Share

BAB 143. Janda gatel kata Mamah Atik.

“Ta, itu Kia kayaknya ngantuk, kamu susui dulu sana. Biar Mamah yang siapin teh hangat untuk Danu dan yang lain. Nanti ada orang berapa yang ke sini?”

“Enggak paham aku, Mah. Biar saja aku Mah, nanti Mamah capek loh.”

“Kayak apa aja capek, cuma buat teh kok.” Baru mau menyahut lagi Mamah Atik sudah ke dapur.

Benar saja, baru beberapa menit Kia sudah tidur lelap.

“Mana Wak Wasimin, Ta!” Itu suara Mbak Lili.

“Eh, siapa kamu main masuk rumah orang tanpa permisi, dasar enggak punya sopan santun!” tegur Mamah Atik.

“Halah, ini juga bukan rumah. Ini gubuk!” elak Mbak Lili.

“Oh, dasar perempuan gendeng! Pergi sana kamu!” Usir Mamah Atik. Sebelum terjadi keributan yang lebih besar aku segera ke luar kamar.

“Situ yang siapa main usir sembarangan!” Bantah Mbak Lili.

“Cukup Mbak! Jangan buat keributan di rumah orang malam-malam begini! Benar kata Mamah Atik kalau masuk rumah orang itu permisi. Kalau enggak berarti yang masuk setan,” ucapku kesal sekali.

“Hih, kamu ya, sekarang belagu sekali!” pr
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status