>> Dude, aku hanya memberi saran padamu. Kau seharusnya mengenalkan duniamu pada istrimu, selengkap-lengkapnya. Supaya saat kau marah, dia tahu harus mencarimu ke mana. Jangan biarkan dia tersesat atau lebih parah lagi ... dia disesatkan orang lain.
Jose memandangi pesan dari Phillio itu. Dia mengernyit. Apa maksudnya?
Siang ini masih seperti hari-hari sebelumnya langit tampak berawan. Meskipun tidak lagi hujan, tapi cuaca masih selalu mendung dan hujan masih bisa turun kapanpun tanpa terduga.
Setelah minggu lalu mereka mengunjungi makam ibunya, mereka juga mengunjungi ayah Thalia beberapa hari setelahnya. Pria tua itu terlihat menangis saat mereka datang. Dan Carlo mengajak Jose untuk bicara di teras, sementara Thalia bersama Camila memanggang pie di dapur.
“Dia mencintaimu. Kuharap kau bisa menjaga hatinya, juga hidupnya, sekuat tenagamu.”
Itu yang Carlo pesankan pada Jose. Perasaan bersalah menyelimuti Jose saat itu jug
Hmm ... semoga belum bosan ya ... Jangan lupa komennya. jujurly, itu yang author tunggu-tunggu. ^^
“Hei!” bisik Thalia tepat di telinga Jose saat pria itu telah tiga jam di depan laptopnya, tak beranjak sedikit pun. Sedangkan malam telah larut.Meskipun di luar hujan lagi, dan angin dingin berembus melewati jendela demi jendela rumah mereka, Jose tetap tak mengenakan baju. Dia hanya mengenakan celana training panjang.Thalia juga baru saja meletakkan segelas coklat panas di pinggir meja. Dia membuatkannya untuk Jose.“Kau belum lelah? Aku buatkan coklat panas supaya kau jangan kedinginan,” tanya Thalia lagi seraya mengecup sekujur tengkuk Jose dan tangannya membelai dada bidang itu.Tidak ada niat menggoda dari Thalia. Itu semua murni karena rasa cintanya ditambah lagi hormon kehamilannya membuat Thalia ingin selalu bersentuhan dengan Jose.“Trims, Sweet. Aku masih harus buat satu design lagi,” jawab Jose akhirnya. Baru itulah dia memberanjakkan pandangan matanya dari layar dan menatap Thalia yan
“Akhirnya sampai juga.” Desahan keluar dari bibir Jose saat dia memarkir mobilnya di depan rumah Felipe.Thalia akan menghadiri pesta kelulusan Felipe dan di sore yang cerah ini, Jose mengantarnya. Pria itu memarkir dan menoleh pada Thalia.“Silakan bersenang-senang dan melupakan aku. Asal jangan kau melirik ke Stuart saja!” desis Jose dengan giginya yang tidak terlihat bergerak, tetapi kedua matanya menatap tajam Thalia.Tapi Thalia tahu, Jose tidak sungguh-sungguh. Dia hanya bercanda.“Stuart tidak hadir,” jawab Thalia enteng.Jawaban yang dia keluarkan untuk menenangkan Jose, tapi nyatanya pria itu malah memicing. “Bagaimana kau tau? Kau bertanya padanya? Lewat pesan? Atau lewat telepon?”Thalia hampir tergelak melihat kecemburuan Jose pada Stuart sampai-sampai mengajukan pertanyaan beruntun begitu.“Tidak! Dia memberitahu Felipe, jika dia tidak bisa datang. Dia ka
Gabriella merupakan wanita yang sama cantiknya dengan Thalia. Dia bahkan memiliki paras yang lebih dewasa dan mengundang jika disejajarkan dengan Thalia. Rambutnya panjang, pirang, dan bergelombang indah. Hidungnya bangir, matanya tajam dan berbulu mata panjang dan lentik. Kemudian bibirnya, meskipun kecil tetapi penuh dan sensual. Jika dia mau memasang raut yang berwibawa, Gabriella akan memperlihatkan aura kewanitaan yang memukau. Namun tidak. Tatapan Gabriella, raut wajahnya, serta aura dirinya lebih sering dipenuhi dengan kedongkolan dan keangkuhan. Caranya memandang orang lain adalah dari ujung matanya sehingga dia terlihat begitu angkuh dan tak bersedia merendah. Pagi itu, Gabriella sudah siap untuk menjelajah harinya. Wanita itu telah rapi dan cantik dalam balutan kaos berkerah V yang memperlihatkan belahan dadanya yang menggiurkan. Untuk bawahannya dia mengenakan celana panjang berbahan kain yang begitu ketat membalut pinggul hingga ke mata kakinya. Satu bulan pasca melahi
Gabriella cepat berpamitan dengan ketiga temannya itu. Dia pun tancap gas menuju kediaman sederhana Jose dan Thalia.Memasuki musim panas, pekarangan rumah Jose sudah tampak rapi. Setahu Gabriella, pria itu memang rajin mencabuti rumput liar. Juga memangkas semak-semak cowberry liar.Pekerjaan yang dahulu dianggap Gabriella sebagai pekerjaan kasar yang menjijikkan, tapi saat melihat Jose Antonio yang melakukannya, semua terlihat jantan dan maskulin. Hanya pria perkasa yang mampu melakukannya tanpa megap-megap kelelahan, pikirnya.Bersembunyi di balik pohon besar, Gabriella pun mengarahkan pandangannya ke pekarangan rumah sewaan Jose.Hati Gabriella tak lagi berdebar tak karuan setiap kali dia menguntit ataupun mengintip kehidupan Jose Antonio. Hatinya hanya berdebar mendamba.Terakhir kalinya dia menguntit Jose Antonio adalah tiga bulan lalu. Pria itu tampak mengunjungi beberapa pengusaha yang cukup terpandang di kota mereka.Entah apa yang dilakukan Jose saat itu. Tetapi dia mengunju
Jose Antonio kembali ke Bacallar setelah berhasil mendapatkan bagian saham terakhir yang dia butuhkan. Malam telah menutupi langit saat pick up nya berhenti di pekarangan rumah. Begitu dia turun dan menutup pintu mobil, pintu rumah sudah terbuka dan sosok Thalia sudah berdiri di sana. Senyum penuh kelegaan terpancar di wajah istrinya itu. “Kau merindukanku,” simpul Jose seraya menghampiri sang istri. Tanpa alih-alih, Thalia langsung mengalungkan lengannya di leher Jose dan mencium pria itu dengan penuh penghayatan. “Tentu saja aku merindukanmu. Kau suamiku,” sahut Thalia dengan senyum menggoda di wajahnya. “Lalu apa yang kau lakukan untuk menyambut suami yang kau rindukan ini?” bisik Jose lagi yang sontak saja diikuti dengan melayangnya tubuh Thalia. Jose sudah mengangkat tubuh Thalia di depan dadanya. Dengan sebelah kakinya dia mendorong pintu hingga menutup. Bibirnya langsung menyambar bibir Thalia lagi. Dan tubuh istrinya itu dibawanya hingga ke kamar, direbahkan di atas tem
Fernando tidak menyiakan waktunya lebih lama lagi. Dia segera bergerak mencari cara untuk menerobos masuk ke kamar lama Jose. Menggunakan tang, obeng, serta kawat tipis, Fernando mengutak-atik kunci pintu itu sehingga berhasil membuka tanpa merusak pintu. Saat telah di dalam, Fernando melayangkan pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Hanya ada furnitur besar-besar yang tidak dibawa Jose. Langkah pertama Fernando tertuju pada meja kerja Jose. Segala laci dibuka, tapi tidak ada apa pun yang berharga bagi Fernando. Matanya kembali tertuju pada lemari pakaian. Isi di dalamnya sudah kosong. Dia pun kembali membuka laci demi laci di sana. Masih tidak ada sertifikat yang menjadi tujuannya mendobrak kamar ini. Pandangannya diarahkan kembali untuk menyapu sekeliling kamar serta ruangan lainnya. “Sialan! Dimana dia menyimpan semua itu? Apa dia membawanya?” Fernando mulai frustrasi dan memeriksa lagi satu demi satu lemari, kabinet, rak, bahkan sampai mengangkat tempat tidur un
“Oh, cup cup cup, sayang. Jangan menangis lagi. Sini biar nenek yang kasih susumu. Jangan menangis lagi ya.” Mrs. Milly terlihat mengambil baby Lolita dari gendongan babysitter. Dia juga mengambil botol susu yang sudah dibuatkan kemudian memberikannya pada bibir mungil baby Lolita. Bayi mungil imut itu menyusu dengan lahap. Tangisannya terhenti seketika. Wajah Mrs. Milly terlihat begitu keibuan untuk saat-saat seperti itu. Dia menatap baby Lolita dengan senyum damainya. Selesai baby Lolita menyusu, Mrs. Milly memberikan kembali botol susu pada babysitter. Dia dengan telaten menggendong baby Lolita di bahunya agar bayi mungil itu bisa sendawa. Ketika sendawa telah terdengar dia masih menepuk punggung cucu perempuannya itu. “Kasihan kamu, sayang. Ibumu tak menghiraukan kamu. Dia wanita paling egois yang pernah nenek kenal. Seburuk-buruknya harimau, singa, bahkan tikus busuk sekalipun, mereka tidak akan menelantarkan anaknya sendiri. Apalagi masih bayi seperti kamu, Sayang. Nasib k
“Apa kau akan pergi lagi?” Kedua lengan Thalia melingkar di pinggang Jose.Pagi itu, Jose baru saja selesai mengelap genangan air yang diakibatkan hujan semalam. Ternyata plafon di ruangan tamu ada yang bocor.Selesai mengelap, pria itu mengamati plafon, memperkirakan seberapa besar lubang di sana.“Iya. Masih ada beberapa yang bagian saham yang belum berhasil kudapatkan. Tapi aku juga tidak tahu pemiliknya. Entah bagaimana aku bisa menemukan mereka.”Jose menoleh pada Thalia dan meraih tubuh istrinya itu, merengkuh seraya menghirup aroma rambut Thalia.“Kalau hanya beberapa, biarkan saja,” hibur Thalia.“Ya, tanpa itu tidak bisa melebihi mereka, apalagi jika mereka menggabungkan bagian mereka.”“Oh, tapi kalau tidak dapat juga?” tanya Thalia penuh kekhawatiran.Di benaknya, dia kasihan melihat Jose yang telah berusaha sangat keras untuk mendapatkan semua bagian saham yang dimiliki pemegang saham minor lainnya. Sudah berminggu-minggu, Jose keluar pagi dan pulang malam. Setelah pulang
“Rumah itu tetap akan disita bank. Biar bagaimana pun uang yang digelontorkan sudah terpakai dan berkurang. Jika kau ingin mengambil kembali rumah dan tanahmu itu, kau tetap harus mengganti uang bank yang telah digunakan Gabriella, barulah rumah itu bisa kembali ke tanganmu.”Mendengar penjelasan Mr. Gustavo, Phillio kesal dan berang. “Apa? Itu sama saja bohong!”Jose sendiri tak bisa berkata apa-apa lagi. Andai rumah itu bukan rumah peninggalan kakeknya, maka dia takkan mau memikirkannya lagi. Tapi dalam rumah itu ada banyak kenangan keluarga Miguel yang takkan mungkin tergantikan oleh apapun juga.Lalu pemakaman keluarga mereka pun terletak tak jauh dari kediaman mereka.Segala kenangan inilah yang benar-benar sedang diperjuangankan Jose.“Berapa yang harus kuganti?”“Lima ratus ribu dolar.”“Itu gila!” sahut Jose dengan meraup wajahnya.***Selepas dari pertemuan dengan Mr. Gustavo, Jose pulang ke rumah dengan semangat yang hanya tersisa setengahnya saja. Begitu lesu langkah kakinya
“Sweet, bangunlah.”Suara lemah Jose Antonio memecah keheningan di ruang ICU itu.Thalia terbaring di sana, dalam keadaan tidak sadar.Ramona menceritakan, Thalia terkena preeklampsia. Tapi dia tidak menyadarinya karena tidak pernah lagi memonitor kehamilannya sejak menghadiri persidangan demi persidangan.Ada beberapa gejala yang dia alami, seperti tekanan darah tingginya yang semakin meningkat. Juga kondisi kekurangan nutrisi. Tapi Thalia abai akan semua itu.Membuat ketika dia harus melahirkan prematur, tubuh nya mendadak blank dan dia tak sadarkan diri.Jose rasanya ingin hancur menjadi debu saja ketika dia mendengar apa yang terjadi pada Thalia.Dipandanginya wanita itu dan digenggamnya erat tangan Thalia.“Bangunlah, please. Aku membutuhkanmu. Juga anak kita. Bangun, Sweet. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau meninggalkan kami di sini.”Pria itu tertunduk dan air matanya jatuh tak mampu dibendung lagi.Entah Jose harus menyalahkan siapa. Tapi melihat kondisi Thalia seperti ini,
Joseeee ... My man ... Joseeeeee ... Suara sayup-sayup seakan memanggil Jose. Saat itu dia berada di tebing tinggi dengan angin yang cukup kencang menerpa tubuhnya. Rambut coklatnya yang lumayan panjang berkibaran. Jose memandang sekeliling, tapi tidak melihat seorang pun. Hanya ada air laut yang menerpa karang hingga percikannya terlempar ke segala arah. Deburan ombak kembali mengisi pendengarannya saat panggilan itu sudah tak terdengar. Jose kembali menatap air laut di bawahnya. Entah mengapa dia merasa dirinya terpanggil untuk melompat dari sana. Joseeeeee ... Lagi, suara itu terdengar. Menajamkan telingannya, Jose menyadari jika itu suara Thalia. “Sweet? Di mana kau?” teriaknya pada sekelilingnya. Aku di sini .... Suara Thalia terdengar lagi dan tiba-tiba saja tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak tebing yang tak kalah tinggi dan Thalia berada di ujung tebing. Wanita itu mengenakan gaun panjang tipis berwarna pink. Perutnya sudah membuncit sementara angin menerpa ramb
Memikirkan itu, Fernando sedikit tenang. Meski pun dia tetap bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Gustavo tetap mau menunjukkan rekaman di menit-menit setelah ini, jika memang isi rekaman sudah kabur dan dirinya tak terlihat jelas.Ah, mungkin itu hanya gertakan saja.Fernando menguatkan dirinya.Lalu mereka semua fokus pada rekaman. Dan benar saja, tak sampai lima menit kemudian, terlihat seseorang keluar dari ruang rawat ayahnya.Mr. Gustavo langsung menunjuk ke arah Fernando.“Apakah itu dirimu?”Fernando nyaris saja kehilangan kedua bola matanya karena mereka berlompatan keluar.Bu- bukankah dia sudah membayar hacker untuk mengaburkan rekaman saat dirinya keluar dari ruangan itu? Kenapa di rekaman kali ini dirinya terlihat jelas? Bahkan fitur wajahnya sangat jelas, karena Fernando sempat menoleh ke kanan dan ke kiri, bahkan menatap ke arah kamera selama beberapa detik.Dengan logika yang masih tertutup keterkejutannya, Fernando sontak berteriak,“Bu- bukan aku! Itu bukan aku!”“Bu
Silvana mulai menirukan ucapan Mrs. Milly yang didengarnya waktu itu, “Kita harus tenang, Fernando. Pihak Bank tahunya pinjaman itu atas nama ayahmu. Dan ketika Jose mengetahui tentang ayah kalian meminjam dengan menjaminkan rumah dan tanahnya, maka dia gelap mata, murka, dan mendendam pada ayah kalian. Itulah kenapa ayahmu mati.Setelah itu, Jose lalu meminta dana pinjaman itu menjadi miliknya. Mengancam kita untuk mengirimkan dana itu ke rekeningnya. Itulah yang terjadi, Fernando. Kau mengerti? Itu yang terjadi!Camkan dalam benakmu, itulah yang terjadi. Ketika nanti kita memberi kesaksian pada yang berwajib, kita harus mengatakan seperti itu! Mengerti?!”Silvana menjelaskan dengan menirukan nada suara Mrs. Milly, membuat Mr. Gustavo jadi mempertanyakannya.“Apakah menurut anda ada yang aneh dari kata-kata Mrs. Milly itu?”“Iya! Tentu saja! Mrs. Milly seperti menyampaikan rencananya, bukan memberitakan sebuah kabar,” ucap Silvana yang langsung membuat Fernando memrotesnya.“Kau jang
“Jadi Anda sebenarnya sedang kembali ke rumah atau sedang di kafetaria?” tanya Mr. Gustavo dengan nada keras pada Fernando, ketika pria itu dipanggil untuk memberi kesaksian.“Di kafetaria,” sahut Fernando dengan nada kesal.Saat itu, sudah gilirannya yang dipanggil untuk memberikan kesaksian.Fernando awalnya menolak tegas, tapi Officer Danny dan para polisi lainnya memaksa. Jika dia tidak bersedia memberikan kesaksian, maka dirinya yang akan dituntut karena melakukan penipuan terhadap dana pinjaman bank.Tentu saja hal tersebut bisa dilakukan asalkan sesuai prosedur. Tapi para polisi menggertaknya seolah-olah tanpa prosedur pun Fernando bisa dituntut begitu saja.Dan Fernando mempercayai gertakan itu dan langsung menyetujui pemanggilan dirinya sebagai saksi.Kini, menghadapi garangnya Mr. Gustavo menanyai dirinya sebagai saksi, Fernando cukup ciut nyalinya.“Jam berapa Anda keluar dari ruang rawat ayah Anda?” tanya Mr. Gustavo lagi.“Ma- maaf, saya tidak melihat jam.”“Kira-kira saj
Dengan terbata-bata, Gabriella menjawab lagi tanpa pikiran logisnya lagi, “Bu- bukan aku yang membelinya! Apakah Anda tidak menanyakannya pada Fernando? Pastilah dia yang membeli mobil itu!” “Oh, Nona Gabriella,” Mr. Gustavo terlihat tersenyum kecil. dia sungguh sudah hapal dengan tingkah para saksi yang menyembunyikan sebuah kebenaran seperti Gabriella. “Anda tertangkap saat sedang berada di Tijuana City. Dan pembelian mobil itu juga terjadi di kota yang sama. Lagipula, sales showroom mobil sempat mengambil foto Anda saat Anda menuju mobil sesaat setelah transaksi pembelian terjadi. Ini fotonya!” Gabriella seperti disengat listrik tegangan tinggi kali ini. Dia tak bisa megnelak lagi dengan bukti foto yang ditunjukkan di depan wajahnya. Dia seperti mendapatkan tamparan di wajah. “It- itu ... Ak- aku ... aku tidak mengingatnya!” “Bagaimana anda tidak mengingatnya? Anda amnesia? Tapi dokter tidak memberi laporan bahwa anda amnesia. Lalu, apakah berarti anda pura-pura lupa?” “Buk
Thalia bagai menjalani hidup dalam naungan waktu yang berbeda. Dia seperti masih berada di titik yang jauh di belakang, tapi tiba-tiba Ramona sudah menyadarkannya bahwa sudah waktunya persidangan Jose lagi. “Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup menghadarinya lagi, Ramona,” tangis Thalia saat sahabatnya itu menyuruhnya bersiap dan menunjukkan pada Jose bahwa dirinya akan bertahan sekuat tenaga demi Jose dan buah hati mereka. “Kau harus kuat, Thalia. Jika Jose melihatmu hancur, dia akan lebih hancur lagi!” Ramona terus mengguncang tubuh Thalia, berusaha menguatkan temannya itu. “Tapi melihat kondisinya yang semakin buruk, aku semakin hancur, Ramona.” Isak tangis Thalia semakin berhamburan keluar. Sudah sejak beberapa hari lalu, Ramona menginap di rumah Thalia. Dia membantu menjaga kondisi mental Thalia tetap waras. Sebagai ibu yang sedang mengandung, keadaan hati Thalia tidak seharusnya sekacau ini. Sudah seharusnya Thalia menjadi lebih tenang, santai, dan berbahagia, sehingga k
“Jangan seenaknya menuduhku! Aku tidak tahu menahu tentang hal itu!” Gabriella memelototi polisi di hadapannya. Setelah semalam dia dibuat pingsan oleh Danny yang ternyata adalah kaki tangan seorang detektif yang disewa Austin, sepuluh menit lalu dia terbangun di sebuah ruangan interogasi. Awalnya Gabriella diberi minum dan sedikit makanan untuk membuat kesadaran dirinya pulih dengan benar. Tapi setelah minuman dan makanan itu habis, proses interogasi dimulai. Detektif Owen bekerja sama dengan seorang kepolisian bersih yang setelah mendengar penjelasan tentang kasus ini, officer Randall pun bersedia membantu penyelidikan. “Kalau kau tidak tahu menahu tentang dana pinjaman bank untuk suamimu itu, silakan jelaskan sumber dana dari rekeningmu yang menggendut tiba-tiba. Darimana uang 2,5 juta dolar di rekeningmu, Nona? Itu bukan uang sedikit!” “Apa?” Gabriella terlihat shock. Bu- bukankah dia menyimpan dana itu di bank yang menjaga kerahasiaan nasabah seratus kali lebih rahasia daripa