"Apa yang kalian lakukan di rumah saya?" Wajah Rayna tampak pucat, dia tergagap mencari kata-kata yang tepat. "Mas, ka-kami ....""Kania, ini tidak seperti yang kamu lihat, sayang."Zayyan tertegun saat Adnan berjalan ke arahnya lalu menghempaskan tangan lelaki itu."Sayang ... Tadi waktu Mas dan Bu Rayna sedang mendekor kamar ini, tiba-tiba ada air tumpah mengenai baju kami. Kamu jangan salah paham sama Mas! Kamu percaya 'kan?""Iya, Mas." Tidak ada reaksi apapun dari wajah Kania, benar-benar membuat Adnan tercengang. Biasanya, ia akan melihat raut wajah Kania yang begitu lucu karna cemburu, dia juga akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Namun kali ini, ekspresi wajah Kania sangatlah datar dan tanpa emosi, membuat Adnan semakin terkejut."Sayang ...." "Bukannya kamu meminta aku untuk percaya ... Aku sudah percaya Mas!" Terdengar helaan nafas dari mulut Adnan. "Baiklah Kania, sekarang Mas mau tau apa yang kamu lakukan bersama Pak Zayyan. Mengapa kalian pegangan tangan?" "Sam
"Sebentar lagi sayang, tunggu beberapa jam lagi, maka semuanya akan selesai!" Zayyan tersenyum, ia mengecup kepala Kania dengan pelan. Meski ia tau ini salah, tapi Zayyan sudah tidak peduli akan hal itu. "Sayang?"Deg! Suara teriakan yang familliar, membuat Kania dan Zayyan langsung melepaskan pelukannya. Di sana, terlihat dua orang yang begitu terkejut dengan apa yang mereka lihat."Kalian berselingkuh?" "Mamah, Papah .... Dari kapan kalian datang?" "Lupakan itu, Zayyan. Sekarang katakan siapa wanita itu?" Kania menunduk saat wanita paruh baya itu menunjuk wajahnya, tatapan tajam wanita tersebut membuat Kania merasa sedikit ketakutan."Mah, dia Kania. Calon istri Zayyan!" "Zayyan apa kamu sudah tidak waras? Kamu punya istri, dan malah mencintai orang lain! ... Dan dia, jangan katakan jika dia juga punya suami?" "Yah, memangnya kenapa, Mah?" Jawaban Zayyan membuat orang tuanya benar-benar melongo.Wajah anaknya juga terlihat begitu santai, tidak seperti Kania yang sudah ketaku
Bab 11"Kania, kamu sangat beruntung mempunyai suami yang perhatian dan juga baik seperti Pak Adnan." Kania yang sedang menata bunga tertegun mendengarnya, wanita itu menatap ke arah Rayna lalu tertawa. "Maaf, Bu. Bukan harusnya anda yang bahagia, karna mendapat lelaki kaya dan sangat tampan seperti Pak Zayyan?" "Kania, Mas Zayyan tidak sebaik yang kamu kira ." Rayna mengambil setangkai mawar merah dan menghirupnya. "Kamu lihat bunga ini Kania, sangat indah bukan?" tanyanya, membuat Kania menganggukan kepala. "Mas Zayyan seperti bunga ini, dia memang sangat indah. Tapi jika di lihat lebih dekat, apalagi kamu sampai berani menyentuhnya maka kamu akan merasakan sakit." Rayna merengis saat dirinya tidak sengaja menyentuh duri di tangkai bunga itu. Sementara itu, Kania yang melihat kejadian tersebut terkekeh. Dengan hati-hati, wanita tersebut mengambil bunga mawar yang berada di tangan Rayna."Jika kita pandai merawatnya, dan selalu berhati-hati maka duri di bunga ini tidak akan mel
Zayyan mematikan ponselnya, lelaki itu bergegas menghampiri Kania yang sedang berbincang dengan keluarganya. "Kania, ikut saya." "Ada apa, Mas?" Kania yang tidak tau apa-apa mengerutkan keningnya. Tidak ada jawaban dari Zayyan, lelaki itu malah mengajak semuanya untuk ikut dengan dirinya."Ada apa Nak Zayyan? Kenapa kamu kembali mengajak kami untuk masuk. Satenya sudah mateng nih?" Ibu Adnan berucap sembari memakan beberapa tusuk sate, sedangkan yang lain mendengus kesal karna wanita itu hanya makan dan tidak membantu. "Zayyan apa ada sesuatu yang terjadi ... Dan kemana Rayna?" tanya Ibu Rayna dengan wajah yang terlihat khawatir karna anaknya juga tidak ada di sana. "Mamah akan tau dimana Rayna berada, sekarang semuanya ikut saya." Raut wajah mereka saling bertautan, sebelum akhirnya bersama-sama mengikuti langkah Zayyan yang memasuki ruangan. Di dalam, sudah ada Ibu Zayyan yang tampak menunggu membuat beberapa orang semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi."Nyonya, ad
Pov Kania"Kania ... Hey, kamu kenapa?" Aku melihat wajah Mas Zayyan yang penuh kekhawatiran saat menatapku, namun aku merasa tak berdaya. Tubuhku terasa lemah, tenagaku sudah habis untuk selalu berpura-pura tegar seperti kemarin. "Kania, katakan sama saya apa yang kamu mau?" "Mas, aku mau pulang!" Satu kalimat yang keluar dari mulutku membuat Mas Zayyan tampak tertegun, akhirnya ia menganggukan kepalanya lalu menuntunku untuk masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan di antara kami. Aku sibuk merenung, mencoba menggambarkan bagaimana masa depan akan terjadi. Kemungkinan berita tentang Mas Adnan dan Rayna akan segera menjadi viral, dan aku yakin hal ini akan berdampak pada Mas Zayyan juga.***Saat mobil berhenti di depan rumah Ibuku, Mas Zayyan dengan sigap turun dan membukakan pintu mobil untukku."Makasih Mas!" ucapku sembari tersenyum ke arahnya. "Hm, beristirahatlah!"Aku mengangguk, lalu berjalan masuk ke dalam. Saat akan masuk ke rumah, sebuah teriaka
Kania terdiam sejenak, ia masih tidak menyangka dengan apa yang di ucapkan Adnan. "Kania, Mas mohon percaya sama Mas.""Jangan sentuh aku!" Kania kembali menghindar saat Adnan menyentuh pundaknya. "Sayang ....""Pergilah, Mas," ucap wanita itu sembari menunjuk ke arah jalan. "Apa kamu sudah tidak mencintai Mas lagi, Kania? Kamu ingin melupakan semuanya?" tanyanya dengan wajah yang terlihat begitu prustasi. Kania menghela nafas pelan, lalu mengangguk membuat Adnan benar-benar tertegun. "Semenjak aku tau perselingkuhanmu dengan wanita itu, aku sudah tidak memiliki rasa apapun lagi padamu, Mas.""Tidak, Kania. Kamu bohong kan? Mas mohon, Kania. Maafkan Mas, itu semua hanya sebuah kehilafan." Adnan langsung bersujud di kaki Kania, namun tidak ada respons apapun yang diberikan. Ia hanya diam, tanpa ada air mata yang mengalir dari matanya."Lepaskan, Kania. Mas!" "Ngga, Kania. Mas sangat mencintaimu, Mas mohon." Melihat Adnan yang tidak ingin menghindar, Kania langsung memanggil kel
Adnan menatap penuh dendam ke arah Zayyan yang sudah masuk ke dalam rumahnya kembali, setelah itu ia menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah tersebut. Di jalan, Adnan terus mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat kegelisahan memenuhi pikirannya. Di sisi lain, ia memikirkan Kania namun di sisi lain, ia juga memikirkan pekerjaannya yang sebentar lagi akan hancur. "Argh!" Adnan tiba-tiba menghentikan mobilnya lalu memukul stir mobil dengan keras. Lelaki itu keluar dari mobil dan langsung berteriak di pinggir jembatan sembari menyugar rambutnya dengan kasar. "Kenapa? Kenapa ini harus terjadi!" teriak Adnan. Semua orang yang berada di sana menoleh sembari matanya menatap tajam ke arah Adnan. "Heh, lo jangan berisik bisa gak sih?" tegur salah satu orang. "Diam lo! Ini tuh tempat umum. Bukan tempat nenek moyang lo," jawab Adnan sembari menatap tajam lelaki itu. "Dasar, mungkin kalau ada seorang perempuan jadi istrimu, dia pasti sudah kabur karna tidak tahan punya suami gila s
"Sela lihatlah, di hari pernikahan Zayyan nanti. Mamah ingin kita memakai baju ini, apa menurutmu cocok?" tanya Ibu Zayyan sembari menatap putrinya yang sedari tadi hanya diam. "Sela," panggil Ibunya. Tangannya terulur menepuk pundak anak gadisnya dengan keras membuatnya seketika terperanjat."Ii--iya, Mah. Ada apa?" "Kamu kenapa? Mamah melihat sekarang kamu gampang sekali melamun. Apa kamu sakit? Kalo sakit kita ke rumah sakit sekarang yah, Nak.""Apasih Mah, mana mungkin aku sakit. Mamah ngaco!" jawab Sela dengan wajahnya yang terlihat begitu panik bersamaan dengan keringat dingin yang tiba-tiba keluar dari keningnya."Tapi, Nak ....""Mah, Sela mau istirahat!" Ibu Zayyan hanya diam melihat kepergian putri satu-satunya. Hatinya langsung merasa tidak enak saat menyadari ada yang aneh dengan putrinya. ***"Sayang apa kamu sudah siap?" "Iya Mas, kita ketemuan di butik ya" jawab wanita di sebrang sana, membuat Zayyan mendesah pelan. "Jangan lama-lama, saya sudah rindu!"Kania yang