku, kedua tangan dan kaki rasanya kebas dan pegal-pegal, dari semalam posisiku tak berubah.Perut rasanya mulai bergejolak minta dimuntahkan. Bau ini sangat menggangguku, kenapa aku disekap di tempat yang sangat tidak layak seperti ini. Kencing juga mulai terasa, tak mungkin aku keluarkan di sini, yang ada tambah bau. Aku semakin gelisah menahan hajat yang ingin segera dikeluarkan.Orang yang menyekapku ini sepertinya hanya ingin menyiksaku saja. Tapi itu lebih baik, daripada aku dilecehkan apalagi secara bergantian. Membayangkan itu saja, membuatku bergidik ngeri. Jangan sampai peristiwa memilukan itu menimpaku. Tak ayal rasa khawatir itu datang secara tiba-tiba. Ya Allah semoga hal buruk itu tidak menimpaku, kalau hanya diikat dan disekap begini, masih bisa kutanggung. Tapi jangan hal yang satu itu, itu hanya akanku persembahkan untuk suamiku nanti. Meskipun sampai hari ini aku tidak tahu siapa yang akan menjadi pen

    Last Updated : 2023-01-19
  • Wajah Asli Istriku   Part 10

    Bismillahirrahmanirrahim.POV ArfanAku pandangi lelaki yang berada persis di depanku tanpa berkedip. Apa perkataannya bisa dipercaya. Sulit rasanya mempercayai omongan lelaki ini, dia seolah-olah benar pergi olahraga. Bukan kembali dari suatu tempat. Kenapa hati kecilku mengatakan, kalau lelaki ini telah berbohong.Hati kecil dan firasatku selalu benar, apa yang ada dalam hatiku kadang itulah yang sebenarnya. Makanya aku tidak mudah percaya begitu saja, atas perlakuan Nuri pada ibu. Apa yang terlihat di depan mata, belum tentu benar. Allah memberiku kelebihan itu. Sudah sering aku merasakan kejadian itu. Firasatku tidak pernah salah. Entah kali ini.Mungkin orang akan memandang heran atas sikapku yang tidak bisa mengambil keputusan cepat. Terlalu berbelit-belit dan terkesan santai, sedangkan nyawa seseorang tengah terancam. Apa lagi ini, bukan nyawa sembarang orang, melainkan nyawa perempuan yang mempertaruhkan hidupnya untuk melahirkanku. Apakah aku tidak memikirkan itu.Aku mengge

    Last Updated : 2023-01-21
  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 11

    Bismillahirrahmanirrahim.“Ibu! Boleh aku menanyakan sesuatu yang pribadi,” tanyaku dengan napas tercekat.Ibu menoleh, lalu memandangku sesaat. Kemudian tatapannya beralih ke gelas yang tengah ia isi dengan es batu. Tak lama kemudian, ibu melangkah ke kulkas dan meletakkan kotak berisi es batu ke tempat semula, Lalu berbalik lagi ke meja makan. Reaksi ibu tampak biasa saja. Tak seperti yang aku bayangkan. Ibu harusnya kaget dengan pertanyaanku. Ibu kembali menatapku.“Mau tanya apa? Tanya saja.”“Tapi ibu jangan marah ya,” pintaku lagi dengan perasaan takut dan cemas serta dahi berkerut.Ibu menghentikan pergerakannya, memandangku sesaat, lalu diam sebentar seakan tengah berpikir. Tak lama ibu menyodorkan gelas berisi teh dingin ke hadapanku.“Duduk dan minumlah dulu, setelah itu kamu bisa menanyakan apa pun,” balas ibu seraya menarik kursi dan mendaratkan bokongnya di sana. Akupun ikut duduk di sebelah ibu. Setelah menandaskan minuman, aku menatap perempuanyang kukasihi itu sejenak.

    Last Updated : 2023-01-22
  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 12

    Bismillahirrahmanirrahim.Tampilan bermula ketika terdengar panggilan dari Nuri.“Bu! Keluar! Jangan di kamar terus. Cucian menumpuk ini,” teriak Nuri cepat.“Iya Nak, sebentar,” sahut ibu seraya menutup mushaf Al-Qur’an dan meletakkan di meja. Kemudian melipat mukena, lalu membuka pintu. Cctv yang aku pasang memang lebih banyak mengarah ke pintu. Tujuanku supaya bisa melihat langsung perlakuan Nuri pada ibu.Baru saja pintu dibuka, ibu mendapat serangan pakaian mengenai wajahnya. Persis seperti yang aku lihat pertama kali. Oh jadi begitu ceritanya, aku mangguk-mangguk mengerti. Mataku terus saja menatap layar laptop.“Bau Nak, kenapa harus dilemparkan ke wajah ibu, kamu kan bisa letakkan aja di lantai,” sanggah ibu tak terima perlakuan Nuri.“Letakkan di lantai? Ibu tidak salah. Lihat! Lantai kamar ibu saja kotor begitu. Masak aku taruh baju di sana. Lihat Bu, ini gak sembarang baju, baju mahal,” ucap Nuri menekan kata mahal.“Ibu tahu, Nak. Tapi tidak dilempar juga ke muka ibu, baj

    Last Updated : 2023-01-26
  • Wajah Asli Istriku   Wai Part 13

    Bismillahirrahmanirrahim.“Kamu mau bukti, hah! Ini, akan kutunjukkan sekarang juga.” Kini tidak ada lagi sikap lembut yang selalu aku tunjukkan padanya. Sudah cukup rasanya melihat ibu menderita. Pelan namun pasti, cinta yang aku jaga selama ini mulai luntur.Aku segera mengambil laptop yang tadi aku bawa dari kantor, dan membawanya ke dalam rumah lalu menunjukkan semuanya pada Nuri.Nuri tampak syok dan pastinya kaget, badannya limbung kebelakang. Wanita itu pasti tidak menduganya, bukan? Tak sabar rasanya melihat perempuan itu terkejut.“Ba-bagaimana cara Mas mendapatkan bukti itu,” lirihnya gugup dengan napas tercekat.“Tak penting bagaimana caraku mendapatkan bukti ini. Kenyataannya, sekarang aku tau, kamu selama ini ternyata bermuka dua. Lain depan lain belakang. Kenapa Nuri? kenapa kamu tega memperlakukan ibu dengan buruk. Apa kurangnya aku, aku selalu menomorsatukan kamu dalam setiap hal. Apa kurang cukup cinta dan kasih sayang yang kuberikan padamu. Hingga kamu tega memperlak

    Last Updated : 2023-01-27

Latest chapter

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 21

    Baru saja Arfan dan Bu Asti meninggalkan restoran, ada panggilan masuk dari ponsel milik Arfan.Arfan segera mengangkatnya setelah mengetahui siapa yang menelpon.“Apa?! Astagfirullah. Kamu serius Bia!” lirih Arfan tercekat. Asti pun tak kalah kagetnya melihat anaknya terkejut.“Iya baiklah! Mas akan pulang secepatnya.” Setelah mengatakan itu, Arfan langsung mematikan sambungan telepon dan menatap ibunya sejenak.“Kita pulang sekarang Bu, tadi kata Bia Nuri jatuh dari tangga.”“Apa?” kini gantian Asti yang terperangah. “Terus bagaimana kondisi istrimu? Apa dia baik-baik saja?”“Nuri dibawa ke rumah sakit, kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Katanya pingsan cukup lama, bahkan tadi belum siuman juga.”“Ya Allah, semoga Nuri baik-baik saja.”“Ya sudah! Jangan ngobrol di sini. Ayo kita pulang sekarang juga,” Asti menarik tangan Arfan dengan cepat menuju mobil. Perempuan itu tak sabar ingin mengetahui dan melihat langsung kondisi menantunya. Betapa pun pahit yang dirasakannya, akibat u

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 20

    Rumahnya sepi, kayak tidak ada orang. Lirih Asti kecut. Padahal dari tadi dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Bu Silfiorang yang selalu baik dan ramah padanya. Perempuan itu pun keluar dari mobil lalu mendekati Arfan.“Tidak ada orang kayaknya ya,” tanya Bu Asti melirik kepintu.“Iya Bu, pada kemana ya.”“Coba kamu tanya tetangga sebelah itu,” tunjuk Bu Asti padarumah persis sebelah rumah yang hendak mereka tuju. “Kebetulan itu ada orangnyatuh,” sambung Bu Asti tampak lega.Arfan bergegas menemui lelaki yang ditunjuk ibunya barusan. Kemudian menanyakan keberadaan pak Irwan.Arfan mangguk-mangguk mendengar penjelasan lelaki itu. Setelah mengucapkanterima kasih Arfan kembali ke tempat ibunya berada.Arfan pun menjelaskan keberadaan pak Irwan pada ibunya.“Jadi gimana, apa perlu kita membesuknya ke rumah sakit?”Arfan menimbang baik tidaknya mengajak ibunya ke rumahsakit. Rasanya kok kurang baik bila mengganggu keadaan pak Irwan yang sedangdalam masa perawatan.“Kita pulang saja

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 19

    Bismillahirrahmanirrahim.POV AuthorKedekatan kami sebenarnya mengundang kebencian dari pegawai lain. Tapi kami tidak memperdulikan nya. Selama kami tidak mengganggu mereka apa yang harus ditakutkan.“Kebencian dari pegawai lain? Maksud ibu ada yang tidak seneng melihat keakraban ibu dan teman-teman.” Arfan bertanya dengan gusar.“Jangan-jangan orang itu yang telah menjebak ibu mengatasnamakan Bu Ranti. Tujuannya untuk memecah belah hubungan kalian.” Sambung Arfan penasaran.“Saat itu ibu juga sempat berpikir seperti yang kamu katakan tadi Arfan. Masalahnya tidak semudah itu. Ibu tidak tahu siapa yang telah berani memfitnah ibu dan menyebabkan Ranti jadi membenci ibu.”Nuri menyimak, sesekali matanya menerawang, seakan mengingat sesuatu.Suasana hening sejenak.Tak lama Nuri memulai percakapan kembali.“Di buku diary mama, aku baca setiap halaman yang ditulis di sana. Mama mengatakan semua isi hatinya dan mencurahkan segala rasa. Di sana juga tertulis kebencian mama pada perempuan ya

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 18

    Bismillahirrahmaanireahiim.Hari telah berganti. Dua hati telah berlalu semenjak kedatanganku menemui pak Irwan. Tidak ada info apa pun yang aku dapatkan. Apalagi dari orang suruhanku. Bertanya pada ibu juga belum sempat karena banyak pekerjaan kantor yang belum aku selesaikan. Sementara kasus ini aku tangguhkan dulu. Pagi ini seperti biasa, Nuri berusaha mencuri perhatianku.Tapi tetap saja hatiku belum goyah sedikit pun. Hari bila terlanjur sakit, kemana obat hendak dicari.“Ini tehnya Mas,” ucap Nuri meletakkan cangkir bermotif sepasang angsa di atas meja kerjaku.Melihat cangkir bermotif sepasang angsa yang terlihat mesraitu, sesaat kenangan itu sempat melintas dalam benakku. Tercenung dalam diam, terbayang sudah.Bagaimana perjuanganku dulu mendapatkan sepasang cangkir itu. Berdesak-desakan dengan banyak orang. Penuh intrik dan drama. Waktu itu kami tengah menikmati saat masa pacaran yang begitu menggebu-gebu. Hari terasa berjalan begitu cepat. Setiap saat kami habiskan waktu be

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 17

    “Bismillahirrahmaanirrahiim.Tadi ibu menyebut nama Asti, benarkan?” kejarku lagi setelah wanita ini mengelak.Tanpa menjawab pertanyaanku, tiba-tiba wanita itu menutup pintu dengan cepat. Aku hanya bisa melongo melihatnya, hampir saja jariku kejepit pintu bila tidak kutarik dengan cepat. Ada apa dengannya, kenapa dia seperti ketakutan.“Mas! Kenapa ibu itu kaget melihatku, apa dia pikir aku hantu,” protes Bia memberengut kesal.Aku terkekeh ringan mendengar perkataan Bia, kenapa dia berpikir, dirinya hantu. Ada-ada saja."Kenapa Mas malah tertawa, senang ya dikira aku hantu," ketus Bia kesal.“Bukan begitu Dek, kayaknya dia melihat sosok ibu di wajahmu, makanya dia kaget. Kayaknya dia sangat mengenal ibu, buktinya meskipun telah berlalu sekian lama, wajah ibu tetap teringat olehnya.Bia mengangguk membenarkan perkataan kakaknya.“Kamu dengar gak tadi dia menyebutkan nama Ibu, jangan-jangan dia mengenal ibu dengan baik.”“Tapi responsnya kok anedia kayak takut gitu. Kalau dia mengena

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 16

    Bismillahirrahmanirrahim.POV Author“Gimana? Arfan kasih tahu posisinya di mana?”Nuri menggeleng cepat seraya meneteskan air mata. Tangannya sibuk mengusap bulir air mata yang meleleh di pipi. Tak pernah perempuan itu bayangkan, bahwa tindakannya memperlakukan ibu mertua dengan sangat kejam itu berimbas pada dirinya sendiri. Nuri pikir perbuatannya itu tidak akan diketahui oleh suaminya secepat ini. Bak kata pepatah, bangkai busuk lama-lama pasti tercium juga. Kini Nuri begitu terluka, ternyata didiamkan oleh suami sendiri begitu menyakitkan. Ia tidak tahu lagi bagaimana membuat Arfan memaafkannya. Kebencian Arfan padanya, membuat Nuri sangat menyesali perbuatannya. Pikirannya selama ini salah, bahwa Arfan akan memaafkannya, karena cinta lelaki itu begitu besar padanya. Ternyata buktinya, cinta itu telah luntur dalam hati suaminya, akibat perbuatan buruknya menyiksa ibu mertuanya, wanita yang teramat disayang oleh Arfan suaminya.“Bu, Mas Arfan masih marah padaku. Bukannya menjawa

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 15

    Bismillahirrahmanirrahim."Mas! Jangan menakut-nakutiku," lirih Bia tampak cemas. Wajah adikku mengerucut menggemaskan."Bisa jadi-kan, bukan bermaksud membuatmu takut. Kewaspadaan itu penting, di mana pun kamu berada, di rumah sekalipun. Kamu masih ingatkan, di mana kamu diculik waktu itu. Tempat yang aman menurut orang, belum tentu aman untuk kita, kalau kita tidak hati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Jangan dianggap angin lalu. Kamu itu perempuan, perlu waspada dan hati-hati tingkat tinggi. Kamu mengerti-kan apa yang Mas maksud,” pintaku dengan raut khawatir, karena Bia terlalu menyepelekan keselamatan diri. Terlalu abai dengan keadaan sekitar, dia pikir orang tidak mungkin berbuat jahat padanya.“Iya Mas, aku mengerti, maaf." Lirih Bia tampak menyesali ucapannya. Melihat Bia menunduk dalam, kini giliranku merutuki perkataanku yang terlalu mengintimidasi Bia. "Maaf Bia, perkataan mas terlalu tajam ya." Kuperhatikan wajahnya dengan seksama mencari tanggapan atas perkataanku."Ti

  • Wajah Asli Istriku   WAI Part 14

    Bismillahirrahmanirrahim.Sekali lagi Mbak bilang Laili, Mbak tidak pernah memfitnah Ranti.Jika mau jujur mbak juga ikut bersedih kehilangan kakakmu itu. Dia sahabat yang sangat baik dan mengerti kesulitan temannya.”"Apapun kata Mbak, aku lebih percaya perkataan Kakakku. Katanya, Mbak Asti yang telah menuduhnya.""Kata siapa, bagaimana Ranti bisa mengatakan aku yang memfitnahnya. Siapa yang mengatakan itu," sanggah ibu tak terima dituduh oleh sahabat baiknya.“Sebentar Mbak Asti, kenapa setelah kejadian itu? Mbak pindah kerja, seakan-akan Mbak ingin kabur dari jeratan hukum. Kepergian mbak Asti waktu itu menambah daftar kecurigaan kami."“Mbak pindah kerja karena mengikuti suami dan mbak juga ingin melupakan peristiwa kelam itu. Kalau Mbak masih di sana, mungkin Mbak masih terus teringat Ranti.”“Percayalah! Mbak tidak sejahat itu, kami hanya korban.”“Korban? Maksud Mbak?”“Iya korban, kami hanya korban orang yang tidak senang melihat kedekatan kami.”“Siapa?”“Maaf Laili, mbak juga

  • Wajah Asli Istriku   Wai Part 13

    Bismillahirrahmanirrahim.“Kamu mau bukti, hah! Ini, akan kutunjukkan sekarang juga.” Kini tidak ada lagi sikap lembut yang selalu aku tunjukkan padanya. Sudah cukup rasanya melihat ibu menderita. Pelan namun pasti, cinta yang aku jaga selama ini mulai luntur.Aku segera mengambil laptop yang tadi aku bawa dari kantor, dan membawanya ke dalam rumah lalu menunjukkan semuanya pada Nuri.Nuri tampak syok dan pastinya kaget, badannya limbung kebelakang. Wanita itu pasti tidak menduganya, bukan? Tak sabar rasanya melihat perempuan itu terkejut.“Ba-bagaimana cara Mas mendapatkan bukti itu,” lirihnya gugup dengan napas tercekat.“Tak penting bagaimana caraku mendapatkan bukti ini. Kenyataannya, sekarang aku tau, kamu selama ini ternyata bermuka dua. Lain depan lain belakang. Kenapa Nuri? kenapa kamu tega memperlakukan ibu dengan buruk. Apa kurangnya aku, aku selalu menomorsatukan kamu dalam setiap hal. Apa kurang cukup cinta dan kasih sayang yang kuberikan padamu. Hingga kamu tega memperlak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status