Share

Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!
Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!
Penulis: Lunoxs

Bab 1 - Tamu Yang Tak Dikehendaki

“Ah!”

Suara desahan yang terdengar dari dalam kamar tidurnya membuat Amanda terperanjat.

Di dalam sana, seharusnya hanya ada sang suami, sementara dia—Amanda, sedang menemani tamu undangan di acara pesta ulang tahunnya.

Dengan jantung yang berpacu, Amanda mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam kamar. Tanpa sadar, pergerakannya menimbulkan suara yang cukup gaduh.

"Mas!"

Pintu kamar Amanda buka dengan cukup kasar. Suasana kamar nampak temaram sebab lampu utama dimatikan. Dia tak bisa melihat dengan jelas seisi kamar ini.

Amanda lantas masuk lebih dalam dan menyalakan lampu.

"Apa yang sedang mas Evan lakukan?" tanya Amanda. Keningnya berkerut dalam ketika melihat sang suami terduduk di sofa sendiri dengan gestur gelisah.

Tidak hanya itu, Amanda juga bisa melihat penampilan sang suami yang nampak berbeda, juga nafas yang terengah dan keringat di dahi. Seperti seseorang yang baru saja beraktivitas berat.

"Tidak ada, tadi aku tertidur dan cukup terkejut saat kamu memanggil," jawab Evan dengan suara yang terdengar tenang.

Mendengar hal itu, sebuah napas panjang Amanda keluarkan. Seketika, dia menjadi merasa tidak enak hati.

"Maaf Mas, kamu pasti lelah sekali. Tapi harus tetap hadir di pesta ulang tahunku," balas Amanda, seketika hilang sudah semua prasangka buruknya setelah mendengar jawaban sang suami.

Kini, Amanda berpikiran, Evan pasti telah lelah dengan semua pekerjaan di kantor, sampai tertidur di sofa dan sekarang dia mengagetkannya. Bangun dengan terkejut membuat sang suami sampai berkeringat seperti ini.

Evan lantas bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Amanda, membelai lembut puncak kepala sang istri, "Tidak apa-apa,” katanya dengan senyum tipis. “Apa tuan Austin sudah datang?" tanya Evan lagi, menyebut seorang tamu agung yang mereka tunggu. Amanda mengangguk.

"Tunggu sebentar, aku akan cuci muka lebih dulu," ucap Evan dan lagi-lagi Amanda hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

Kemudian, Evan bergerak menuju kamar mandi dengan mata Amanda yang terus mengawasinya. Tidak lama, setelahnya Evan kembali keluar dengan keadaan yang lebih segar.

Kedua pasangan itu kemudian bergandengan tangan dengan mesra, turun ke lantai satu di mana acara pesta berada.

Dengan posisi yang begitu dekat, samar-samar Amanda mencium aroma parfum lain di tubuh sang suami.

Amanda sontak menoleh ke belakang, melihat pintu kamar yang telah tertutup. Dia bertanya-tanya lagi dalam benaknya, ‘Apa mungkin ada orang lain di dalam sana?’

Namun, dia buru-buru menggelengkan kepala. Malam ini terlalu penting untuk dia kacaukan dengan keraguan yang tidak pasti.

Menjadi menantu konglomerat, membuat Amanda menjadi wanita yang berkelas. Termasuk seperti saat ini, di mana dia harus mengesampingkan pikiran-pikiran buruknya karena acara pesta ulang tahun dan juga acara donasi untuk Yayasan yang dia pimpin.

“Tuan Austin, selamat datang.” Evan menyapa Tuan Austin, salah satu donator terbesar untuk Yayasan Amanda. “Terima kasih telah bersedia hadir di pesta ulang tahun istriku,” lanjutnya sambil mengeratkan tangannya yang melingkari pinggul Amanda.

Secara kasat mata, pernikahan mereka memang nampak begitu sempurna, tapi tidak seorang pun tahu di dalamnya begitu rusak.

Mereka sudah tidak pernah lagi bermesraan, terhitung sejak mereka kehilangan anak mereka. Amanda yang masih trauma menolak disentuh, hal itulah yang membuat mereka tidur di ranjang berbeda meski masih tetap berada di kamar yang sama.

"Tentu saja aku harus datang.” Tuan Austin menyambut tangan Evan. Senyum pria itu melebar, terlebih kala melirik ke arah Amanda. “Datang ke sini merupakan kehormatan untukku.”

Sayangnya, di saat dua pria itu berbincang, tatapan Amanda tengah tertuju ke arah tangga. Dia melihat sesosok wanita yang dia kenal turun dari lantai 2.

'Seria,' batin Amanda, wanita itu adalah sekretaris sang suami. 'Kenapa dia dari atas? Apa yang dia lakukan di sana?' batin Amanda penuh tanya.

Tatapan Amanda terus mengikuti ke mana arah perginya Seria, ternyata wanita itu menemui mama mertua dan juga adik iparnya.

Amanda menghela napas panjang. Memang, dibandingkan dia yang merupakan menantu keluarga Sanjaya, Seria-lah yang justru lebih dekat dengan keluarga ini.

Tidak jarang, Amanda selalu dibanding-bandingkan dengan Seria yang katanya lebih baik darinya.

"Amanda, kenapa malah melamun?" tanya Evan yang akhirnya menyadari bahwa sang istri tidak fokus.

Teguran itu membuat Amanda sontak tersenyum kikuk. “Ah, bukan apa-apa.”

"Mungkin dia lelah, hari ini pasti hari yang sibuk untuknya, mempersiapkan pesta dan juga donasi untuk yayasan. Istri Anda benar-benar wanita yang hebat," puji Austin tak habis-habis, dia bahkan menatap Amanda dengan lekat, dengan tatapan penuh kekaguman.

"Anda terlalu berlebihan, Tuan," balas Amanda pula.

Rupanya, tatapan kekaguman dari Austin untuk Amanda membuat Evan tak nyaman. Tanpa aba-aba, dia mengetatkan pelukannya di pinggang sang istri dengan posesif.

Percakapan ketiga orang itu terus berlangsung hingga pesta usai pada pukul 11 malam.

Ketika semua tamu telah pulang, masih ada seorang ‘tamu’ yang tak Amanda kehendaki tengah duduk santai di tengah ruang keluarga.

"Seria, kamu tidak pulang?”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Juhaina R
Hay kak ............
goodnovel comment avatar
Juhaina R
astaga punya laki kek gtu amat boongin bininya ......... gak takut kualat...
goodnovel comment avatar
enur .
aq curiga Selia sebener ny berselingkuh dengan Evan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status