Share

BAB 98. Jangan dan kesal pada Mbak Lili dan Mbak Asih.

“Kamu makan saja yang benar, nanti keselek, rumah sakit jauh!” ucap Wak Ratno pada ibu.

“Makan secukupnya saja, Mas, ini Alhamdulillah kami sudah kenyang,” jawab bapak.

“Wak, aku mau bawa pulang ya, buat Mas Roni,” ucap Mbak Asih.

“Aku juga, Wak,” sahut Mbak Lili.

“Iya, bungkus aja buat makan besok, lumayan,” timpal ibu.

Kakak-kakakku yang mendengar cekikikan.

“Orang kaya makannya dibungkus. Cari gratisan,” sindir Mbak Ning.

“Aji mumpung tahu, Mbak,” cibir Mbak Nur. Lagi mereka tertawa.

“Eh, rejeki itu enggak boleh ditolak pamali!” sahut Mbak Lili.

“Rejeki ngerampok ha-ha ....” ejek Mbak Ning.

“Sudah, kalian ini ribut aja!” Ibu sepertinya sudah jengah dari tadi kalah telak kena sindir kakak-kakakku.

“Nah, sudah, selesai semua ayo, pulang!” Wak Ratno ke kasir untuk membayar semua makanan.

“Ta, tunggu. Kamu jangan asal percaya sama orang meski itu saudara Danu. Ini uang bnyak loh, Ta. Ratusan juta. Kalau aku jadi kamu mending ikut saja ke rumah Wak Ratno. Takut tertipu,” ucap Mbak Ning.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status