Kania terdiam sejenak, ia masih tidak menyangka dengan apa yang di ucapkan Adnan. "Kania, Mas mohon percaya sama Mas.""Jangan sentuh aku!" Kania kembali menghindar saat Adnan menyentuh pundaknya. "Sayang ....""Pergilah, Mas," ucap wanita itu sembari menunjuk ke arah jalan. "Apa kamu sudah tidak mencintai Mas lagi, Kania? Kamu ingin melupakan semuanya?" tanyanya dengan wajah yang terlihat begitu prustasi. Kania menghela nafas pelan, lalu mengangguk membuat Adnan benar-benar tertegun. "Semenjak aku tau perselingkuhanmu dengan wanita itu, aku sudah tidak memiliki rasa apapun lagi padamu, Mas.""Tidak, Kania. Kamu bohong kan? Mas mohon, Kania. Maafkan Mas, itu semua hanya sebuah kehilafan." Adnan langsung bersujud di kaki Kania, namun tidak ada respons apapun yang diberikan. Ia hanya diam, tanpa ada air mata yang mengalir dari matanya."Lepaskan, Kania. Mas!" "Ngga, Kania. Mas sangat mencintaimu, Mas mohon." Melihat Adnan yang tidak ingin menghindar, Kania langsung memanggil kel
Adnan menatap penuh dendam ke arah Zayyan yang sudah masuk ke dalam rumahnya kembali, setelah itu ia menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah tersebut. Di jalan, Adnan terus mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat kegelisahan memenuhi pikirannya. Di sisi lain, ia memikirkan Kania namun di sisi lain, ia juga memikirkan pekerjaannya yang sebentar lagi akan hancur. "Argh!" Adnan tiba-tiba menghentikan mobilnya lalu memukul stir mobil dengan keras. Lelaki itu keluar dari mobil dan langsung berteriak di pinggir jembatan sembari menyugar rambutnya dengan kasar. "Kenapa? Kenapa ini harus terjadi!" teriak Adnan. Semua orang yang berada di sana menoleh sembari matanya menatap tajam ke arah Adnan. "Heh, lo jangan berisik bisa gak sih?" tegur salah satu orang. "Diam lo! Ini tuh tempat umum. Bukan tempat nenek moyang lo," jawab Adnan sembari menatap tajam lelaki itu. "Dasar, mungkin kalau ada seorang perempuan jadi istrimu, dia pasti sudah kabur karna tidak tahan punya suami gila s
"Sela lihatlah, di hari pernikahan Zayyan nanti. Mamah ingin kita memakai baju ini, apa menurutmu cocok?" tanya Ibu Zayyan sembari menatap putrinya yang sedari tadi hanya diam. "Sela," panggil Ibunya. Tangannya terulur menepuk pundak anak gadisnya dengan keras membuatnya seketika terperanjat."Ii--iya, Mah. Ada apa?" "Kamu kenapa? Mamah melihat sekarang kamu gampang sekali melamun. Apa kamu sakit? Kalo sakit kita ke rumah sakit sekarang yah, Nak.""Apasih Mah, mana mungkin aku sakit. Mamah ngaco!" jawab Sela dengan wajahnya yang terlihat begitu panik bersamaan dengan keringat dingin yang tiba-tiba keluar dari keningnya."Tapi, Nak ....""Mah, Sela mau istirahat!" Ibu Zayyan hanya diam melihat kepergian putri satu-satunya. Hatinya langsung merasa tidak enak saat menyadari ada yang aneh dengan putrinya. ***"Sayang apa kamu sudah siap?" "Iya Mas, kita ketemuan di butik ya" jawab wanita di sebrang sana, membuat Zayyan mendesah pelan. "Jangan lama-lama, saya sudah rindu!"Kania yang
FlashbackBeberapa menit setelah meminum minuman yang diberikan Adnan, Sela memegang kepala yang terasa begitu berat. Ia menatap ke sekeliling, pandangnya terasa mengabur dengan kepala yang berdenyut hebat. Adnan yang menyadari perubahan itu, tersenyum sinis. Ia mengeluarkan banyak uang yang sudah dia siapkan lalu melemparkannya ke meja. Teman-teman Sela yang melihat hal itu melebarkan matanya. "Uu--uang sebanyak ini untuk apa?" tanya salah satu temannya."Kalian habiskan uang itu sesuka kalian," ujar Adnan membuat mereka saling pandang. "Tapi, atas dasar apa kamu memberikan uang sebanyak ini?" Adnan menatap ke samping, lelaki itu lalu tersenyum sembari mengelus rambut Sela. "Tinggalkan saya bersama Sela." "Ta--tapi ...." Mereka semua langsung saling pandang, terlihat keraguan di mata teman-temannya. "Kalian tenang saja, Sela akan baik-baik saja dengan saya. Lagian, saya juga mengenal Zayyan, kakak Sela."Mereka akhirnya menganggukan kepala, matanya penuh binar menatap uang yang
Pov Kania. "Saya harus pulang sekarang, Kania!" kata lelaki itu dengan wajah yang terlihat sangat kacau. Aku tidak bisa menahannya lagi dan segera memanggil dokter serta membuat surat kepulangan untuk Mas Zayyan.Setelah semuanya selesai, aku memutuskan untuk ikut ke rumahnya. Meskipun Mas Zayyan sempat melarangku, tetapi aku tidak bisa meninggalkan Mas Zayyan dalam kondisi seperti ini.***Terdengar helaan nafas Mas Zayyan saat mobil berhenti di depan rumahnya, aku melihat lelaki itu hanya diam memandang pintu rumah yang terbuka. Tidak ada reaksi apapun dalam dirinya, walau ku tau sekarang dia sedang berperang dengan perasaan dan juga pikirannya. "Mas." Aku mengambil tangan lelaki itu, membuat dirinya menoleh ke arahku. "Saya tidak bisa, Kania!" Wajah Mas Zayyan terlihat begitu sendu, jujur selama ini baru kulihat lelaki yang begitu aku cintai serapuh ini. Mas Adnan berhasil, lelaki itu benar-benar bisa membuat Mas Zayyan sangat hancur. Namun aku tidak akan membiarkan rencananya
"Tidak, saya hanya tidak menyangka jika Pak Zayyan yang terhormat mau menerima saya menjadi adik iparnya," jawab Mas Adnan dengan matanya yang menatap ke arahku. Mas Zayyan tampak terkekeh, ia menepuk pundak Mas Adnan dan menjawab dengan nada pelan. "Saya melakukan itu bukan semata-mata untuk membuat Sela bahagia, namun untuk memperlihatkan padamu juga. Bahwa wanita yang dulu kamu sia-siakan, sekarang akan hidup bahagia." Aku tertegun saat Mas Zayyan mengangkat tanganku dan menciumnya di hadapan semua orang."Kamu akan menderita, Adnan," bisik Mas Zayyan, namun kata-katanya masih terdengar olehku.Tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan oleh Mas Adnan kepada kami, namun terdengar suara ringisan dari Sela saat tangannya digenggam erat oleh Mas Adnan."Sakit, Mas!""Maaf, sayang...." Mas Adnan langsung menoleh ke arah Sela dan mengusap lembut tangannya.Aku tersenyum melihatnya, kutahu jika dia marah dia akan mengepalkan tangannya. Namun dia tidak menyadari bahwa ada tangan gadis y
Sekarang, aku dan Pak Dika kembali bertemu di sebuah kafe yang telah kujanjikan kemarin. Mataku memandang heran lelaki itu, yang sibuk mengutak-atik ponsel di tangannya."Apa yang sedang Anda lakukan, Pak?" tanyaku dengan kebingungan."Jam sepuluh, Nona Sela dan temannya akan datang kemari," jawabnya, membuatku terkejut.Aku melihat ke arah arloziku, yang menunjukkan pukul 09.40. Astaga, bagaimana mungkin dia baru memberitahuku sekarang?"Tidak usah panik, Nona," ucap Pak Dika sambil merogoh sesuatu di dalam tasnya. Senyumku melebar saat dia memberikanku sebuah topi."Pakailah topi ini, mereka pasti tidak akan mengenali kita," katanya.Aku segera mengambil topi tersebut dan memakainya. "Ah, tidak heran Mas Zayyan sangat mempercayaimu. Ternyata kau luar biasa," pujiku. Sementara Pak Dika hanya tersenyum tipis.***Jam sudah menunjukkan pukul 10.14. Aku langsung menunduk sembari memegang topiku saat melihat Sela dan beberapa temannya datang dan duduk di sebuah kursi tepat di belakangku
"Selamat atas pernikahanmu, Kania," ucap Sella sambil mengulurkan tangannya kepadaku. Namun, tidak terlihat senyuman di wajahnya.Aku membalas jabatan tangannya sambil tersenyum, aku tau alasan di balik sikap Sella. Wanita itu masih kesal, meskipun dia dan Mas Adnan telah menikah, tetapi tidak sesuai dengan keinginannya. Mereka hanya menikah secara siri kemarin, itulah yang membuat Sella mungkin akan semakin membenciku."Semoga kalian bahagia!"Aku menoleh ke arah Mas Adnan yang juga mengulurkan tangannya padaku. Tangannya menggantung di udara karena aku tidak membalas uluran itu, sampai tiba-tiba Mas Zayyan meraih tangannya."Terima kasih, Adnan," ucap Mas Zayyan. "Terima kasih karena sudah melepaskan Kania!"Mas Adnan terdengar tertawa kecil, dia menatapku sejenak lalu mendekati Mas Zayyan."Aku sudah sangat puas dengan Kania!"Dia berbicara dengan suara pelan namun kata-katanya menusuk hatiku sangat dalam."Pak Zayyan, andai kau tau jika Kania itu ...." Mas Adnan terdiam sejenak.