"Nyonya Amanda, saham perusahaan Sanjaya Group mulai mengalami penurunan," lapor Luna dengan menunjukkan tablet di tangannya. Semalam berita ini telah disebar dan pagi ini pemberitaan penuh dengan skandal perselingkuhan sang suami. Semua wanita yang pernah berhubungan dengan Evan masuk dalam daftar hitam tersebut, namun yang paling banyak disorot adalah tentang Seria. Ponsel Amanda terus berdering dari berbagai pihak, Amanda sampai harus menonaktifkan ponselnya agar bisa mendapatkan ketenangan. Sementara semua urusan ditangani langsung oleh Luna. Secara mendadak pintu ruang kerja Amanda terbuka dengan keras, Evan masuk dengan nafasnya yang terdengar kasar. Melihat sang tuan datang, Luna lantas menyingkir dengan segera. "Bagaimana bisa kamu menerbitkan berita seperti ini?" tanya Evan, rahangnya terlihat mengeras. Memang, dia benar-benar merasa bersalah atas perselingkuhan yang dilakukannya. Namun dia tak menyetujui sikap Amanda yang berlebihan seperti ini. Apalagi Amanda telah s
"Maaf Tuan, itu adalah urusan pribadiku," balas Amanda setelah sepersekian detik dia terdiam mendengar pertanyaan tuan Austin. Selama ini mereka hanya menjalin hubungan profesional, tak pernah melibatkan masalah pribadi dalam pembicaraan. Jadi ketika tuan Austin mempertanyakan tentang skandal ini membuat Amanda sedikit merasa tak nyaman. Padahal pria itu bisa memilih untuk pura-pura tidak mengetahuinya. "Kuharap berita itu tidak benar," balas Austin dengan tatapan yang terlihat lebih dalam. Meskipun Amanda mengelak pembicaraan tentang hal ini, namun dia tetap menunjukkan simpatinya. Sampai beberapa saat suasana jadi terasa canggung. Keluar dari ruangan tuan Austin, Amanda sampai menghela nafas panjang. Sebab merasa ada yang tertahan dalam pertemuan tersebut. "Apa anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Luna yang sejak tadi menunggu. Melihat sang nyonya nampak gusar, Luna langsung memastikan keadaannya. Amanda tidak menjawab dengan kata-kata, dia hanya menganggukkan kepalanya kecil
"Mas Evan, nanti aku ingin langsung duduk di posisi yang tinggi, setidaknya manajer," ucap Evelyn setelah mereka semua selesai sarapan. Saat Evan hendak menjawab, Amanda segera menyentuh tangan sang suami, sebuah isyarat kecil agar Evan diam saja."Tidak bisa Evelyn, posisi itu sekarang sudah diduduki oleh orang-orang yang kompeten. Jadi kamu hanya bisa masuk sebagai karyawan biasa," balas Amanda, suaranya terdengar pelan namun penuh ketegasan. Dan Evelyn langsung bereaksi tak suka. "Mbak ingin mempermalukan aku? Masa salah satu pewaris Sanjaya Group jadi karyawan biasa, mau ditaruh di mana mukaku, Mbak?" bantah Evelyn, dia bahkan menatap ke arah sang mama, ingin mencari pembelaan. "Jangan terlalu keras pada Evelyn, Manda. Beri dia posisi yang tinggi," ucap mama Geni pula. "Justru karena aku tidak memperlakukannya dengan keras, maka Evelyn jadi karyawan biasa. Jika dia langsung jadi manager yang ada pekerjaannya semakin sulit." "Sulit apanya? Jika aku tidak mampu aku bisa memeri
"Dokter Kania akan segera tiba," ucap Luna setelah menghubungi sang dokter. Dokter Kania adalah salah satu dokter dari rumah sakit milik tuan Austin. Telah lama bekerja sama dengan rumah sakit keluarga Floyd, membuat Amanda merasa nyaman jika harus ditangani oleh dokter dari sana. Kerahasiaan atas kondisinya akan jadi yang utama. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya dokter Kania tiba di Yayasan, beberapa orang yang melihat pasti mengira bahwa kedatangannya hanya untuk mengkonsultasikan tentang kerja sama mereka. Bukan untuk menangani Amanda. "Semuanya normal, hanya saja detak jantung anda begitu cepat," ucap Dokter Kania setelah melakukan serangkaian pemeriksaan. Amanda tahu, kondisinya melemah begini memang bukan karena fisiknya, namun mental yang terus dihancurkan berkali-kali. Tangan kanannya nampak gemetar hebat dan tangan kirinya coba menggenggam agar terhenti. "Beri aku obat penenang saja," balas Amanda lirih, suaranya terdengar tanpa minat. Nampak enggan untuk melanjut
"Seria akan mengundurkan diri dari perusahaan, dia sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya," ucap Evan pada sang istri. Mereka bertemu di kamar setelah sama-sama pulang. Amanda tetap menyimpan obat yang diminumnya di dalam tas, tak ingin dia tunjukkan pada sang suami. Di hadapan semua orang dia harus terlihat kuat, bahkan suaminya sendiri. Mendengar berita tersebut, Amanda memang sedikit terkejut. Langsung mengira bahwa Seria pasti memiliki rencana lain. Tak Mungkin tiba-tiba wanita itu meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan yang pasti. Apalagi selama ini hanya pekerjaan itulah yang bisa dia manfaatkan untuk bisa terus mendekati sang suami. "Kenapa mendadak dia ingin mengundurkan diri?" tanya Amanda pula, sorot matanya lurus ke arah Evan. Pria itu tengah duduk di tepi ranjangnya sendiri Sementara Amanda masih duduk di depan meja rias. "Aku tidak tahu," balas Evan singkat, sebenarnya dia juga malas membahas tentang Seria. Maksud utamanya mengatakan pada sang istri agar Amanda
"Iya," jawab Amanda setuju, meski keraguan di dalam hatinya terasa begitu jelas. Setelah menjawab sepatah kata itu Amanda bahkan langsung memejamkan mata. Sebelum pulang dari yayasan tadi, Amanda menyempatkan diri untuk minum obat, kini obat tidur itu mulai bereaksi dan membuatnya sangat mengantuk. Amanda tahu hal semacam ini memang tidak mampu dihindari. Apalagi setelah mengambil keputusan untuk tidak bercerai dengan sang suami. Evan pasti akan semakin mengharapkan ada hubungan intim di antara mereka berdua. Namun lebih jauhnya Amanda tak mampu memikirkan lagi, karena akhirnya dia benar-benar terlelap. "Mulai Minggu depan Seria tidak lagi bekerja di perusahaan, jadi kamu harus menanggung biaya hidupnya dan juga Aska," ucap mama Geni. Setelah sarapan bersama dia memanggil Evan dan Amanda untuk masuk ke ruangannya. Sementara Evelyn harus pergi ke perusahaan lebih awal. Jika terlambat Evelyn akan ditegur layaknya karyawan biasa yang lain. Tak ada sedikitpun perlakuan istimewa yang
"Istri macam apa itu? kalian akhirnya mengubah ranjang jadi satu, tapi Amanda malah pergi. Dia jelas-jelas menghindari kamu, Van," ucap mama Geni saat melihat sang menantu pergi meninggalkan rumah malam ini. Tak tanggung-tanggung, Amanda bahkan membawa dua koper sekaligus. Memang di tahun-tahun sebelumnya Amanda juga sering melakukan kunjungan seperti ini, tapi sekarang situasinya terasa tidak pas. Di saat rumah tangganya masih di ujung tanduk, Amanda pergi tanpa berpikir dua kali. Evan tak ingin menanggapi ucapan sang mama, setelah mobil milik sang istri menghilang dari pandangannya, dia berbalik hendak menuju ruang kerja. Tapi panggilan mama Geni menghentikan langkahnya. "Evan!" panggil mama Geni. "Amanda tidak ingin bercerai, mama juga tidak ingin kalian bercerai karena Amanda memiliki sebagian harta keluarga kita, tapi ... Mama juga tidak rela Jika kamu diperlakukan seperti ini," jelas Mama Geni kemudian. Evan terdiam. "Tetap berhubungan lah dengan Seria seperti selama ini,
"Anda datang ke sini?" tanya Amanda lagi, setelah sepersekian detik merasa terkejut ketika melihat tuan Austin yang berdiri di hadapannya. Hati kecil Amanda sempat berpikir mungkinkah yang datang adalah sang suami, tapi ternyata bukan. Dan setelah melihat siapa yang datang, Luna pun segera meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak pergi terlalu jauh, menunggu sang nyonya di depan yayasan. Dari dalam ruang tamu itu, mereka juga bisa melihat suasana yang ada di lapangan tempat anak-anak masih berkumpul saat ini. "Aku datang hanya untuk mampir, cukup terkejut juga saat melihatmu berkumpul dengan anak-anak." "Iya, kebetulan sekali," balas Amanda. Tuan Austin adalah donatur paling besar di yayasannya, jadi beliau juga selalu diperlakukan dengan baik di yayasan ini, dihormati setinggi-tingginya. "Mari ikut bergabung di lapangan. Apa anda belum sarapan? Akan saya temani untuk makan," ucap Amanda lagi, mengajukan tawaran. Austin tidak menjawab dengan kata, dia mengangguk kecil dan akhir