Share

Bab 5 - Sampai Kapanpun Aku Tidak Akan Pernah Menceraikan Suamiku

'Aska adalah anak mereka berdua.' Mendengar kalimat itu Amanda seketika tergugu, tangan kanannya gemetar saking terkejutnya.

Dia pikir pengkhianatan ini baru terjadi selama 2 tahun terakhir, tapi ternyata sudah sejak 6 tahun lalu. Bahkan usia Aska sama dengan sang anak, yaitu 5 tahun. Tangannya terkepal, namun dia coba untuk mengendalikan emosi, tak ingin terlihat semakin hancur.

Bodohnya dia tak pernah menyadari bahwa anak itupun darah daging sang suami.

Tidak hanya satu, namun keluarga ini telah begitu banyak mengkhianati dirinya. Bukan hanya sang suami, namun mama mertua beserta adik iparnya pun terlibat dalam penghianatan tersebut.

"Kita harus bicara, Amanda. Ayo pergi," ucap Evan, dia segera menarik sang istri untuk meninggalkan ruang tengah. Dalam keadaan seperti ini mereka hanya perlu bicara berdua. Evan tak ingin Amanda semakin berpikir terlalu jauh.

Karena nyatanya ini semua tak seperti yang Amanda kira. Di dalam hidup Evan, Seria hanyalah untuk bersenang-senang sementara cintanya tetap utuh untuk sang istri.

Dan Amanda yang yang tengah begitu terpuruk akhirnya hanya mampu pasrah saat tubuhnya ditarik. Pada akhirnya mereka berdua masuk ke dalam kamar.

Tiba di sana Amanda baru tersadar bahwa pria ini begitu menjijikkan, jadi dia menarik tangannya sampai terlepas dari tangan Evan.

"Apa yang mau kamu jelaskan?" tanya Amanda, rasanya tidak sudi lagi untuk memanggil pria ini dengan sebutan Mas.

"Kita menikah karena perjodohan, Aku butuh waktu untuk menerima kamu dan di saat itu Seria juga merayuku. Kamu ingat betul dulu aku adalah pria yang hanya tahu caranya bersenang-senang, sampai akhirnya Aska hadir tanpa rencana," jelas Evan.

"Sudah, saat itu hubungan kami berakhir. Kita saling mencintai dan juga memiliki anak, tapi setelah anak kita meninggal hubungan kita kembali merenggang dan saat itu Seria kembali masuk. Tapi sungguh Amanda, sedikitpun aku tidak berniat menikahinya. Hanya kamu istriku satu-satunya," timpal Evan lagi. Memang inilah yang dia rasakan tentang hidupnya.

Tentang Amanda dan juga Seria.

Mendengar semua penjelasan itu Amanda mengusap wajahnya frustasi, pikirannya benar-benar buntu. Tak mampu mengambil keputusan apapun.

Dengan tubuh sempoyongan Amanda berjalan menuju ranjangnya sendiri.

"Fakta ini tidak akan mengubah apapun Manda, aku tidak akan menikahi Seria. Kamu tetap istriku satu-satunya, dan tentang Aska biar sepenuhnya jadi urusan Seria."

"Cukup, Mas. Aku mohon tinggalkan aku sendiri," pinta Amanda dengan suara yang terdengar begitu lirih.

"Baiklah, aku akan keluar. Beristirahatlah sebanyak yang kamu mau. Panggil aku jika butuh apapun," balas Evan, masih begitu penuh perhatian yang dia berikan.

Dengan langkah kaki berat akhirnya Evan meninggalkan kamar tersebut. Berharap setelah mendapatkan ketenangannya, Amanda bisa berpikir dengan jernih. Bahwa pernikahan mereka tak akan rusak hanya karena Seria.

Evan justru berharap setelah ini Amanda akan mulai memperbaiki hidupnya sendiri, keluar dari keterpurukan pasca anak mereka meninggal. Sudah saatnya mereka memulai semuanya dari awal, berusaha kembali mendapatkan penerus yang sesungguhnya untuk keluarga Sanjaya.

Saat mendengar suara pintu kamar tertutup, Amanda memejamkan mata dan jatuhlah air matanya.

Bingung harus melakukan apa? semakin merasa bahwa di dunia ini dia hanya hidup sebatang kara.

Namun dibandingkan rasa kecewa kini amarah justru yang lebih menguasai jiwanya. Setelah semua hal yang dia lakukan untuk keluarga ini, nyatanya ketulusannya tak pernah dihargai.

Pergi justru hanya akan membuat orang-orang itu tertawa di atas penderitaannya.

"Tidak, aku tidak akan pergi. Aku akan tetap berada di rumah ini," gumam Amanda dengan penuh keyakinan. Bicara dengan tubuh yang gemetar, menggigil kedinginan.

Amanda sebenarnya tak bisa terlelap, namun dia memaksakan diri untuk tertidur. Memaksakan diri untuk mengistirahatkan tubuhnya yang telah remuk. Tak ingin semakin hancur karena keadaan ini.

Tak ingin hancur sendirian.

Sampai entah di menit keberapa akhirnya Amanda benar-benar terlelap. Seolah semua yang terjadi hanya seperti mimpi.

Sampai jam 4 sore Amanda masih jauh belum keluar dari dalam kamarnya, Evan pun tak berani menganggu istirahat sang istri.

Sementara Seria adalah yang paling gusar saat menunggu.

"Kenapa mbak Amanda lama sekali, Ma? Kira-kira keputusan apa yang akan dia ambil?" tanya Seria.

"Dia pasti ingin berpisah dengan Evan," balas mama Geni dengan sangat yakin.

Mereka berdua duduk di ruang tengah. Evan mengurung diri di ruang kerjanya, sementara Evelyn pergi menemui teman-temannya.

"Permisi Nona, nyonya Amanda memanggil Anda untuk datang ke kamar beliau," ucap seorang pelayan yang datang ke sana.

Deg! Seria tentu sangat terkejut, takut juga jika harus menghadapi Amanda seorang diri.

"Bagaimana ini, Ma?" tanya Seria yang ketakutan.

"Temui saja, tidak perlu merasa takut, sebab sekarang kamu memiliki Aska yang akan jadi pewaris keluarga Sanjaya," balas mama Geni, kalimat yang membuat Seria kembali mendapatkan kepercayaan dirinya.

Ya, sekarang posisi Seria telah berada di atas wanita itu. Amanda yang tidak memiliki keturunan.

Tanpa merasa takut sedikitpun, akhirnya Seria mendatang kamar Amanda. Pintu telah terbuka jadi di bisa masuk sesukanya.

"Duduklah," titah Amanda.

Sungguh, Seria tak menyukai sikap angkuh tersebut. Bahkan penampilan Amanda sore ini nampak baik-baik saja, tak ada sedikitpun gelagat jika sedang mengalami frustasi.

Padahal suaminya baru saja berkhianat.

"Apa rencana mbak Amanda selanjutnya? Kapan akan mengajukan perceraian dengan mas Evan?" tanya Seria setelah dia duduk di hadapan wanita tersebut.

Amanda tersenyum kecil, "Apa? Perceraian? memangnya siapa yang mau bercerai?" balas Amanda.

Dahi Seria sampai berkerut saat mendengar hal tersebut, menandakan bahwa dia tak suka saat mendengarnya. "Jadi Mbak Amanda tidak berniat untuk cerai dengan mas Evan? kami sudah memiliki anak Mbak!"

"Berhenti memanggilku Mbak, ingat dimana posisimu. Kamu hanyalah wanita simpanan suamiku, jadi tetap panggil aku dengan sebutan Nyonya," balas Amanda dengan suaranya yang penuh intimidasinya, juga tatapan tajam seperti elang.

Seria terdiam dan makin membisu saat mendengar Amanda kembali bicara. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan suamiku, seumur hidup kamu akan tetap jadi jalangnya."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Asri Fatmawati
Cam kan itu Seria kamu hanya jala*g jd ingat posisi mu
goodnovel comment avatar
enur .
apapun keputusan mu Manda, semoga kamu kuat menghadapi cobaan ini , dan tetap tegar jan perlihat kan kelemahan mu di hadapan mereka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status