Share

BAB 79. Membela diri.

Sampai rumah ibu tidak ada yang berani menegurku, baik ibu, bapak, ataupun Mas Danu. Mungkin mereka paham akan perasaanku.

“Bu, besok aku pulang, boleh?” tanyaku, kami sedang makan malam.

“Boleh, tapi sebenarnya Ibu sama Bapak masih kangen sama Kia,” jawab bapak. Mata kami bertemu ada gurat kesedihan di sana.

“Iya, ibu juga masih kangen sama Kia,” sahut ibu.

“Aku kan, dagang, Bu. Kalau lama enggak dagang nanti pelanggan pada nyariin udah gitu lusa Mas Danu harus ke sangkal Putung lagi,” jawabku beralasan.

“Ya, sudah kalau mau kamu begitu tidak apa-apa. Kami mengerti,” timpal bapak. Beliau memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

Tidak ada obrolan lain, hanya itu. Mas Danu pun diam saja, aku rasa dia bingung mau ngomong apa padaku.

Menjelang tengah malam semua kakak-kakakku datang. Ramai sekali. Mereka dua keluarga sekaligus membawa anak-anaknya karena aku tidak mendengar suara Mas Agung ataupun Mbak Nur.

Aku pura-pura tidur, aku belum mau bertemu mereka. Sakit hatiku masih sangat membekas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status