Share

BAB 150. Mbak Asih sakit.

“Jangan diambil hati ya, Ta. Lili lagi masa-masa sulit karena ingin hamil belum juga bisa, sudah gitu Eko juga masih dirong-rong sama si Desi gendeng itu,” timpal Mbak Asih. Tumben sekali dia sekarang ini jadi sedikit baik, aku ingat selama aku bikin rumah.

“Ya, sudah Mbak, aku mau belanja dulu. Oh, iya, jangan lupa hutang Mbak Asih dicicil ya, mau untuk tambahan beli semen,” kataku pelan. Wajah cantik Mbak Asih langsung berubah kesal.

“Kamu itu, Ta. Kayak enggak punya uang lain aja. Utang Cuma 2 juta rupiah kamu tagih begini,” protes Mbak Asih.

“Mbak Asih bilang cuma, tapi sudah 4 bulan enggak dicicil.”

“Ish, ngeselin kamu itu, Ta!” Mbak Asih balik badan lalu pergi meninggalkan kami.

“Asih punya hutang sama kamu juga, Ta? Padahal dia punya hutang sama Ibu juga 500 ribu rupiah katanya untuk modal dagang. Kemarin sudah Ibu tagih bilang akhir bulan ini, utangnya juga sudah lama 4 bulanan yang lalu. Ibu perlu untuk bayaran sekolah anak.” Aku kaget mendengar penuturan Bu RT. Mbak Asih ben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status