Beranda / Pernikahan / Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai! / Bab 4 - Ditusuk Tepat Di Depan Mata

Share

Bab 4 - Ditusuk Tepat Di Depan Mata

"Nyonya," sapa sang supir saat melihat nyonya Amanda keluar seorang diri dari perusahaan tersebut.

Tadi nyonya Amanda memang telah memerintahkannya untuk pergi lebih dulu, tapi dia memutuskan untuk menunggu setidaknya selama 1 jam, karena itulah dia masih tetap berada di sini. Mobil masih terparkir di depan lobby perusahaan.

"Berikan kunci mobilnya," pinta Amanda dengan suara yang terdengar gusar.

Supir tersebut lantas merogoh kunci mobil di saku celananya dan langsung dia serahkan pada sang nyonya.

Tanpa basa-basi Amanda segera merebut kunci mobil tersebut dan masuk ke dalam mobil, lalu segera mengemudikan mobil tersebut pergi dari sana.

Sampai membuat sang supir mendadak was-was, sebab nyonya Amanda pergi dengan kecepatan yang langsung tinggi.

Keluar dari area perusahaan Amanda tanpa sadar membuat kekacauan di jalan raya, karena masuk tak melihat situasi kendaraan yang tengah ramai.

Suara klakson mobil seketika menggema dari berbagai sudut, namun Amanda seperti tuli. Dia tidak mendengar semua kebisingan tersebut.

Hanya terus mengemudi dengan kecepatan tinggi tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Entah berapa lama Amanda mengemudi di jalanan malam ini, sampai akhirnya mobil berhenti di sebuah rest area yang nampak begitu sepi.

"Ya Tuhan," lirih Amanda, kembali mengalir air matanya begitu saja. Ingin dia tahan namun tak bisa.

Kedua tangannya mencengkram kemudi, meluapkan semua rasa sesak di dalam hati. Matanya terpejam dan kenangan pengkhianatan itu kembali terbayang jelas di dalam ingatan.

Bahkan desahan Seria seperti mendayu-dayu di pendengarannya.

"Ahk!" pekik Amanda.

"AKH!!" teriaknya lagi makin menjadi-jadi.

Semua hal yang selama ini menggganjal di dalam hati coba dia luapkan semua melalui teriakan tersebut, di dalam mobil dan hanya mampu dia dengar sendiri.

Amanda menangis sejadi-jadinya, terpuruk merasakan hidup yang paling hancur.

"Ahk!" pekiknya dengan suara yang gemetar, sebab telah tercampur tangis yang begitu pilu.

Ponsel di dalam tasnya terus berdering panggilan masuk dari Evan, namun jangankan mengangkat, melihat pun Amanda sudah tak memiliki minat.

Semalaman ini Amanda tidak pulang ke rumah, saat pagi mulai menjelang Amanda menghubungi sang asisten pribadi untuk menjemputnya sebab sudah tak sanggup untuk mengemudi.

"Nyonya," ucap Luna seraya menundukkan kepalanya memberi hormat. Penampilan nyonya Amanda pagi ini terlihat kacau sekali, semalaman nyonya menghabiskan waktu di dalam mobil.

"Ayo pulang," ajak Amanda dengan suara yang lirih. Di ujung sana matahari mulai terbit dan Luna segera masuk ke kursi kemudi untuk membawa sang nyonya pulang ke rumah utama.

"Maaf Nyonya, apa Anda baik-baik saja?" tanya Luna di tengah-tengah perjalanan yang mereka lakukan.

Amanda tak menjawab pertanyaan itu, bukannya bingung ingin menjawab apa, tapi lebih tepatnya Amanda tak mendengar pertanyaan Luna.

Dunianya masih terasa kosong, Amanda sedang berada di tahap coba menyusun hidupnya lagi yang sudah hancur.

Mungkin Evan selingkuh saat mereka mulai tak berhubungan di ranjang, mungkin Evan begini karena sikapnya yang dingin selama 2 tahun terakhir.

Mungkin pernikahan mereka masih bisa diperbaiki sebab ada salah Amanda dalam hal ini.

Sepanjang perjalanan pulang Amanda terus menyalahkan diri sendiri, lalu yakin bahwa semuanya masih bisa diperbaiki.

"Pergilah," titah Amanda pada Luna setelah mereka tiba di rumah utama keluarga Sanjaya.

"Baik Nyonya," jawab Luna dengan patuh.

Sebelumnya Amanda telah berhenti di sebuah butik, Menganti baju dan membersihkan tubuhnya. Jadi saat dia pulang sekarang penampilannya terlihat segar, meskipun semalaman ini Amanda tak terlelap sedikit pun.

Namun siapa sangka, setelah Amanda masuk ke ruang tengah ternyata disana telah banyak orang yang menunggu kedatangan.

Evan, mama Geni, Evelyn sang adik ipar dan juga Seria simpanan sang suami.

"Semalam kamu darimana saja? kenapa tidak menjawab panggilan ku," cemas Evan, dia langsung mendekati sang istri dan hendak memeluk. Namun dengan cepat Amanda menahan dada pria tersebut.

Awalnya dia memang ingin memperbaiki hubungan mereka, tapi keinginannya itu seketika menepi ketika melihat masih ada Seria di sini. Padahal kemarin telah Amanda katakan dengan jelas bahwa dia ingin Wanita itu pergi ke luar negeri.

"Duduklah, ada yang ingin Mama bicarakan pada kalian semua," titah mama Geni, mengambil alih kuasa dalam situasi ini.

"Apa mama tahu? mas Evan berselingkuh dengan wanita itu di belakangku," adu Amanda, dia tak mau duduk, jadi dengan berdiri bicara begini.

"Mama dan Evelyn sudah tahu sejak lama, baguslah jika sekarang kamu juga mengetahuinya."

"Apa?!" tanya Amanda, tak habis pikir. Tenggorokannya tercekat seperti ada yang mencekik dengan paksa.

Dalam sekejap Amanda ditusuk tepat di depan mata. Dilihatnya Seria yang tersenyum kecil, tak ada sedikitpun rasa penyesalan di raut itu wajah wanita itu.

Tak sampai di sana, mama Geni seperti belum puas menyakiti sang menantu. Lagi dan lagi dia menyampaikan sebuah fakta yang begitu menyakitkan bagi Amanda. "Evan dan Seria tidak bisa berpisah meskipun kamu meminta, Amanda. Karena sebenarnya Aska adalah anak mereka berdua."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Juhaina R
astagaaa keluarganya gila gak ketulungan ......... bisa bisanya mertua mendukung perbuatan gak baik, diperbuat anknya bukan memberi solusi mlah makin rusak ...
goodnovel comment avatar
enur .
giling y emang mereka,, bisa2 ny membiar kan Evan dan Selia berbuat begitu, atau jangan2 Selia dan Evan sudah menikah di belakang Amanda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status