Share

Balas Dengan Kebaikan

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-10-15 22:51:13

"Mak, nggak boleh ngomong begitu!" bentak Bapak.

"Biarlah! Biar jadi miskin sekalian!" sahut Emak dengan nada yang kesal

"Alhamdulillah kalau Emak mendoakanku seperti itu! Jadi nanti Emak nggak minta uang sama aku lagi, karena usahaku bangkrut! Boro-boro mau ngasih uang sama Emak, untuk makan saja belum tentu cukup! Jadi nanti Emak minta uang sama Deni dan Mella ya Mak? Mereka kan anak dan menantu kesayangan Emak!" sindirku.

"Iri bilang, Mbak!" sahut Mella sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Iri? Maaf, nggak ada dalam kamusku iri sama kamu! O ya, hutangmu yang Minggu lalu, besok dibayar ya? Mau aku pakai untuk belanja warung! Jangan lupa, bayar!" kataku sambil berjalan pergi keluar rumah Emak. Sekilas aku lihat wajah Mella merah padam. Bapak tersenyum mendengar ucapanku.

Aku keluar dari rumah Emak dengan perasaan yang sangat kesal. Kesal dengan tingkah laku Emak yang tidak pernah kapok-kapoknya berhutang pada rentenir.

"Dari mana, Dek!" tanya Bang Jo ketika aku kembali ke rumah.

"Dari rumah Emak, Bang!" jawabku.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Sedikit masalah, tapi sudah diselesaikan," sahutku.

"Masalah apa?" cecar Bang Jo, sepertinya ia sangat penasaran.

"Tadi Bik Lena datang kesini, menagih hutang Emak sama aku Bang." aku menjelaskan.

"Kok bisa?" tanya Bang Jo.

Aku menceritakan dari awal sampai akhir kejadian hari ini.

"Emak memang nggak ada kapok-kapoknya! Entahlah siapa yang menghasut Emak. Kirain kemarin memang punya uang untuk merayakan ulang tahun Sheila. Ternyata berhutang," keluh Bang Jo sambil menepuk dahinya sendiri.

"Mau kopi, Bang?" aku menawarkan kopi pada Bang Jo.

"Boleh!" jawab Bang Jo.

Aku segera membuatkan kopi sambil mengeluarkan cemilan sebagai teman untuk minum kopi. Terlihat wajah lelah lelaki yang sudah lima tahun menjadi suamiku. Aku menikah dengan Bang Jo yang berstatus duda dengan tiga anak. Anak pertama Dewi kelas sembilan. Anak kedua Angga sekolah di pesantren baru kelas tujuh. Dan anak ketiga Intan, baru kelas empat. Usiaku dan Bang Jo selisih sepuluh tahun.

Dewi dan Intan tinggal bersama Emak, Emak tidak memperbolehkan mereka tinggal di rumah kami. Bagi kami tidak masalah, karena rumah Emak dan rumah kami hanya bersebelahan.

"Bang, aku ke warung dulu ya? Bantuin Minah dan Warti," pamitku pada Bang Jo.

"Iya, Abang mau istirahat dulu," sahut Bang Jo.

Aku segera ke warung yang menempel dengan rumahku. Warung kami bangunannya semi permanen, separuh sudah batu bata dan separuhnya lagi masih papan. Tapi Alhamdulillah, usaha warung kami cukup maju. Mungkin karena seporsi hanya sepuluh ribu. Kalau ada yang bertanya, apa kami dapat untung dengan jualan nasi sepuluh ribu? Alhamdulillah, tentu saja dapat untung. Kalau tidak, sudah lama warung kami tidak beroperasi.

"Ada pesanan ya? Kok banyak sekali bungkus nasi?" tanyaku pada Minah.

"Iya Bu, Pak Haji Hadi minta dua puluh bungkus, sepuluh nasi ayam dan sepuluh nasi ikan nila. Minumnya belum dibungkus, Bu," jawab Minah.

"Oke, biar Ibu yang bungkus minumnya!" jawabku sambil membungkus minum air putih di plastik.

Pelanggan kami kurang suka kalau diberi air mineral apalagi air isi ulang, mereka sukanya air yang direbus. Kami merebus air dengan dandang yang sangat besar, kemudian dimasukkan dalam tong air.

"Bu, minta uang untuk beli es krim!" tiba-tiba Nayla muncul bersama dengan Intan. Nayla anakku dengan Bang Jo, yang berusia empat tahun. Ia cukup akrab dengan Intan.

"Mau beli es dimana Intan?" tanyaku pada Intan.

"Di warung Bik Yani, Bu," jawab Intan.

"Ini uangnya, hati-hati ya ngajak adiknya!" kataku sambil memberikan uang sepuluh ribu pada Intan.

"Terimakasih, Bu," kata Intan.

"Iya, sama-sama!" jawabku.

Aku melanjutkan memasukkan air minum ke dalam plastik. Akhirnya selesai juga.

"Ini Bu, uangnya!" kata orang suruhan pak Haji Hadi.

"Terimakasih Mas," jawabku.

Aku membereskan piring-piring yang masih berserakan di meja bekas orang makan. Minah dan Warti belum sempat membereskan karena membungkus nasi dua puluh tadi.

"Bu, es krimnya Mbak Intan diminta sama Sheila. Kasihan Mbak Intan nggak makan es krimnya," ungkap Nayla yang muncul di hadapanku sambil makan es krim.

"Sekarang Mbak Intan mana? Panggil kesini!" perintahku pada Nayla.

Nayla berlari keluar dan memanggil Intan. Mereka berdua ada dihadapanku sekarang.

"Intan nggak makan es krimnya?" tanyaku pada Intan.

"Enggak Bu! Tadi waktu Intan dan Nayla pulang dari warung Bik Yani, ketemu dengan Tante Mella dan Sheila. Tante Mella meminta es krim Intan untuk Sheila. Intan takut sama Tante Mella, jadi Intan kasih es krimnya!" kata Intan dengan nada pelan.

"Intan mau beli es krim lagi? Ini uangnya!" kataku sambil memberi uang lima ribu pada Intan.

"Uangnya Intan tabung saja ya Bu, nggak usah beli es krim!" jawab Intan dengan senangnya ketika menerima uang dariku.

"Terserah Intan, bagus kalau mau ditabung," sahutku pada Intan.

"Terimakasih ya Bu! ayo Nay, kita main lagi!" ajak Intan pada Nayla.

Aku bersyukur memiliki anak tiri seperti Intan, dia penurut, mungkin karena masih kecil. Berbeda dengan Dewi, dia tipe pemberontak! Apalagi sering dihasut oleh Emak dan Mella untuk membenci aku. Kadang-kadang Dewi baik sekali denganku, tapi terkadang juga sangat membenciku. Jiwanya masih labil, jadi gampang dipengaruhi. Kasihan sebenarnya dengan Dewi.

Menjelang Maghrib, warung makan kami tutup. Setelah beres-beres, Warti dan Minah pulang dengan membawa nasi dan sayur matang. Mereka termasuk anak yang rajin dan nurut, aku tidak sayang memberi uang tambahan untuk mereka. Pegawaiku ada tiga, yang satunya Bik Sarni. Ia datangnya pagi-pagi sekali. Tugasnya memasak nasi dan membantuku memasak makanan. Tengah hari ia pulang. Kalau Warti dan Minah dari jam delapan sampai sore. Aku gaji mereka setiap hari Sabtu.

"Ayah, Tante Mella kok jahat ya?" kata Nayla ketika malam hari kami sedang menonton televisi.

"Jahat gimana Nay?" tanya Bang Jo.

"Tadi waktu Nay dan Mbak Intan beli es krim, ketemu dengan Tante Mella dan Sheila. Tante Mella meminta es krim mbak Intan untuk Sheila. Kenapa Tante Mella nggak beli sendiri ya? Kan punya uang, soalnya Nay lihat Tante pegang uang!" Nayla menjelaskan pada ayahnya.

"Sudah, biarkan saja! Kalau orang berbuat jahat, jangan dibalas dengan jahat, tapi balas dengan kebaikan!" jawab ayahnya.

"Nay nggak ngerti ayah?" kata Nayla dengan bingung.

"Maksudnya kalau orang jahat dengan kita, kita membalasnya dengan kebaikan. Biarlah Tante Mella jahat sama Nayla, Nay harus tetap baik dengan Tante Mella." Nayla manggut-manggut mendengar penjelasan ayahnya.

"Ayah, kenapa Makwo membenci Ibu dan Nay?"

Deg! Aku kaget mendengar kata-kata Nayla.

Related chapters

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Pinjam Uang

    "Kata siapa kalau Makwo membenci Ibu dan Nay?" tanya Bang Jo."Soalnya Makwo sering marah-marah sama Ibu dan Nay. Padahal Nay sudah jadi anak baik. Kalau Sheila selalu disayang Makwo, walaupun Sheila nakal sama Nay." Nayla menjelaskan dengan serius."Nggak boleh bilang seperti itu, Makwo juga sayang kok sama Nay." Bang Jo berusaha memberi pengertian pada Nay. Walaupun sebenarnya ia tahu kalau yang dikatakan Nayla itu benar. Emak memang membedakan perlakuan pada Sheila dan Nayla, pilih kasih. Aku juga sering jengkel dengan perlakuan Emak. Giliran butuh uang, aku dan Bang Jo yang dicari.Nayla hanya diam, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu atau mungkin mencoba menalar apa yang diucapkan ayahnya. Kemudian Nayla melihat ke arahku."Bu, besok beli kado untuk ulang tahunnya Irsa ya?" pinta Nayla."Nay mau pergi sama siapa?" tanyaku pada Nayla."Sama Mbak Intan. Jangan lupa Mbak Intan dibelikan kado juga. Jadi nanti Nay dan Mbak Intan bawa kado sendiri-sendiri!" Nayla bersemangat sekali

    Last Updated : 2023-10-15
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Kado

    Aku tersenyum menatap Bang Jo, kemudian mengangguk. Bang Jo pasti tahu apa yang aku pikirkan.Hari ini aku tidak pergi ke kantor, karena Bang Jo ada urusan dan tidak bisa menunggu warung. Kesibukan di warung sudah dimulai. Warti dan Minah sudah datang dan menyiapkan semua perlengkapan warung. Sebenarnya capek buka usaha warung makan, tapi yang namanya bekerja itu memang capek. Kalau semua dilakukan dengan ikhlas dan senang hati, insyaAllah capek pun akan tetap senang. Inilah hidup yang harus aku syukuri."Bu, Nayla sudah bangun," kata Warti."O ya?" Aku segera masuk ke kamar, Nayla suka menangis kalau dia bangun tidak ada orang disebelahnya."Bu, Nay mau susu!" kata Nayla."Nay pipis dulu, Ibu bikin susu! Ya?" kataku membujuk Nayla untuk buang air kecil.Nayla bergegas bangkit dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi."Nay sudah pipis Bu! Nay mau nonton televisi ya, Bu?" kata Nayla.Aku segera menghidupkan televisi dan mencari acara kesukaan Nayla. Nayla menonton film kartun sambil

    Last Updated : 2023-10-15
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Daster

    "Bu Nova, mau beli daster nggak? Barangnya baru semua lho!" kata Mbak Siti, tukang kredit pakaian keliling. Ia turun dari motornya sambil membawa tas berisi barang dagangannya. Kemudian duduk di balai bambu yang terdapat di teras rumahku. Balai bambu itu sering kami pakai untuk duduk-duduk santai sambil menunggu pembeli yang datang. Bahkan Intan dan Nayla sering tidur-tiduran dan bermain di balai bambu itu."Ayo Bu, silahkan dipilih! Ini warnanya cocok untuk Bu Nova," kata Mbak Siti."Namanya orang dagang, pasti bilangnya cocok. Biar nanti dibeli," kataku sambil memilih-milih daster.Warti dan Minah juga ikut melihat-lihat daster karena kebetulan warung sedang sepi. Jualannya Mbak Siti boleh dibayar dengan sistem kredit atau tunai. Tentu saja harganya berbeda antara kredit dan tunai."Pilihkan satu untuk Bik Sarni!" kataku pada Warti."Ini cocok nggak Minah untuk Bik Sarni!" kata Warti."Terlalu ramai coraknya!" jawab Minah sambil memilih-milih."Kalau ini?" tanya Warti lagi."Nah it

    Last Updated : 2023-10-15
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Watak Sheila

    "Ada apa Nay?" tanyaku pada Nayla.Nayla tidak menjawab, hanya menangis terus."Maafkan Intan Bu. Intan lalai menjaga Nayla," kata Intan pelan sambil menunduk. Sepertinya ia ketakutan, kalau aku marah."Memangnya Nayla kenapa?" tanyaku dengan suara lembut."Nayla rebutan mainan sama Sheila. Sheila kalah, dia mencubit Nay dan merebut kembali mainan Nay. Intan nggak bisa mencegah Sheila karena Intan sedang mengambil minum untuk Nay. Maafkan Intan Bu," jawab Intan sambil menunduk.Aku mendekati Intan dan memegang tangannya. "Intan nggak bersalah. Intan sudah jadi kakak yang baik untuk Nayla. Buktinya Intan sedang mengambilkan minum untuk Nayla, ya kan?" kataku pada Intan.Intan mengangguk."Ibu nggak marah sama Intan?"Aku menggelengkan kepala."Sudah, sekarang Intan dan Nayla main di balai bambu saja. Ya?" kataku pada Intan.Nayla sudah berhenti nangisnya."Lihat Bu, tangan Nay yang dicubit Sheila," kata Nayla sambil menunjukkan tangannya yang sedikit lecet karena dicubit Sheila.Seben

    Last Updated : 2023-10-15
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Jarimu Harimaumu!

    "Iya Mak, ada apa?" tanya Bapak."Dicariin dari tadi kok malah kesini, sarapan disini ya? Kayak di rumah nggak dikasih makan, Pak?" gerutu Emak sambil melirik ke arahku. "Memangnya kenapa kalau sarapan disini? Tadi sarapan sama Nayla," jawab Bapak "Nay, kok nggak mau main sama Sheila? Sheila punya mainan baru lho," ucap Emak pada Nayla, untuk mengalihkan pembicaraan."Nggak mau, Sheila pelit! Kalau punya mainan nggak mau minjemin." Nay menjawab dengan ketus."Eh, siapa bilang?" tanya Emak."Nay yang bilang. Emang Sheila pelit kok. Nay pegang mainannya saja nggak boleh.""Tuh, anak diajarin ngomong nggak benar. Adiknya sendiri dikatain pelit!" kata Emak padaku dengan tatapan sinis. Aku menghela nafas sebelum menjawab perkataan Emak."Mak, Emak juga sering bilang kalau aku pelit. Mungkin Nay ikut-ikutan ngomong pelit karena ada yang ditiru." Aku membalas ucapan Emak."Benar itu Mak, anak kecil itu akan meniru omongan orang dewasa." Bapak ikut menimpali."Huh, ngomong sama kalian meman

    Last Updated : 2023-11-01
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Status di Medsos

    "Kenapa, Mbak?" Suara Rita mengagetkanku. Sepertinya Rita memperhatikan aku dari tadi."Kamu ini ngagetin aku aja. Nggak apa-apa kok!" Aku berusaha mengatur emosiku."Nggak mungkin nggak apa-apa. Dari tadi aku memperhatikan Mbak Nova. Setelah memegang ponsel, wajah Mbak Nova berubah menjadi seperti marah. Pasti ada sesuatu di ponsel Mbak. Apakah ada yang memberi tahu sesuatu?" selidik Rita, aku yakin kalau dia sangat kepo.Aku menyerahkan ponselku pada Rita, matanya langsung terbelalak menatap layar ponsel."Ini status Dewi?" tanya Rita, sepertinya ia kurang yakin.Aku mengangguk sambil mengatur nafas, yang tadi sempat naik turun karena emosi. Benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya Dewi membuat status seperti itu di Facebook."Sudah, Mbak. Nggak usah dipikirin. Biarkan saja. Orang-orang sudah tahu, kalau Mbak Nova nggak seperti itu. Kalau diladeni, nanti malah ramai dan membuat masalah baru." Rita menenangkanku. Kemudian ia membuka ponselnya dan mencari akun Dewi."Iya, aku nggak mau m

    Last Updated : 2023-11-01
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Selalu Salah

    "Nova, mana Johan?" tanya Emak yang tiba-tiba datang ke warung."Belum pulang, Mak," jawabku dengan sejenak menghentikan kegiatanku membungkus nasi."Kemana?" tanya Emak lagi."Tadi katanya mau ke sekolah Dewi, sesudah itu mau pergi bersama temannya. Ada apa, Mak?" Aku balik bertanya."Bilangin sama Johan, nanti ponselnya langsung kasihkan sama Dewi. Kasihan Dewi kalau nggak punya ponsel.""Iya, Mak.""Nova, ikut arisan ya? Satu juta sebulan.""Maaf, Mak, saya nggak sanggup terlalu besar. Saya sanggupnya cuma seratus atau dua ratus ribu sebulannya.""Masa kamu kalah sama Mella. Dia ikut lho. Nggak usah pelit-pelit, itu kan uangnya Johan. Emak yakin, Johan tidak akan keberatan kalau kamu ikut arisan itu." Emak semangat sekali mengompori. Aku mulai jengah dengan ucapan Emak."Maaf, Mak.""Hidup numpang saja, belagu!" gerutu Emak.Walaupun Emak berkata pelan, tapi aku masih mendengarnya. Hatiku terasa sangat panas. Warti dan Minah hanya diam saja, aku tahu mereka sebenarnya ingin berkome

    Last Updated : 2023-11-01
  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Hutang

    "Tuh, menantu kesayangan Emak. Gayanya sok kaya, tapi hutang dimana-mana." Bang Jo berkata sambil tersenyum."Bu, ada yang nyariin Tante Mella," teriak Nayla dari luar."Suruh masuk kesini orangnya, Nay." jawabku spontan. Emak langsung melotot padaku."Assalamualaikum, Bu Nova," sapa orang yang dimaksud Nayla."Waalaikumsalam, eh Bu Lasmi. Mari masuk Bu!" jawabku sambil menoleh ke arah datangnya suara."Terimakasih Bu.""Ada apa ya Bu?" tanyaku."Saya mencari Mbak Mella, barangkali dia ada disini." Bu Lasmi menjelaskan."Ngapain kamu mencari Mella." Emak menimpali ucapan Bu Lasmi."Begini Mak Amir, Mbak Mella ada hutang sama saya, janjinya Minggu lalu mau dibayar. Setiap saya cari selalu tidak ada." Bu Lasmi menjelaskan."Hutang apa, Bu?" tanyaku penasaran."Jam tangan, Bu Nova," jelas Bu Lasmi."Hanya jam tangan saja kok, nanti juga dibayar sama Mella." Emak masih membela Mella."Memangnya berapa harga jam tangannya?" tanya Bapak."Lima ratus ribu." Bu Lasmi menjawab dengan semangat.

    Last Updated : 2023-11-06

Latest chapter

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Ending

    “Abang takut kehilanganmu. Abang banyak merenung dan berpikir selama Adek masih di klinik. Masalah anak kita, apa yang yang Abang ucapkan itu hanya emosi sesaat. Karena Abang masih kalut dengan usaha Abang yang merugi, ditambah kedatangan perempuan itu. Abang benar-benar minta maaf. Abang akan melakukan apa saja asal kamu tidak pergi. Abang berjanji tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi.”Aku hanya diam, tidak tahu harus melakukan apa. Apakah aku senang dengan apa yang dilakukan Bang Jo sekarang? “Dek, Abang minta maaf kalau tidak bisa menjadi suami yang seperti kamu inginkan. Tapi Abang berjanji, Abang akan selalu melindungi dan menjagamu. Abang akan menjadi suami siaga untukmu dan bayi kita. Nak, maafkan Ayah,” kata Bang Jo sambil mengelus perutku. Kemudian ia berusaha berdiri dan menunduk untuk mencium perutku.“Maafkan Ayah, Nak. Ayah akan menjagamu sampai kamu lahir dan sampai kamu besar nanti. Ayah akan bercerita tentang ibumu, betapa hebatnya ibumu selama mendamping

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Jangan Pergi

    Aku sedang mengemasi pakaianku di kamar. Aku baru saja pulang dari klinik dan langsung pulang ke rumah untuk mengemas pakaianku dan Nayla. Diruang tamu ada Bapak dan Bang Jo, entah apa yang mereka bicarakan.“Jadi Ibu benar-benar mau pergi?” tanya Dewi dengan meneteskan air mata. Aku tidak tahu kapan Dewi masuk ke kamarku. Aku menghentikan sejenak kegiatanku dan kemudian duduk di sebelah Dewi.“Maafkan Ibu, Dewi. Semua ini tergantung ayahmu. Kalau memang ayahmu masih menghendaki Ibu ada disini, Ibu akan tetap disini. Tapi percayalah, Ibu akan tetap menyayangimu, apapun yang terjadi.” aku berkata dengan mata yang berkaca-kaca.“Mana janji Ibu yang akan mendampingi Dewi sampai Dewi mandiri? Ibu bohong!” Dewi berteriak sambil menangis. Aku segera memeluknya dan ikut menangis. Sebenarnya berat bagiku meninggalkan anak-anak. Tapi daripada disini tapi diabaikan oleh Bang Jo, lebih baik aku pergi, demi kesehatan mentalku. Apalagi aku sedang mengandung.Aku mendengar diluar sedang terjadi pe

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Kedatangan Bapak

    Pagi menjelang siang, aku dikejutkan dengan kedatangan bapakku. Ya Pak Hardi, bapakku datang ke klinik. “Kamu dengan siapa disini? Sendirian? Johan benar-benar keterlaluan! Nanti kamu pulang ke rumah Bapak saja. Bapak masih sanggup mengurusmu!” Bapak tampak geram.“Bapak sama siapa kesini?” tanyaku basa-basi.“Sama Manto!”“Dari kemarin Bapak merasa tidak enak, kepikiran kamu terus. Apalagi waktu mendengar kalau Tina pergi kesini. Bapak sudah menebak apa yang terjadi.”“Bapak tahu dari mana kalau Tina kesini?” tanyaku dengan heran.“Kemarin Bapak mencari beras, anak buahnya bilang sedang pergi kesini. Ya Bapak langsung berpikir tentang kamu. Makanya pagi-pagi Bapak sudah berangkat. Sampai rumahmu hanya ada Nayla, terus Mella bilang kalau kamu disini. Tadi malam kamu sama siapa disini?” Bapak menjelaskan.Aku diam tidak menjawabnya.“Sendirian? Tega sekali Johan ya?” Bapak mulai emosi.“Sebenarnya Dewi, Mella mau menemaniku. Tapi aku nggak mau. Aku sudah meminta Dewi untuk menjaga adi

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Terpengaruh

    Sepertinya Bang Jo terpengaruh dengan kata-kata Tina. Tadi malam ia memilih tidur dengan Angga. Pagi ini pun ia tidak banyak bicara. Tidak menyapaku seperti biasanya.Aku membereskan meja makan setelah semuanya sarapan. Anak-anak sudah berangkat sekolah, hanya ada Nayla yang sudah asyik di depan televisi. Dari tadi Bang Jo menghindari bertatapan mata denganku. Aku merasa kalau ia sengaja tidak mau menyapaku.“Hari ini Abang mau kemana?” tanyaku sambil mendekatinya. Ia malah berjalan menghindar.“Bang!” teriakku. Ia tetap tidak menghiraukanku.Aku berlari mengejarnya sampai ke warung.“Mbak Nova, jangan lari, Mbak sedang hamil,” teriak Mella. Aku tersadar kalau aku memang sedang hamil. Bang Jo tetap tidak peduli, ia berjalan keluar. Aku tetap berlari mengejarnya, akhirnya aku bisa meraih tangannya.“Ada apa?” Bang Jo berkata dengan datar.“Seharusnya aku yang bertanya, ada apa Bang? Dari tadi malam Abang menghindariku.”“Bisa kamu pikirkan sendiri!” Bang Jo menjawab dengan ketus.“Jadi

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Mata Keranjang

    “Bu, ada yang nyariin,” kata Warti. Aku sedang tiduran di depan televisi, kehamilanku ini membuatku tak berdaya. Tapi aku tetap bersemangat dan tidak mau menunjukkan kepada Bang Jo dan anak-anak. Mereka tahunya aku kuat.“Siapa?” “Nggak tahu, Bu.”Aku pun beranjak dari tidurku dan berjalan perlahan menuju ke warung. Tampak seorang perempuan yang isinya diatasku. Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi dimana ya? Aku mencoba mengingat-ingat.“Maaf, apakah Ibu mencari saya?” Kau bertanya dengan sopan pada perempuan itu.“Oh, anda yang bernama Nova?” Perempuan itu menatapku dari ujung rambut ke ujung kaki. “Iya. Maaf, anda siapa ya?”“Kenalkan saya Tina, istrinya Romi.” Perempuan bernama Tina itu mengulurkan tangannya. Aku pun menerima uluran tangan itu.“Oh, ada apa ya?”“Kamu kenal Romi kan?” tanya Tina.“Iya, kenal. Teman waktu SMA.”“Teman? Hanya teman? Bukannya pacaran?” Suaranya agak meninggi. Beberapa orang melihat ke arahku.“Cinta monyet, Bu. Waktu kami SMA. Sesudah itu tidak

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Kabar Bahagia

    "Ayo kita semua makan, hidangan sudah siap. Nova panggil mertuamu untuk bergabung kesini." Ibu mengajak kami makan siang bersama.Aku segera memanggil Bapak dan Emak, juga Mella. Bang Jo dan Deni ternyata sudah siap duduk di dekat meja makan."Ayo anak-anak kita makan," panggilku pada anak-anak yang asyik bermain. Dewi dan Angga ternyata dari tadi nungguin adik-adiknya bermain. Dewi memang sudah bisa diandalkan, begitu juga dengan Angga.Kami pun makan siang bersama, menyantap hidangan yang memang sudah disediakan. Mulai dari tempoyak, ada juga bekasam.Bekasam adalah ikan yang difermentasi, tidak hanya dengan garam, tapi ikan juga dicampur dengan sedikit nasi. Lalu simpan di tempat kedap udara setelah 10 hari hingga Bekasam bisa dinikmati.Bekasam bisa menjadi lauk makan. Rasanya asam dan sedikit bau. Bau disini itu karena unsur fermentasinya, baunya itu ciri khas Bekasam. Tapi aku tidak menyukai bekasam, karena baunya ini sudah membuat perutku merasa mual.Penyajiannya bisa ditumis

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Perjalanan Hidup

    “Ternyata Ibu kepo juga ya? Haha.” Dewi tertawa kecil. Dewi pun duduk di sebelahku.“Dewi berkata seperti itu berdasarkan cerita Malvin. Sebenarnya Malvin itu hidupnya tertekan karena banyak tuntutan dari mamanya,” lanjut Dewi.“Terus papanya diam saja?” “Papanya itu juga sangat nurut dengan mamanya. Malvin dan Dewi hanya berteman kok, Bu. Memangnya Ibu mau punya besan kayak mamanya Malvin?” Gantian Dewi yang menggodaku.“Kalau itu sudah kemauan anak, mau nggak mau ya harus mau.” Aku tertawa.“Itulah yang Dewi senangi dari Ibu. Ibu selalu membebaskan Dewi untuk melakukan apa saja, yang penting tidak aneh-aneh.”“Ibu nggak mau jadi orang tua yang suka memaksakan kehendak. Dewi kan sudah besar, pasti tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik.”“Apakah Malvin pernah mengatakan kalau menyukai Dewi?” tanyaku penasaran.“Secara terang-terangan sih enggak pernah, Bu. Bukannya Dewi ge er, tapi memang sepertinya Malvin itu menyukai Dewi. Lagipula perempuan yang menyukai Malvin itu banyak,

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Memasrahkan Diri

    "Mbak!" Suara itu mengagetkanku. Aku menoleh, karena ada yang memanggilku. Ternyata Mella."Eh, Mella. Ada apa?" tanyaku.Mella mendekatiku dan duduk di sebelahku."Ada yang ingin aku bicarakan. Mbak Nova ada waktu?" tanya Mella."Oh, iya. Ada apa ya?""Sekedar berbagi cerita, Mbak. Masalah rumah tanggaku.""Oh, aku akan mendengarkan."Mella pun mulai bercerita."Mbak, aku belajar untuk ikhlas menjalani hidupku. Aku selalu memasrahkan diri pada Allah. Ternyata ketika kita sudah ikhlas, jalannya dipermudah. Aku dan Kak Deni banyak bercerita dan saling bertukar pikiran. Kak Deni sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Kami sepakat untuk memulai lagi dari awal. Aku sudah meminta Kak Deni untuk periksa ke dokter, takutnya ada penyakit kelamin menular. Sekarang kami berdua sedang berobat, untuk sekedar meyakinkan kalau kita benar-benar sehat."Mella menarik nafas panjang, kemudian melanjutkan lagi."Untuk saat ini kami memang belum melakukan hubungan badan. Menunggu sampa

  • Mertua Pilih Kasih, Kubuat Gigit Jari!    Mimpi Buruk

    Dengan deg-degan aku membuka pesan itu.[Nova, kok kamu lama nggak online. Kemana saja? Aku merindukanmu.][Nova, kamu nggak apa-apa, kan?][Aku sangat merindukanmu. Ingin mengulang lagi kisah kita. Walaupun banyak yang menganggap cinta monyet, tapi aku menganggapmu cinta sejatiku.]Jantungku berdetak semakin kencang.[Boleh aku main ke rumahmu? Sekedar melihat wajahmu yang selalu aku rindukan.][Atau kita bertemu di hotel saja, melepas rindu.][Kita bernasib sama, memiliki pasangan hidup yang usianya jauh berbeda. Jujur saja, kalau aku tidak pernah merasa puas dengan istriku. Aku yakin kalau denganmu aku bisa sangat puas. Aku selalu membayangkan melakukannya denganmu.][Aku rela menceraikan istriku demi mendapatkanmu. Aku yakin kita bisa bahagia bersama.]Deg! Pikiranku jadi kacau membaca pesan dari Romi.Kok Romi semakin nekat saja. Aku menjadi ilfil dengan kata-katanya. Ujung-ujungnya hubungan badan itulah. Memang benar jika laki-laki beristri dan perempuan bersuami berhubungan, pa

DMCA.com Protection Status