Sekitar jam 6 sore barulah Amanda memutuskan untuk pulang setelah seharian sibuk dengan urusan Yayasan.
Di tengah-tengah perjalanan dia mendapatkan pesan dari sang suami. 'Malam ini aku akan lembur, tidurlah lebih dulu tidak perlu menungguku,' tulis Evan. Amanda menatapi pesan itu sekilas, sebelum akhirnya dia mengambil keputusan untuk menyusul ke kantor sang suami. Dalam perjalanan, Amanda merenung. Ucapan Mama Geni pagi tadi memang tidak sepenuhnya salah. Harusnya sekarang Amanda mulai melanjutkan hidup, bukan hanya terus berkubang di kesedihan atas meninggalnya sang anak. Meski masih ada sedikit keraguan di hatinya, namun Amanda mulai memberanikan diri untuk kembali bermesraan dengan sang suami. Karena itulah dia memutuskan untuk mengunjungi perusahaan Evan. Berharap bisa menikmati waktu romantis berdua di sana. karena jika di rumah pasti suasana hati Amanda makin buruk saat bertemu dengan mama Geni. Sekitar jam 7 lewat beberapa menit barulah Amanda tiba di perusahaan sang suami. Suasana di perusahaan nampak sepi karena memang tidak ada siapapun lagi di sana. “Bapak pulang saja lebih dulu. Nanti aku akan pulang bersama mas Evan." Amanda berpesan pada sopir pribadinya sebelum memasuki perusahaan. Dengan akses yang dimilikinya, Amanda tidak kesulitan memasuki perusahaan meski jam operasional sudah berakhir. Dia kemudian masuk ke dalam lift dan menuju lantai 10 di mana ruangan sang suami berada. Tiba di sana Amanda langsung melihat meja Seria yang nampak kosong. Dia pikir, mungkin sang suami hanya lembur dengan asisten pribadinya, tidak dengan sang sekretaris. Karena ingin memberi kejutan, jadi Amanda langsung membuka pintu ruang kerja suaminya tanpa mengetuk lebih dulu. Brak! Namun alangkah terkejutnya Amanda saat dia melihat sang suami justru tengah bercinta dengan wanita lain. Adegan itu begitu intim di atas sofa. "Ah, Mas!" lirih Seria. Deg! Jantung Amanda sontak berdenyut nyeri. Dia menutup mulutnya dengan satu tangan, sebelum tubuhnya terhuyung nyaris jatuh karena tulang-tulang kakinya seolah melemah. Sementara Evan, buru-buru mendorong Seria agar menjauh, sebelum kemudian menghampiri Amanda terburu-buru. "Aku bisa menjelaskan semuanya, Manda!" “Jangan sentuh aku!” Amanda menepis tangan Evan yang mencoba meraihnya. Dia pikir, dia tidak akan bisa merasakan sakit usai kehilangan anaknya. Ternyata, menemukan sang suami berkhianat di depan matanya tetap menghasilkan kesakitan yang sama. Amanda menunduk, tak kuasa melihat dua manusia yang tanpa sehelai benangpun. Apa yang selama ini dia prasangkakan ternyata memang benar adanya, bahwa hubungan di antara mereka bukan hanya hubungan profesional, tapi lebih. "Aku bisa menjelaskan semuanya, Manda." "Diam," pinta Amanda. Dengan tertatih, Amanda mencoba bangun dan berusaha melangkah memasuki ruangan nestapa ini. Jika wanita lain mungkin akan lari, itu tidak akan terjadi dengan Amanda. Dia harus menghadapi semuanya. Dia menatap dengan amarah, dan tatapan jijik ke arah Seria yang telah mengenakan baju. Setelah berdiri tepat di hadapan Seria, Amanda segera melayangkan sebuah tamparan keras di wajah wanita itu. PLAK! Tamparan itu keras sekali sampai berhasil membuat Seria jatuh di atas sofa. Seria menangis, dan terus melihat ke arah Evan yang tak melakukan pergerakan apa pun untuk menolongnya. "Lebih baik kita pulang, aku akan menjelaskan semuanya saat kita berada di rumah," ajak Evan dengan nada memohon. "Apa yang mau dijelaskan Mas?” Amanda memutar tubuhnya menghadap Evan lagi. “Kamu ingin mengatakan betapa nikmatnya tubuh Seria?!" Amarah masih tercetak jelas di wajahnya. "Cukup Mbak, Amanda! jangan menilaiku rendah seperti itu," sahut Seria. "Kamu memanggilku apa?” tanya Amanda dengan suara yang terdengar begitu geram, dia bahkan kembali menampar Seria dengan kuat. PLAK!! Seria yang telah berdiri sampai jatuh lagi di sofa tersebut. Selama ini Seria selalu memanggilnya Nyonya. Dan sekarang, setelah ketahuan jadi selingkuhan sang suami, dengan beraninya wanita itu mengubah panggilannya untuk Amanda. "Melihat betapa lancangnya dia memanggilku, apa kalian sudah berencana menikah?" tanya Amanda, satu pertanyaan yang jelas dia tujukan pada sang suami. Evan menggeleng pelan, "Tidak Sayang, aku tidak mungkin menikahi Seria. Apa yang kulakukan dengannya hanya untuk bersenang-senang." "Mas!" Pekikan itu berasal dari Seria. Namun, wanita itu tak bisa berbuat banyak saat Nyonya Amanda menatapnya dengan tajam. "Kalau begitu, pecat Seria jadi sekretarismu. Beri dia uang untuk pergi ke luar negeri." Dengan suara gemetar dan mata yang memerah menahan tangis, Amanda berujar tegas kepada sang suami. Amarah dan kecewa kini telah menguasai hatinya, pikiran Amanda berkecamuk, dia tak bisa mengambil keputusan apapun. Perselingkuhan sang suami adalah sesuatu yang tidak pernah terbesit olehnya. Dia pikir cinta mereka masih sama bahkan semakin kuat setelah sang anak meninggal dunia. Reputasi mereka di hadapan publik pun sangat baik, keduanya dikenal sebagai pasangan cinta sejati. Dulu Amanda hanyalah Gadis miskin, yang derajatnya makin naik ketika masuk dalam keluarga Sanjaya. Bak cerita Cinderella yang bertemu dengan pangerannya di dalam dongeng. Sungguh, Amanda sempat berpikir bahwa sekarang hidupnya telah begitu sempurna. Tapi siapa sangka jika ternyata dia adalah istri yang diduakan. Istri yang kehormatannya diinjak-injak oleh wanita lain, yaitu wanita simpanan sang suami. Menyadari fakta Ini akhirnya air mata yang sejak tadi dia tahan pun jatuh juga, namun dengan cepat Amanda menghapusnya. Tak sudi rasanya menjatuhkan air mata untuk pengkhianatan yang begitu menjijikkan. Sementara Evan hanya terdiam, menatap nanar saat melihat kekecewaan sang istri padanya. Dan tanpa kata-kata lagi Amanda segera pergi meninggalkan ruangan tersebut. "Amanda," panggil Evan dan coba menghentikan sang istri, dia menahan tangan Amanda namun segera ditepis oleh sang istri. "Cukup Mas, lebih baik sekarang selesaikan urusanmu dengan wanita itu!""Nyonya," sapa sang supir saat melihat nyonya Amanda keluar seorang diri dari perusahaan tersebut.Tadi nyonya Amanda memang telah memerintahkannya untuk pergi lebih dulu, tapi dia memutuskan untuk menunggu setidaknya selama 1 jam, karena itulah dia masih tetap berada di sini. Mobil masih terparkir di depan lobby perusahaan."Berikan kunci mobilnya," pinta Amanda dengan suara yang terdengar gusar.Supir tersebut lantas merogoh kunci mobil di saku celananya dan langsung dia serahkan pada sang nyonya.Tanpa basa-basi Amanda segera merebut kunci mobil tersebut dan masuk ke dalam mobil, lalu segera mengemudikan mobil tersebut pergi dari sana.Sampai membuat sang supir mendadak was-was, sebab nyonya Amanda pergi dengan kecepatan yang langsung tinggi.Keluar dari area perusahaan Amanda tanpa sadar membuat kekacauan di jalan raya, karena masuk tak melihat situasi kendaraan yang tengah ramai.Suara klakson mobil seketika menggema dari berbagai sudut, namun Amanda seperti tuli. Dia tidak men
'Aska adalah anak mereka berdua.' Mendengar kalimat itu Amanda seketika tergugu, tangan kanannya gemetar saking terkejutnya. Dia pikir pengkhianatan ini baru terjadi selama 2 tahun terakhir, tapi ternyata sudah sejak 6 tahun lalu. Bahkan usia Aska sama dengan sang anak, yaitu 5 tahun. Tangannya terkepal, namun dia coba untuk mengendalikan emosi, tak ingin terlihat semakin hancur. Bodohnya dia tak pernah menyadari bahwa anak itupun darah daging sang suami. Tidak hanya satu, namun keluarga ini telah begitu banyak mengkhianati dirinya. Bukan hanya sang suami, namun mama mertua beserta adik iparnya pun terlibat dalam penghianatan tersebut. "Kita harus bicara, Amanda. Ayo pergi," ucap Evan, dia segera menarik sang istri untuk meninggalkan ruang tengah. Dalam keadaan seperti ini mereka hanya perlu bicara berdua. Evan tak ingin Amanda semakin berpikir terlalu jauh. Karena nyatanya ini semua tak seperti yang Amanda kira. Di dalam hidup Evan, Seria hanyalah untuk bersenang-senang semen
Saat Seria menemui Amanda, mama Geni mendatangi Evan diruang kerja. Dilihatnya sang anak yang termenung duduk di kursi kerja, dihadapan Evan memang ada sebuah dokumen tapi sorot mata anaknya tersebut nampakkosong.Mama Geni bisa memahami kenapa Evan begini, dia pasti bingung ingin mengambilkeputusan apa sekarang."Evan," panggil mama Geni seraya masuk semakin dalam ke ruangan ini."Ma," balas Evan seadanya."Lebih baik kamu segera menceraikan Amanda, dia pasti juga setuju denganperceraian ini," ucap mama Geni. "Sebelum berpisah minta dia untukmengembalikan seluruh saham yang pernah papa beri, termasuk mengundurkan diridari yayasan," timpal mama Geni pula.Memberi solusi yang tepat agar anaknya tak perlu bingung-bingung lagi. Bagimama Geni Amanda tidak berhak mendapatkan sedikitpun kekayaan keluarga Sanjaya,apalagi wanita itu tidak memiliki keturunan dari Evan.Harusnya Amanda tahu diri, sebelum berpisah dia memang harus menyerahkansemuanya kembali pada keluarga ini.Namun di
"Luna sudah menyampaikan semuanya padaku, bahwa kamu tidak ingin bercerai." Amanda tengah membaca sebuah dokumen penting perusahaan saat Evan tiba-tiba masuk ke kamar mereka. Wanita itu tidak kaget, sebab tindakan ini sudah sesuai prediksinya. Atau yang lebih parah, mungkin mama mertuanya akan menyusul ke sini--jika tidak dihadang Luna, juga bodyguardnya di depan sana. Mendengar kalimat itu Amanda segera menutup dokumen di tangannya, lalu menatap sang suami. Pria yang kini seperti tak merasa bersalah sedikitpun, padahal luka yang diberikan padanya adalah luka yang tak main-main. Dokumen yang berisi data donasi yayasan itu kemudian Amanda letakkan di atas meja. "Apa Mas ingin aku mengajukan perceraian?" tanya Amanda kemudian, sorot matanya lurus ke arah sang suami. Bisakah Evan melihat luka di dalam hatinya yang begitu menganga? "Tidak, aku hanya penasaran apa alasanmu bertahan?" Amanda menunduk kecil, menyembunyikan senyum kecewa. Dibanding memahami tentang luka hatinya, Evan ju
"Apa maksudnya Mbak Amanda bicara seperti itu? Apa Mbak Amanda setuju jika aku dan Aska tinggal di sini?" tanya Seria, bicara menggebu dengan perasaan sedikit bingung. "Ingat batasanmu Seria, kamu harus memanggil ku apa?" Hening sesaat, percikan perselisihan itu nampak jelas dari sorot mata Amanda dan juga Seria. Namun akhirnya Seria yang lemah. "Maaf Nyonya," jawab Seria. "Setelah ini aku ingin bicara pada semua orang, tapi tidak di hadapan Aska. Kecuali kalian ingin Aska mengetahui bahwa dia adalah anak Har_" "Amanda!" bentak mama Geni. "Ma, kecilkan suara Mama. Amanda sudah berbaik hati untuk memaafkan aku, tidak bisakah kita sarapan dengan tenang?" sahut Evan pula. "Menyingkir, kursi yang kamu duduki adalah kursiku," titah Amanda pada jalang suaminya tersebut. Seria tak berkutik, padahal posisi ini begitu sempurna untuknya. Di sisi kanan dia berdekatan dengan Evan, sementara di sisi kiri dia berdekatan dengan sang anak. "Pelayan, ganti kursi ini dengan yang lain," perintah
"Aska," panggil Amanda, hingga membuat anak berusia 5 tahun itu langsung menoleh ke arahnya. Setelah berkeliling rumah ini, Aska duduk di taman sendirian. Sementara para pelayan hanya mengawasi Aska dari jarak aman. "Tante Amanda," balas Aska, dia juga langsung bangkit dari duduknya dan berdiri untuk memberi hormat. Hati Amanda yang bergemuruh dengan amarah coba dia redam sampai padam, tak ingin menunjukkan semua benci yang dia rasa pada anak tak berdosa tersebut. Yang salah hanya Evan dan Seria, sementara Aska tidak. Setelah berada di hadapan anak ini, Amanda berjongkok untuk menyejajarkan tubuh mereka. "Maaf Tante, di mana Mama?" tanya Aska, suaranya terdengar gemetar. Amanda menyadari Aska merasa tak nyaman saat berada di dekatnya. "Mama Seria sudah pergi bekerja, mulai sekarang Aska akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Tante." "Kenapa?" "Bukankah Aska tahu bahwa Aska akan tinggal di rumah ini?" tanya Amanda dan bocah itu mengangguk kecil. "Kata Mama mulai sekara
Di luar dugaan, Amanda yang berpikir Seria akan mati-matian menjaga harga diri justru menuruti permintaannya untuk berlutut.Andai Amanda masihlah dirinya yang dulu, dia mungkin akan termakan akting wanita gundik itu. Akan tetapi, tidak lagi dengan kali ini."Bawa Aska pulang bersamamu, jangan pernah menggunakan Aska untuk bisa masuk ke keluarga Sanjaya, " ucap Amanda setelah melihat Seria berlutut di hadapannya. Dia tahu maksud tersembunyi Seria membawa anak itu masuk ke rumah utama, jelas untuk bisa diterima dan merebut posisinya. Amanda juga meninggalkan wanita yang tengah bersimpuh itu tanpa memintanya untuk berdiri lebih dulu, dia pilih kembali duduk di kursi kebesarannya. Kursi Ketua Yayasan Sanjaya Group. Seria mengepalkan kedua tangannya kuat, berdiri dengan harga diri yang telah jatuh. "Aku tidak peduli bagaimana caramu menyenangkan suamiku di luaran sana, tapi jangan pernah lakukan di dalam rumahku," ucap Amanda setelah dia duduk dengan angkuhnya. Pengkhianatan itu seol
"Nyonya Amanda, saham perusahaan Sanjaya Group mulai mengalami penurunan," lapor Luna dengan menunjukkan tablet di tangannya. Semalam berita ini telah disebar dan pagi ini pemberitaan penuh dengan skandal perselingkuhan sang suami. Semua wanita yang pernah berhubungan dengan Evan masuk dalam daftar hitam tersebut, namun yang paling banyak disorot adalah tentang Seria. Ponsel Amanda terus berdering dari berbagai pihak, Amanda sampai harus menonaktifkan ponselnya agar bisa mendapatkan ketenangan. Sementara semua urusan ditangani langsung oleh Luna. Secara mendadak pintu ruang kerja Amanda terbuka dengan keras, Evan masuk dengan nafasnya yang terdengar kasar. Melihat sang tuan datang, Luna lantas menyingkir dengan segera. "Bagaimana bisa kamu menerbitkan berita seperti ini?" tanya Evan, rahangnya terlihat mengeras. Memang, dia benar-benar merasa bersalah atas perselingkuhan yang dilakukannya. Namun dia tak menyetujui sikap Amanda yang berlebihan seperti ini. Apalagi Amanda telah s