Share

BAB 56. Ujian seakan tak pernah habis.

Plak!

Aku membalas tamparan Mbak Lili. Dia pikir aku tidak punya perasaan yang bisa seenak jidat dia perlakukan semena-mena.

“Jangan asal tuduh jika tidak ada bukti, Mbak!” Mbak Lili memegangi pipinya menangis histeris dan terduduk di tanah. Mas Danu dan Wak Ratno berjalan ke arahku.

Dalam pelukan Mas Danu aku menangis sejadi-jadinya. Rumahku, uangku, baju-baju Kia. Semua aku tangisi karena hanya itulah harta kami.

Tangisku dan Mbak Lili saling bersahutan. Pilu bagi siapa pun yang mendengarnya. Meski beda versi cerita kami. Entah lah ini Mbak Lili kenapa jadi ikutan nangis di sini ditonton para warga.

Ibu datang tergesa, beliau memeluk Mbak Lili.

"Kita akan balas perbuatan Eko, Nak, tenang saja. Ibu siap mati untukmu," ucap ibu. Aku sedih sih, mendengar itu. Wanita mana yang rela di duakan. Ibu mana yang tega anaknya disakiti. Jika aku di posisi ibu pasti aku pun akan marah.

“Sabar, Nak, sudah jangan menangis begitu seperti menangisi kematian. Insya Allah ada hikmah dibalik musibah in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status