Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!

Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!

last updateLast Updated : 2024-03-27
By:  YuRaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
131Chapters
54.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Nova, gadis muda yang menikah dengan seorang duda dengan tiga anak. Mereka tinggal bersebelahan dengan mertua. Konflik selalu terjadi antara Nova dan mertua, anak tiri dan ipar. Mampukah Nova bertahan dalam pernikahannya? Ataukah Nova menyerah dan mencari kebahagiaannya sendiri? Ikuti cerita ini.

View More

Chapter 1

Hutang Emak

"Bu, saya mau menagih hutang!" Terdengar suara yang lantang mengagetkanku. Tanpa basa-basi langsung saja menagih hutang

"Eh Bik Lena! Ada apa Bik?" tanyaku pada perempuan itu. Aku kaget dengan kehadirannya, karena aku merasa tidak punya hutang dengannya.

Bik Lena adalah seorang rentenir di kampungku. Dia meminjamkan uang dengan bunga yang cukup tinggi, sekitar dua puluh persen. Ia tidak segan-segan mengambil barang yang ada di rumah, jika orang tersebut tidak mampu membayar hutangnya.

"Begini Bu, Minggu lalu Mak Amir meminjam uang sama saya. Janjinya hari ini mau dibayar. Terus tadi saya menagihnya, katanya saya disuruh minta uang sama Bu Nova" Bik Lena menjelaskan dengan suara tidak segarang ketika datang tadi.

Mak Amir adalah ibu mertuaku. Bapak mertua bernama Amir, jadi ibu mertua dipanggil Mak Amir. Emak, biasa aku memanggil mertuaku, selalu bermasalah dengan uang. Beliau termasuk orang yang hobi berhutang demi terlihat kaya dan dipuji-puji orang lain.

"Kok Emak nggak bilang sama saya ya? Maaf Bik Lena, saya nggak tahu kalau Emak ada hutang dengan Bik Lena." Aku menjawab dengan jujur, karena memang Emak tidak bilang sama aku.

"Waduh gimana, ya Bu? Saya hanya disuruh minta uang kesini," jawab Bik Lena.

"Ayo Bik, kita ke rumah Emak!" ajakku pada Bik Lena.

"Baik Bu," kata Bik Lena sambil berjalan mengikutiku.

Aku segera ke rumah Emak yang berada di sebelah rumahku.

"Assalamualaikum, Mak." Aku mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam, ada apa Nova?" jawab Bapak mertua.

"Emak ada, Pak?" tanyaku pada Bapak.

"Ada di belakang. Masuk saja!" sahut Bapak sambil tetap asyik nonton televisi.

Aku mempersilahkan Bik Lena untuk duduk dulu di ruang tamu. Aku berjalan menuju ke dapur, ada Emak yang sedang makan.

"Mak, apa Emak ada hutang sama Bik Lena?" Aku bertanya dengan sopan.

"Iya, tolong dibayar, ya Nova?" jawab Emak sambil tetap makan.

"Hutang untuk apa Mak? Apa uang yang Nova beri tidak cukup?" aku bertanya lagi pada Emak.

"Untuk ulang tahun Sheila kemarin! Kasihan bapaknya jauh, ia ingin ulang tahun dirayakan. Sebagai neneknya apa salahnya kalau Emak merayakannya?" sahut Emak.

"Mak, kalau hanya untuk ulang tahun, kan nggak harus dirayakan. Apalagi kalau tidak punya uang. Itu namanya memaksakan diri!" Aku memberi pengertian pada Emak.

"Kamu itu, jadi orang jangan pelit! Nanti rezekimu sempit. Uang cuma segitu saja kok diributkan." tiba-tiba Emak jadi emosi.

"Memangnya Emak punya hutang berapa sama Bik Lena?" Aku masih bertanya dengan suara yang tenang, sambil tetap menahan emosi yang mulai naik.

"Lima juta, sama bunganya jadinya enam juta!" Emak menjawab dengan ketus.

"Mak, enam juta itu banyak!" jawabku dengan nada kaget.

"Pokoknya Emak nggak mau tahu, kamu harus membayar hutang itu!" cecar Emak.

"Saya dapat uang darimana, Mak?"

"Ada apa ini ribut-ribut!" tiba-tiba suara Bapak terdengar.

"Nova itu menantu paling pelit. Disuruh bayar hutang tapi tidak mau. Dasar menantu durhaka!" Emak mengadu pada bapak.

"Maaf Pak, saya merasa tidak berhutang! Jadi saya tidak mau membayar hutang sebanyak itu!" aku membela diri.

"Yang berhutang siapa?" tanya Bapak.

"Aku yang berhutang, untuk merayakan ulang tahun Sheila kemarin." sahut Emak.

"Terus kok Nova yang disuruh membayar hutangnya?" cecar Bapak.

"Kalau bukan Nova, aku minta uang sama siapa?" Emak membalas dengan sengit.

"Bapak pikir, kemarin Emak merayakan ulang tahun Sheila karena memang punya uang. Ternyata Emak berhutang ya? Mak, Emak ini nggak ada kapok-kapoknya berhutang ya?" ungkap Bapak.

"Sudahlah Pak? Nggak usah marah-marah. Yang penting sekarang hutangnya dibayar!" sahut Emak dengan wajah yang kesal.

"Yang mau bayar siapa?" tanya Bapak lagi.

"Nova sama Johan!" kata Emak sambil melirik ke arahku. Aku hanya terdiam sambil menghela nafas.

"Mak, uang segitu Nova nggak ada!" tegasku pada Emak.

"Dasar kamu pelit. Kamu punya usaha warung makan itu, ada di tanah Emak! Anggap saja kamu membayar sewanya!" bentak Emak.

"Astaghfirullahaladzim, Mak! Tanah itu kan jatahnya Johan, terserah dia mau ditempati untuk usaha atau tidak. Nggak ada istilah sewa dengan anak sendiri!" teriak Bapak.

Aku kaget mendengar teriakan Bapak, karena Bapak jarang berbicara dengan nada keras. Mungkin Bapak sudah tidak tahan, mendengar ucapan Emak yang seenaknya saja. Karena itu Bapak berteriak.

"Bapak selalu membela mereka, jadinya mereka melawan sama Emak!" Emak berkata dengan nada merajuk.

"Ada apa ini?" tanya Mella, ibunya Sheila yang baru muncul dari kamarnya.

Mella merupakan istri dari Deni, adiknya Bang Jo suamiku. Deni bekerja sebagai sopir di perusahaan sawit, jadi tidak setiap saat ada di rumah. Mella masih tinggal bersama mertuaku, tapi pintar sekali mencari muka dan selalu mengadu domba.

"Tuh, Nova nggak mau membayar hutang Emak pada Bik Lena." Emak mengadu pada Mella.

"Mbak, jangan terlalu pelit dengan Emak. Ingat Mbak, kita ini menantu Emak. Sebisa mungkin membahagiakan Emak, jangan selalu menang sendiri! Masih mending kita bisa tinggal bersama Emak. Kalau disuruh mengontrak, sudah habis berapa banyak uangnya. Mbak kan punya uang, kenapa nggak dibayar saja hutang Emak." Mella berkata seolah-olah menasehatiku, padahal hanya mencari muka di depan Emak dan Bapak. Kulihat Emak tersenyum bahagia, mendengar pembelaan dari menantu kesayangannya.

"Maaf Mella, Emak berhutang untuk merayakan ulang tahun Sheila. Jadi kamu yang harus membayar hutangnya," ucapku pada Mella.

"Nggak bisa dong! Yang berhutang kan bukan aku!" teriak Mella.

"Sama! Yang berhutang juga bukan aku!" sahutku lagi dengan tersenyum.

"Sudah-sudah, berapa semua hutangnya?" Bapak menengahi perdebatan kami.

"Enam juta sudah beserta bunganya!" jawab Emak.

"Apa? Enam juta? Wajar saja kalau Nova keberatan membayarnya! Emak benar-benar keterlaluan!" Bapak berkata dengan nada kesal.

"Mak Amir, Bu Nova? Gimana nih hutangnya." Tiba-tiba Bik Lena muncul di dapur.

"Berapa semua hutang Emak, Bik?" tanyaku pada Bik Lena.

"Enam juta!" sahut Bik Lena.

"Saya hanya punya uang satu juta!" kataku sambil mengeluarkan uang dari saku celana. Padahal uang ini akan aku pakai untuk belanja keperluan warung.

"Kurang dong, Bu." sahut Bik Lena.

"Mau dibayar nggak? Kalau nggak mau ya sudah!" kataku sambil pura-pura memasukkan uang ke saku.

"Iya deh, saya terima saja daripada tidak dibayar," kata Bik Lena dengan tangan mengambil uang yang ada di tanganku.

"Ini ada uang dua juta! Sisanya nanti kalau saya punya uang!" kata Bapak yang keluar dari kamar. Aku tidak tahu kapan Bapak masuk ke kamarnya kok tiba-tiba sudah keluar dari kamar.

"Pak, Bapak punya uang ya?" tanya Emak.

"Bapak mengambil di laci lemari!" sahut Bapak dengan santainya.

"Itu uangku, Pak!" teriak Emak dengan marah.

"Ya sudah untuk membayar hutang saja," kata Bapak sambil menyerahkan uang pada Bik Lena.

"Terimakasih Pak Amir. Masih kurang tiga juta lagi ya, Pak?" kata Bik Lena dengan wajah berseri-seri karena menerima uang.

"Iya, nanti sisanya biar Emak yang membayarnya!" sahut Bapak.

"Permisi, saya mau pulang!" Bik Lena pulang dengan senang hati karena hutangnya dibayar walaupun hanya setengah saja.

"Dasar menantu durhaka, pelit dengan mertua. Emak doakan usahamu bangkrut!" teriak Emak seperti orang yang kesurupan.

Aku syok mendengar kata-kata Emak.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Nova Junita
Cerita yang menguras emosi.. Tp happy ending. Seru sih lika-liku kehidupan Nova salut utk semangat juangnya. Tq kak YuRa
2024-11-06 01:32:06
1
user avatar
Dian F Pertiwi
nyantai bacanya
2024-03-22 10:07:09
1
user avatar
Mei Chen
ceriranya bagus banget, tapi updated nya tiap hari cuma 1 bab, kalo bisa updatednya lebih banyak biar gak penasaran
2024-03-11 12:36:58
2
default avatar
Anisa Manissuada
Seru bgttt, semangat Nova
2024-01-26 17:33:43
1
default avatar
Anisa Manissuada
baguss ceritaanyaa tp mau nunggu complete dulu lah biar gak geregetan hehe
2024-01-03 14:07:48
2
131 Chapters
Hutang Emak
"Bu, saya mau menagih hutang!" Terdengar suara yang lantang mengagetkanku. Tanpa basa-basi langsung saja menagih hutang"Eh Bik Lena! Ada apa Bik?" tanyaku pada perempuan itu. Aku kaget dengan kehadirannya, karena aku merasa tidak punya hutang dengannya.Bik Lena adalah seorang rentenir di kampungku. Dia meminjamkan uang dengan bunga yang cukup tinggi, sekitar dua puluh persen. Ia tidak segan-segan mengambil barang yang ada di rumah, jika orang tersebut tidak mampu membayar hutangnya."Begini Bu, Minggu lalu Mak Amir meminjam uang sama saya. Janjinya hari ini mau dibayar. Terus tadi saya menagihnya, katanya saya disuruh minta uang sama Bu Nova" Bik Lena menjelaskan dengan suara tidak segarang ketika datang tadi.Mak Amir adalah ibu mertuaku. Bapak mertua bernama Amir, jadi ibu mertua dipanggil Mak Amir. Emak, biasa aku memanggil mertuaku, selalu bermasalah dengan uang. Beliau termasuk orang yang hobi berhutang demi terlihat kaya dan dipuji-puji orang lain."Kok Emak nggak bilang sama
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Balas Dengan Kebaikan
"Mak, nggak boleh ngomong begitu!" bentak Bapak."Biarlah! Biar jadi miskin sekalian!" sahut Emak dengan nada yang kesal "Alhamdulillah kalau Emak mendoakanku seperti itu! Jadi nanti Emak nggak minta uang sama aku lagi, karena usahaku bangkrut! Boro-boro mau ngasih uang sama Emak, untuk makan saja belum tentu cukup! Jadi nanti Emak minta uang sama Deni dan Mella ya Mak? Mereka kan anak dan menantu kesayangan Emak!" sindirku."Iri bilang, Mbak!" sahut Mella sambil tersenyum penuh kemenangan."Iri? Maaf, nggak ada dalam kamusku iri sama kamu! O ya, hutangmu yang Minggu lalu, besok dibayar ya? Mau aku pakai untuk belanja warung! Jangan lupa, bayar!" kataku sambil berjalan pergi keluar rumah Emak. Sekilas aku lihat wajah Mella merah padam. Bapak tersenyum mendengar ucapanku.Aku keluar dari rumah Emak dengan perasaan yang sangat kesal. Kesal dengan tingkah laku Emak yang tidak pernah kapok-kapoknya berhutang pada rentenir."Dari mana, Dek!" tanya Bang Jo ketika aku kembali ke rumah."Dar
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Pinjam Uang
"Kata siapa kalau Makwo membenci Ibu dan Nay?" tanya Bang Jo."Soalnya Makwo sering marah-marah sama Ibu dan Nay. Padahal Nay sudah jadi anak baik. Kalau Sheila selalu disayang Makwo, walaupun Sheila nakal sama Nay." Nayla menjelaskan dengan serius."Nggak boleh bilang seperti itu, Makwo juga sayang kok sama Nay." Bang Jo berusaha memberi pengertian pada Nay. Walaupun sebenarnya ia tahu kalau yang dikatakan Nayla itu benar. Emak memang membedakan perlakuan pada Sheila dan Nayla, pilih kasih. Aku juga sering jengkel dengan perlakuan Emak. Giliran butuh uang, aku dan Bang Jo yang dicari.Nayla hanya diam, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu atau mungkin mencoba menalar apa yang diucapkan ayahnya. Kemudian Nayla melihat ke arahku."Bu, besok beli kado untuk ulang tahunnya Irsa ya?" pinta Nayla."Nay mau pergi sama siapa?" tanyaku pada Nayla."Sama Mbak Intan. Jangan lupa Mbak Intan dibelikan kado juga. Jadi nanti Nay dan Mbak Intan bawa kado sendiri-sendiri!" Nayla bersemangat sekali
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Kado
Aku tersenyum menatap Bang Jo, kemudian mengangguk. Bang Jo pasti tahu apa yang aku pikirkan.Hari ini aku tidak pergi ke kantor, karena Bang Jo ada urusan dan tidak bisa menunggu warung. Kesibukan di warung sudah dimulai. Warti dan Minah sudah datang dan menyiapkan semua perlengkapan warung. Sebenarnya capek buka usaha warung makan, tapi yang namanya bekerja itu memang capek. Kalau semua dilakukan dengan ikhlas dan senang hati, insyaAllah capek pun akan tetap senang. Inilah hidup yang harus aku syukuri."Bu, Nayla sudah bangun," kata Warti."O ya?" Aku segera masuk ke kamar, Nayla suka menangis kalau dia bangun tidak ada orang disebelahnya."Bu, Nay mau susu!" kata Nayla."Nay pipis dulu, Ibu bikin susu! Ya?" kataku membujuk Nayla untuk buang air kecil.Nayla bergegas bangkit dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi."Nay sudah pipis Bu! Nay mau nonton televisi ya, Bu?" kata Nayla.Aku segera menghidupkan televisi dan mencari acara kesukaan Nayla. Nayla menonton film kartun sambil
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Daster
"Bu Nova, mau beli daster nggak? Barangnya baru semua lho!" kata Mbak Siti, tukang kredit pakaian keliling. Ia turun dari motornya sambil membawa tas berisi barang dagangannya. Kemudian duduk di balai bambu yang terdapat di teras rumahku. Balai bambu itu sering kami pakai untuk duduk-duduk santai sambil menunggu pembeli yang datang. Bahkan Intan dan Nayla sering tidur-tiduran dan bermain di balai bambu itu."Ayo Bu, silahkan dipilih! Ini warnanya cocok untuk Bu Nova," kata Mbak Siti."Namanya orang dagang, pasti bilangnya cocok. Biar nanti dibeli," kataku sambil memilih-milih daster.Warti dan Minah juga ikut melihat-lihat daster karena kebetulan warung sedang sepi. Jualannya Mbak Siti boleh dibayar dengan sistem kredit atau tunai. Tentu saja harganya berbeda antara kredit dan tunai."Pilihkan satu untuk Bik Sarni!" kataku pada Warti."Ini cocok nggak Minah untuk Bik Sarni!" kata Warti."Terlalu ramai coraknya!" jawab Minah sambil memilih-milih."Kalau ini?" tanya Warti lagi."Nah it
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Watak Sheila
"Ada apa Nay?" tanyaku pada Nayla.Nayla tidak menjawab, hanya menangis terus."Maafkan Intan Bu. Intan lalai menjaga Nayla," kata Intan pelan sambil menunduk. Sepertinya ia ketakutan, kalau aku marah."Memangnya Nayla kenapa?" tanyaku dengan suara lembut."Nayla rebutan mainan sama Sheila. Sheila kalah, dia mencubit Nay dan merebut kembali mainan Nay. Intan nggak bisa mencegah Sheila karena Intan sedang mengambil minum untuk Nay. Maafkan Intan Bu," jawab Intan sambil menunduk.Aku mendekati Intan dan memegang tangannya. "Intan nggak bersalah. Intan sudah jadi kakak yang baik untuk Nayla. Buktinya Intan sedang mengambilkan minum untuk Nayla, ya kan?" kataku pada Intan.Intan mengangguk."Ibu nggak marah sama Intan?"Aku menggelengkan kepala."Sudah, sekarang Intan dan Nayla main di balai bambu saja. Ya?" kataku pada Intan.Nayla sudah berhenti nangisnya."Lihat Bu, tangan Nay yang dicubit Sheila," kata Nayla sambil menunjukkan tangannya yang sedikit lecet karena dicubit Sheila.Seben
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more
Jarimu Harimaumu!
"Iya Mak, ada apa?" tanya Bapak."Dicariin dari tadi kok malah kesini, sarapan disini ya? Kayak di rumah nggak dikasih makan, Pak?" gerutu Emak sambil melirik ke arahku. "Memangnya kenapa kalau sarapan disini? Tadi sarapan sama Nayla," jawab Bapak "Nay, kok nggak mau main sama Sheila? Sheila punya mainan baru lho," ucap Emak pada Nayla, untuk mengalihkan pembicaraan."Nggak mau, Sheila pelit! Kalau punya mainan nggak mau minjemin." Nay menjawab dengan ketus."Eh, siapa bilang?" tanya Emak."Nay yang bilang. Emang Sheila pelit kok. Nay pegang mainannya saja nggak boleh.""Tuh, anak diajarin ngomong nggak benar. Adiknya sendiri dikatain pelit!" kata Emak padaku dengan tatapan sinis. Aku menghela nafas sebelum menjawab perkataan Emak."Mak, Emak juga sering bilang kalau aku pelit. Mungkin Nay ikut-ikutan ngomong pelit karena ada yang ditiru." Aku membalas ucapan Emak."Benar itu Mak, anak kecil itu akan meniru omongan orang dewasa." Bapak ikut menimpali."Huh, ngomong sama kalian meman
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more
Status di Medsos
"Kenapa, Mbak?" Suara Rita mengagetkanku. Sepertinya Rita memperhatikan aku dari tadi."Kamu ini ngagetin aku aja. Nggak apa-apa kok!" Aku berusaha mengatur emosiku."Nggak mungkin nggak apa-apa. Dari tadi aku memperhatikan Mbak Nova. Setelah memegang ponsel, wajah Mbak Nova berubah menjadi seperti marah. Pasti ada sesuatu di ponsel Mbak. Apakah ada yang memberi tahu sesuatu?" selidik Rita, aku yakin kalau dia sangat kepo.Aku menyerahkan ponselku pada Rita, matanya langsung terbelalak menatap layar ponsel."Ini status Dewi?" tanya Rita, sepertinya ia kurang yakin.Aku mengangguk sambil mengatur nafas, yang tadi sempat naik turun karena emosi. Benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya Dewi membuat status seperti itu di Facebook."Sudah, Mbak. Nggak usah dipikirin. Biarkan saja. Orang-orang sudah tahu, kalau Mbak Nova nggak seperti itu. Kalau diladeni, nanti malah ramai dan membuat masalah baru." Rita menenangkanku. Kemudian ia membuka ponselnya dan mencari akun Dewi."Iya, aku nggak mau m
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more
Selalu Salah
"Nova, mana Johan?" tanya Emak yang tiba-tiba datang ke warung."Belum pulang, Mak," jawabku dengan sejenak menghentikan kegiatanku membungkus nasi."Kemana?" tanya Emak lagi."Tadi katanya mau ke sekolah Dewi, sesudah itu mau pergi bersama temannya. Ada apa, Mak?" Aku balik bertanya."Bilangin sama Johan, nanti ponselnya langsung kasihkan sama Dewi. Kasihan Dewi kalau nggak punya ponsel.""Iya, Mak.""Nova, ikut arisan ya? Satu juta sebulan.""Maaf, Mak, saya nggak sanggup terlalu besar. Saya sanggupnya cuma seratus atau dua ratus ribu sebulannya.""Masa kamu kalah sama Mella. Dia ikut lho. Nggak usah pelit-pelit, itu kan uangnya Johan. Emak yakin, Johan tidak akan keberatan kalau kamu ikut arisan itu." Emak semangat sekali mengompori. Aku mulai jengah dengan ucapan Emak."Maaf, Mak.""Hidup numpang saja, belagu!" gerutu Emak.Walaupun Emak berkata pelan, tapi aku masih mendengarnya. Hatiku terasa sangat panas. Warti dan Minah hanya diam saja, aku tahu mereka sebenarnya ingin berkome
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more
Hutang
"Tuh, menantu kesayangan Emak. Gayanya sok kaya, tapi hutang dimana-mana." Bang Jo berkata sambil tersenyum."Bu, ada yang nyariin Tante Mella," teriak Nayla dari luar."Suruh masuk kesini orangnya, Nay." jawabku spontan. Emak langsung melotot padaku."Assalamualaikum, Bu Nova," sapa orang yang dimaksud Nayla."Waalaikumsalam, eh Bu Lasmi. Mari masuk Bu!" jawabku sambil menoleh ke arah datangnya suara."Terimakasih Bu.""Ada apa ya Bu?" tanyaku."Saya mencari Mbak Mella, barangkali dia ada disini." Bu Lasmi menjelaskan."Ngapain kamu mencari Mella." Emak menimpali ucapan Bu Lasmi."Begini Mak Amir, Mbak Mella ada hutang sama saya, janjinya Minggu lalu mau dibayar. Setiap saya cari selalu tidak ada." Bu Lasmi menjelaskan."Hutang apa, Bu?" tanyaku penasaran."Jam tangan, Bu Nova," jelas Bu Lasmi."Hanya jam tangan saja kok, nanti juga dibayar sama Mella." Emak masih membela Mella."Memangnya berapa harga jam tangannya?" tanya Bapak."Lima ratus ribu." Bu Lasmi menjawab dengan semangat.
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status